☀☀☀
Sekalipun kau menyangkalnya, kebenaran akan terungkap, Tuan Putri.
☀☀☀
Kali ini Gyan, Luvi, Angga, Devan, Elis, dan Jimmy berkumpul di sofa ruang tamu mansion Luvi.
"Noona, gimana pekerjaan Noona di kantor?" tanya Gyan sambil memegangi kantung snack di sela kakinya.
Ya, pada akhirnya mereka berenam berakhir di sini, memutuskan saja di situ untuk menghindari keramaian dan lingkungan formal kantor.
"Hm, tangan kanan gue bisa mengurus semuanya," ujar Elis sambil mengulurkan tangan, menyuapi Jimmy di sampingnya dengan pizza yang sudah di pesan Angga.
Sepertinya sekarang waktunya pesta pizza. Bagaimana tidak? Tiba-tiba saja Angga memesan 10 box pizza untuk dihabiskan kali ini.
"Om, apa habis sebanyak ini?" Elis bertanya meragukan.
"Disini mulutnya banyak, Elis. Kamu aja tuh, dah makan box kedua."
Elis nyengir lebar setelah mendengar perkataan Angga. Memang benar, yang lainnya belum habis satu box, Elis sendiri sudah memakan pizza keduanya.
"Perut karet!" cibir Luvi.
"Bongkahan es!" sahut Elis.
"Bisa nggak kalian sekali-kali rukun, kek?" sambar Devan.
Bagaimana dia tidak jenuh, baru beberapa kali ia bersama Luvi dan Elis yang dipertemukan, serasa otak Devan ingin meledak keluar tempatnya mendengar crocosan dua keturunan hawa itu.
"Sekarang gue dah di rumah. pertanyaannya, bagaimana bisa gue ambil kembali buku referensi gue di perpustakaan?!" kesal Luvi dengan gigi yang bergemalatuk.
Padahal rencananya istirahat nanti dia akan mengupas tuntas pertanyaan yang belum ia pahami pada Bu Dilara, dan minta solusi perhitungan matematika Sains dari Bu Siska. Kenapa dia harus berakhir di sini?
"Halah, temen lo Yasfa udah gue hubungi. Nanti pulang sekolah tas lo udah di rumah dan bukunya. Tenang aja," sahut Elis.
"Tapi materinya---"
"Gyan bisa membantumu. Bukan begitu, Prince?" potong Jimmy.
Luvi yang mendengarnya dibuat terkejut. Sedang Gyan yang namanya baru disebut hanya mengangguk singkat sambil melanjutkan memakan pizzanya.
'Astaga, semoga aja gue kagak salah pilih bolos sekolah. Ampuni hambamu Ya Allah,' dengung Luvi dalam hati.
"Itu pizzanya kurang nggak?" tanya Angga.
"Kurang, om. Tambah lagi!" sahut Elis.
Jimmy dengan cepat menoyor kepala Elis, sampai sang korban meringis dan menoleh cepat ke pelaku dengan tatapan tajamnya.
"Yang tadi bilang 'om, apa ini nggak kebanyakan' tuh siapa ya? Gy, lo tahu?" Luvi bertanya pada Gyan dengan nada menyindir. Gyan hanya tersenyum miring.
"Suka-suka gue dong. Mulut, mulut siapa?"
"Oh, udah nyadar duluan ternyata dia, Gy. Kagak usah kode ternyata, stok kepekaannya udah marukk," ujar Luvi lagi.
Gyan yang seakan diajak bicara hanya sesekali terkekeh dan menganggukkan kepala.
Elis sudah geram. Ia berniat melempar mereka berdua dengan bantal di sampingnya. Tapi sebelum itu, Jimmy mencegahnya dengan satu suapan pizza. Membuat Elis tidak jadi melempar bantal dan memilih mengunyah makanan di mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Problem Girl[Completed]
Teen FictionIni cerita tentang seorang perempuan dan karakternya. Yang nyatanya, jiwa plin-plan lebih berciri khas. ☀☀☀ "Kau menyukaiku?" "Tidak!" "Kalau begitu aku pergi." "Kenapa pergi?" "Kau tidak menyukaiku." "Tapi bukan begitu... Aish, terserah kau!" "Apa...