☀☀☀
Mungkin mendinginkan kepala untuk sementara akan terasa lebih baik.
Luvina
☀☀☀
Morning
Luvi tengah merias dirinya di depan cermin. Wajahnya yang sangat kacau bak genderuwo itu, dia tutupi dengan make up yang masih terkesan natural.
Ya, karena menangis semalaman membuat kantung matanya mulai terlihat. Membuatnya harus mengeluarkan jurus andalan yang sudah lama ia simpan. Make up baru pemberian Elis.
"Yah... Sepertinya ini cukup," gumamnya setelah menutup acara make up-nya dengan bedak.
Setelah dipikir, ia memutuskan untuk sekolah. Akan sangat konyol baginya kalau tidak sekolah karena hal sepele. Sama saja status murid terpandangnya akan jatuh seketika.
"Luvi... makan, 'yuk! Dari kemarin kau tak makan. Aku siapkan capcay spesial untukmu. Cobalah!" Ujar Elis dari balik pintu kamarnya.
Ow, bahkan dia melupakan acara makan malamnya. Membiarkan perutnya kosong dan tak terisi semalaman. Tapi di pagi hari ini pun sama. Perutnya seakan menolak diberi asupan dan dia sendiri juga sangat malas. Mengingat kejadian kemarin membuat selera makannya hilang entah kemana.
Dengan seragam yang sudah rapi dia mengambil tasnya, berjalan ke arah pintu dan membukanya. Menampakkan sepupunya yang tengah tersenyum lebar ke arahnya sampai mata sipitnya tinggal segaris. Luvi hanya meliriknya sekilas.
"Makan, 'yuk!" Ajak Elis dengan cengirannya.
Luvi memberikan senyum miringnya yang lebih terkesan mengerikan. Elis menatapnya heran.
"Terima kasih telah beri gue pemberitahuan yang sangat fantastis itu. Dan... 'yah... yang membuat gue kenyang sampai sekarang."
Elis membulatkan matanya terkejut mendengar jawaban Luvi.
Luvi kembali menyeringai, "Lo memberitahukannya tepat waktu."
Setelah mengatakan itu, Luvi pergi meninggalkan Elis yang masih mematung di depan pintu kamarnya.
☀☀☀
SMA Nusa 5
KAMU SEDANG MEMBACA
My Problem Girl[Completed]
Teen FictionIni cerita tentang seorang perempuan dan karakternya. Yang nyatanya, jiwa plin-plan lebih berciri khas. ☀☀☀ "Kau menyukaiku?" "Tidak!" "Kalau begitu aku pergi." "Kenapa pergi?" "Kau tidak menyukaiku." "Tapi bukan begitu... Aish, terserah kau!" "Apa...