19. Kesempatan

423 23 0
                                    

☀☀☀

Gue nggak akan biarkan.
Rencana yang gue bentuk dengan mulusnya harus hancur dalam sekelebat cahaya.

Someone

☀☀☀

"Oh, jadi kalian berdua calonnya?"

Kalimat Bu Siska lantas membuahkan kerutan di dahi dua bocah SMA itu. Melihatnya, Bu Siska ingin sekali tertawa keras sampai terpingkat-pingkal. Kalau saja ini bukan perpustakaan. Alhasil, ia hanya terkekeh geli. Sebegitu sensitif kah murid didiknya dengan kalimat yang menggantung?

"Calon peserta olimpiade maksudnya."

Seketika, pertanyaan dalam benak mereka berdua terjawab. Mereka menghela napas, kemudian mengangguk bersamaan.

"Sebentar, ibu lihat informasi lombanya."

Gyan beralih ke sisi kanan Bu Siska, sedang Luvi ke sisi kirinya. Bu Siska sedikit melirik ekspresi dua bocah SMA itu. Sepertinya mereka cukup antusias dan serius mengikuti olimpiade ini.

"Materi Fisika, Biologi, Kimia, dan antariksa. Jumlahnya 50 soal dalam 2 jam, 1 kali babak penyisihan, dan final diadakan 3 hari setelahnya. Waktu yang tersisa tinggal 2 minggu lagi."

Mendengar waktu yang tersisa, jantung Luvi tak bisa dikontrol.

'What?! Dua minggu??' pekiknya dalam hati.

Bu siska menutup laptopnya tiba-tiba. Entah kenapa, membaca info lomba tadi Bu Siska jadi ikut gelisah. Ia memandang dua siswa di sampingnya .

"Dua minggu ya..." Bu Siska sedikit ragu.

Luvi menggigit bibir bawahnya. 'Ow, waktu dua minggu adalah waktu yang sangat singkat untuk mempelajari semua teori dalam 3 kelas sekaligus.

Tak ada jawaban, lantas Bu Siska menghela napas panjang. "Sepertinya untuk lomba kali ini, kita tidak perlu ikut. Karena---"

"Tidak!" potong Gyan cepat.

Jangan tanya! Bu Dilara dan Luvi sampai harus terkejut mendengarnya.

"Masih ada waktu. Jangan pesimis!" ujar Gyan lantang.

Luvi menaikkan sebelah alisnya. "Gy, apa lo gila? Dua minggu habisin teori 3 kelas? Yang benar saja!"

Gyan menatap sorot mata Luvi lurus. Akan sangat bodoh baginya untuk melewatkan kesempatan emas ini dan melancarkan aksinya. Tidak ada cara lain, Gyan lantas memamerkan smirknya.

"Lo takut kalah, Princess?"

Kalimat itu lantas mengejutkan Bu Siska dan Luvi. Sepanjang ia masuk ke sekolah, inilah kalimat sinis pertama yang dilontar sang pemilik kacamata dan poni panjang.

Sejenak Luvi memang tercengang akan kalimat itu, tapi setelah sadar nada yang dilontar Gyan seperti tengah menantang, ia membalas tatapan lelaki itu tajam.

"Lo ngeragukan gue?"

Gyan kembali menyeringai. Cukup seru untuknya menantang Luvi. Dari berita yang tersebar di telinganya, perempuan dingin ini adalah perempuan favorit sekolah. Sayangnya, ia tertutup dengan sifat sadis dan mudah marah-marah. Dan lagi, wajah datar melebihi papan tripleks.

"Tidak! Tidak untuk sedikitpun," ujar Gyan selanjutnya.

"Ow, lo ingin mendapatkan medali penghargaan lomba ini?" Luvi memprediksi.

Gyan tersenyum miring. "Boleh dibilang semacam itu. Kalau mau, kita tanding perebutan medali." Sorot lurus Gyan menandakan ia serius akan kalimatnya barusan.

My Problem Girl[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang