Chapter 19

1.1K 137 2
                                    

Singto POV

Off berhasil menahanku hingga larut malam, saat aku keluar dari kamarnya, jam di tanganku menunjukkan waktu sudah hampir tengah malam. Kunci kamar ada di aku tapi Krist tidak menghubungiku sama sekali.

Aku berpikir mungkin dia meminjam kunci cadangan di lobby karena tak ingin menggangguku.

Namun aku terkejut saat masuk ke dalam kamar, aku tak menemukannya dimanapun. Krist belum kembali ke kamar sejak makan malam. Kulirik sekali lagi jam di kamar itu, 11.35. Handphone nya tergeletak begitu saja di atas tempat tidur.

Mencoba menenangkan diri, aku pun keluar lagi dari kamar menuju ke kamar New dan Nammon, mungkin saja dia masih di kamar mereka.

Aku pun mengetuk kamar mereka yang tak jauh dari kamarku dan Krist, setelah beberapa saat Nammon membuka pintu dan kulihat di dalamnya ada New dan Tay tapi tak ada Krist.

"Nam... Dimana Krist?" tayaku padanya,

"Dia belum kembali?" Nam malah balik bertanya,

"Apa maksud pertanyaanmu? Harusnya kau dan New bersama dengannya kan?" tanyaku bingung,

"Aku tadi memang bersama dengannya di pantai. Tapi aku kembali kesini dari jam 10 lewat tadi. Krist bilang untuk meninggalkannya karena ada yang harus dia lakukan sebelum kembali. Aku kira saat ini harusnya dia sudah di kamar!"

"Aku sudah dari kamar. Dia belum kembali!" sahutku, aku hendak mencarinya saat aku ingat aku tak tahu dia ada dimana, "Kalian tadi ke pantai sebelah mana?"

"Aku menuju pantai dari jalan setapak di dekat gudang peralatan!"

"Okey, aku akan mencarinya!"

Aku segera berbalik dan setengah berlari keluar penginapan menuju arah yang dikatakan Nammon.

Saat aku sampai di pantai, aku tak melihat sosok Krist sama sekali, pantai terlihat gelap.

Tak terlihat tanda-tanda kehidupan selain aku yang berdiri di depan jalan setapak menuju penginapan itu. Di belakangku cahaya dari penginapan masih membantuku melihat di kegelapan tapi jarak pandangku pun terbatas.

"KRIST!" panggilku, tak terdengar sahutan. Aku takut panggilanku tak terdengar karena kalah oleh deru angin dan ombak yang terdengar cukup keras, "KRIST!"

Beberapa saat tak ada reaksi apapun yang kudapat, sampai kulihat sesuatu tak jauh dari bibir pantai. Sesosok bayangan hitam.

"P'Sing?" sayup kudengar dia bertanya,

"Krist, itu kamu?" tanpa menunggu sosok itu menjawab aku langsung berjalan melintasi pasir mendekati sosok gelap itu.

Semakin dekat aku bisa melihat sosok itu ternyata adalah Krist yang sedang duduk di atas pasir pantai.

"KAU GILA?! AKU MENCARIMU KEMANA-MANA!"

"Maaf... aku lupa waktu!" katanya meminta maaf, "Aku melupakan handphoneku..."

"Lagipula apa yang kamu lakukan disini? Ayo... Kita kembali ke kamar!" kataku meraih tangannya. Hendak menariknya untuk berdiri.

"P'Sing habis minum-minum lagi?" tanyanya membuatku tertegun.

Entah kenapa suara Krist terdengar agak berbeda dari biasanya. Seolah habis menangis.

"Sedikit... Aku tadi di kamar Off bersama beberapa kru dan cast... Mereka membawa minuman." jawabku,

"Mau duduk sebentar?" tanyanya sambil menepuk tempat di sampingnya, "Sepertinya ada yang harus kita bicarakan!"

Nada serius di suaranya membuatku khawatir, aku pun duduk di pasir menemaninya. Aku mencoba menyelidiki raut wajahnya, ingin tahu apa yang hendak dia katakan. Namun aku tidak berhasil, tidak cukup banyak cahaya agar aku bisa melihat detail wajahnya saat ini.

"Aku merasa... Beberapa hari ini P'Sing menjaga jarak dariku..." katanya mengawali, "Aku juga tahu kamu tidak suka saat mengetahui kita sekamar hari ini. Jika ada kesalahan yang aku lakukan tolong katakan terus terang. Aku akan mencoba memperbaikinya!"

Aku hanya menghembuskan napas keras mencoba mengusir ketidak nyamanan di hatiku. Aku tahu Krist akan mengetahui ini cepat atau lambat. Seperti yang dikatakan P'Jane. Krist sangat peka terhadap perubahan moodku.

"Kamu tidak melakukan kesalahan apapun. Aku hanya mencoba menghindari suatu keadaan."

"Keadaan apa?"

Haruskah aku mengatakannya? Aku tak mau membuat hubunganku dan Krist menjadi aneh dan kikuk.

Tapi aku juga tahu aku tak bisa terus seperti ini. Terlebih saat aku tahu apa yang kurasakan saat ini. Tak mungkin aku bisa kembali ke hubungan kita sebelumnya.

"Phi..." kudengar dia memanggilku dengan suara halus membuatku tubuhku merinding karena panggilannya,

"Phi!" panggilnya sekali lagi saat aku hanya diam tak mengindahkannya.

"Nammon tadi mengatakan ada sesuatu yang harus kamu lakukan. Itu kenapa dia meninggalkanmu di pantai sendiri. Apa yang ingin kau lakukan?"

"Ada yang harus kupikirkan... "

"Apa?"

"Aku harus memilih salah satu, diantara dua pilihan!" sahutnya sambil tertawa sedih, "Kau tahu aku tidak suka berbohong bukan? Aku tak suka dengan rahasia... Karena sekali aku berbohong, maka aku harus tetus menciptakan kebohongan-kebohongan baru. Dan menurutku itu melelahkan!"

"Jadi... Apa hasil pemikiranmu Nong?"

Kurasakan dia mendongakkan wajahku, memaksaku untuk menatapnya. Saat itu entah bagaimana aku bisa melihat raut wajahnya. Bagaimana seseorang bisa terlihat ketakutan dan berani disaat yang sama??

"Aku menyukaimu Phi!" aku terlalu terkejut untuk bereaksi.

Apa Nong baru saja mengatakan dia menyukaiku?

"Bukan hanya sebagai Phi atau teman... tapi rasa suka yang berbeda! Kau tau aku tak suka berbohong... Dan aku takut pilihanku untuk jujur akan membuatmu menjauhiku."

"Krist..."

"Apa Phi akan membenciku?" pertanyaannya membuatku tertegun, "Aku tidak tahu bahwa aku bisa... menyukai seorang lelaki. Phi Sing adalah pria pertama yang membuatku merasakan ini dan aku yakin takkan bisa menyukai pria lain seperti caraku menyukaimu Phi!"

Aku benar-benar tak tahu bagaimana mersepon pernyataan Krist saat ini. Tubuhku terasa kaku dan tegang seolah aku takut jika aku bergerak, aku akan berakhir dengan hilang kendali.

"P'Sing... Apa kau membenciku? Apa kau jijik padaku?" melihat kepahitan di bola matanya membuatku tersentak, aku menarik wajahnya mendekat ke wajahku dan menyatukan bibir kami berdua.

Aku tak mampu mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab pernyataannya, otakku berhenti berpikir. Yang aku tahu saat ini hanyalah aku harus mencari cara agar dia mengetahui apa yang kurasakan padanya bukan lah benci atau jijik, seperti yang dia takutkan.

Aku menahan kepalanya dengan tangan di belakang tengkuk Krist, ciuman yang awalnya ingin kulakukan dengan lembut tak lagi bisa kupertahankan saat kurasakan tangannya naik menyentuh pipiku. Kurasakan dia sedikit gemetar dan aku pun langsung menarik diri.

BEHIND THE SCENE (Krist x Singto FanFiction) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang