Chapter 9

1.3K 147 3
                                        

Krist POV

"Krist..." kudengar sebuah suara memanggilku,

"Krist... Bangun..." sebagai respon aku hanya menarik selimutku lebih tinggi menutup wajahku,

"Kita harus ada di lokasi kurang dari satu jam lagi..." sahutnya lagi mencoba menarik selimut dari tubuhku,

"Tinggalkan saja dia P'Sing... Kalau kamu mau berangkat sekarang, berangkat saja! Aku akan membangunkannya lagi nanti..." kudengar suara seseorang, nampaknya Nammon.

"Kamu dengar itu Nong Krist, jika kau tak segera bangun aku harus meninggalkan..." Dia berbisik tepat di dekat telingaku dan hembusan napasnya sukses membuatku bergidik.

"Aku bangun..." kataku akhirnya sambil membuka mata, mendapati P'Sing ada di atas tempat tidur dengan rambut yang masih setengah basah.

"Bagus... Ini.." P'Sing memberikan handuk padaku, "Dan cepatlah mandi! P'Jane akan menjemput kita dalam waktu 15 menit!"

P'Sing mendorongku keluar dari hangatnya tempat tidur. Kulihat Nammon juga sudah selesai mandi dan sedang menggunakan hair dryer di depan kaca lemari.

"Tapi aku tak punya baju ganti..." sahutku lagi sambil beranjak ke kamar mandi dengan malas,

"Aku sudah menelpon manajermu untuk mengantarkan baju ganti. Itu sudah ada di dalam lemari. Cepatlah!"

"Kau terlalu memanjakannya P'Sing!" celetukan Nammon sukses membuatku menoleh padanya, tidak terima.

Setelah menjulurkan lidah pada Nammon, aku langsung berlari masuk ke kamar mandi sebelum dia sempat meraihku.

Itu benar. Mau tak mau aku harus merasa bangga. P'Sing selalu memperlakukanku berbeda dengan yang lain. Nammon sering memprotes hal itu, namun yang diprotes hanya mengangkat bahu, mengisyaratkan dia tak bisa melakukan apapun tentang itu.

P'Sing yang selalu bersikap dingin dan acuh pada orang lain, hanya di depanku dia akan berubah dan melunak.

Bahkan bisa dibilang, dia selalu mengalah jika harus berurusan denganku. Dia bahkan pernah menunjukkan bukti perlakuan berbeda P'sing terhadapku dan terhadap pemain yang lain.

Ketika aku merebut snack atau makanan darinya dia hanya akan diam sambil menatapku atau bahkan malah membagi semua makanan di tangannya denganku. Tapi dengan yang lain dia akan langsung memelototi orang itu dengan raut wajah dingin.

Ketika aku mencoba untuk memeluknya dari belakang atau menggelitikinya, dia akan tertawa dan menatapku atau dia akan membalas tindakanku padanya. Namun jika P'Top atau siapaun mencoba menggelitikinya, dia akan langsung menepis tangan mereka dari tubuhnya.

Bahkan sempat sekali aku mendengar dia berkata "Hanya Krist yang bisa melakukan itu padaku!" saat P'Jane menanyai perlakuan berbedanya.

Masih kuingat ciuman yang semalam kami lakukan. Apa mungkin, P'Sing menyukaiku? Tidak, jawabku cepat dalam hati sambil memutar keran shower.

P'Sing memiliki seorang pacar saat ini. Seorang gadis cantik dan seksi. Mana mungkin dia menyukai lelaki.

Bagaimana denganku? Batinku sebal. Aku juga memiliki seorang kekasih yang cantik dan manis, tapi aku malah terus memimpikan adegan ciuman itu dan memutarnya berulang kali dalam benakku.

I am Straight... putusku dalam hati. Walau sebenarnya aku ragu. Apalagi jika mengingat debaran halus yang selalu aku rasakan ketika P'Sing memperlakukanku seperti itu.

Aku hanya bisa menyalahkan pendalaman karakterku yang terlalu bagus atas semua perasaan yang ditimbulkan P'Sing di dalam hatiku.

Singto POV

Suara pintu yang terbuka mmbuat perhatianku pada game di handphoneku teralih.

Shia, Krist... teriakku dalam hati melihat dia keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang membalut pinggang.

Kulitnya bersemu kemerahan dan masih mengepulkan uap karena siraman air panas. Rambutnya pun basah dengan air menitik dari ujung-unjung rambutnya.

"Ai Krist... Rambutmu masih menitikkan air... Kamu meneteskan air ke lantai" protes Nammon,

"Apa ada handuk lain untuk rambutku?" tanyanya,

"Gunakan handukmu!" sahut Nammon lagi,

"Kau mau aku berjalan telanjang di dalam kamar ini?" sergah Krist tak terima, membuat jantungku hampir copot,

"Biasanya begitu kan?"

Krist langsung merangsek maju menuju Nammon dan hendak menyerangnya. Takut jika pergulatan mereka akan membuat handuk di pinggangnya terlepas, aku langsung maju memisahkan mereka dan menutupkan handuk yang tadi aku pakai ke kepalanya.

"Pakai ini Krist... Keringkan rambutmu! P'Jane sudah on the way!"

"Aw... thanks Phi!"

Tanpa rasa malu sedikitpun, dia menggunakan celana dalam di dalam kamar dengan dua pasang mata yang mengawasinya. Untung saja dia tidak melepaskan handuk itu dari pinggangnya saat memakai celana dalam.

Setelah menggunakan celana jeans yang tadi dibawakan manajernya, dia terlihat termenung dan melamun di depan lemari dengan kepala tertutup handuk.

"Krist... Ayo cepat!" kataku sambil menyentuh pundaknya, kulihat dia agak tersentak saat aku menyentuh kulit bahunya yang telanjang.

Merasa tak sabar, aku langsung meraih handuk di kepalanya dan mengusap-usap rambutnya yang basah agar cepat kering. Sepintas kulihat di balik handuk, wajahnya memerah.

Setelah kurasa rambutnya sudah tidak terlalu basah, aku pun mengangkat handuk itu dan menyuruhnya segera berpakaian.

"Oi Singto!" pintu koneksi kamar itu terbuka memperlihatkan P'Off yang berdiri disana dengan pakaian lengkap, "Kalian sudah siap? Jam berapa P'Jane akan sampai?"

"Sebentar lagi Phi!"

"Aku ikut mobil kalian ya... Top dan Fluke sudah jalan duluan..."

"Okey Phi!"

Setelah Krist berganti baju dan mengemasi baju kotor kami, aku, Krist dan Nammon pun berjalan ke lobby menyusul P'Off yang mengurus masalah check out. Ketika kami sampai di Lobby, kulihat mobil P'Jane merapat disana.

"Ayo..." ajakku kepada Krist dan Nam, yang langsung mengikuti seperti anak ayam.

Hampir seperti kebiasaan, aku mengangkat tanganku ke depan Krist dan dia meraih tanganku, aku pun menggandengnya keluar hotel dan masuk ke dalam mobil minibus P'Jane.

BEHIND THE SCENE (Krist x Singto FanFiction) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang