Chapter 54

859 86 0
                                    

Singto POV

Aku merindukanmu, Phi… Padahal kita baru beberapa jam berpisah…

Aw… Kekasihku tiba-tiba jadi sangat manis… Apa kau menginginkan sesuatu?

Aku menginginkanmu…

Gumpalan tissu menghantam wajahku dengan telak, menghapus cengiran yang baru saja terbit karena membaca pesan manis darinya

Seorang wanita cantik dengan rambut panjang berwarna coklat muda menatapku dengan senyum usil.

“Apa yang membuatmu begitu senang hah? SMS dari kekasihmu?” tanyanya kesal, namun dia masih tertawa geli,

“Aw Phi…”

“Pho… menceritakan padaku sebuah kejadian lucu saat terakhir kali kalian bertemu…” sahutnya,

“Alai wa?” tanyaku, meski sepertinya aku tahu cerita tentang apa itu. Apalagi selain masalah bunga di tengah acara makan malam kami.

Kamu ada di rumah keluargamu kan? Bagaimana pestanya?

“Kejadian di restoran itu… Aku tahu pasti ada yang tak beres begitu dia menceritakannya padaku… Kau tahu maksudku kan?” katanya sambil memainkan rambut panjangnya,

“Aku tidak tahu maksudmu Phi…” sahutku sambil tersenyum geli, mencoba berkelit.

Pestanya menyenangkan. Kat akan menyukai hadiahku besok. Terima kasih sudah membantuku mencari grand piano itu, na...

“Tetaplah bersikap polos begitu. Tapi aku tahu dan kau juga tahu… Pho tidak akan menceritakannya padaku jika dia merasa itu tidak penting!”

“Pho hanya terlalu banyak berpikir, seperti biasa!” sahutku.

Aku ingin bertemu denganmu… Tapi ini sudah malam dan kau bilang kau ada janji dengan kakakmu malam ini kan? Apa kau masih bersamanya Phi? Aku mengganggu?

Suara jemari lentik itu mengetuk permukaan meja membuatku mendongak dari handphoneku. Aku berusaha keras menahan senyum yang mengancam muncul di wajahku karena membaca pesan dari pria manis itu.

“Singto… Aku tahu kau tidak mudah dekat dengan orang lain… Phi juga heran mengapa kau mengambil karir seperti ini dengan kepribadian anehmu itu. Di antara kita berdua, justru kamu yang mewarisi kepribadian Pho yang sulit!” kata Phi Nam, kemudian dia menambahkan,

“Dan kami heran… Melihat interaksimu dengan Krist. Kau tak pernah berlaku seperti itu pada seseorang, pada temanmu. Bahkan orang yang kau bilang sahabat. Aku pernah sekali melihatmu seperti itu dan itu adalah Aya, bagaimana kau mencurahkan semua perhatian dan waktumu untuknya tanpa mengharapkan balasan. Dan itupun kau bilang sudah berakhir…”

“Krist… Spesial!” jawabku singkat,

Aku juga ingin bertemu… Kau bisa menyelinap keluar rumah?

“Aku bisa melihatnya, Singto…” sahutnya sambil tersenyum paham,

“Melihat apa Phi?” tanyaku bingung.

Kau sungguh akan kemari? Rumahku cukup jauh dari apartemenmu Phi… Dan ini sudah malam…

“Kau peduli padanya…” sahutnya lagi dengan suara pelan.

Aku menyisir rambutku dengan jemariku, mencoba mencari cara untuk lolos dari interogasi P’Nam yang tak berkesudahan. Jika sampai Ayahku berbicara dengan P’Nam itu berarti Ayahku benar-benar curiga dan merasa ada yang tidak beres.

Dan jika P’Nam sudah menginterogasiku, aku jarang bisa lolos dengan mudah karena wanita ini sangat jeli dan detail. Aku tak pernah bisa membohonginya. Tapi di luar dugaanku, dia membiarkanku lolos kali ini.

“Baiklah… Sepertinya kau sedang tidak dalam kondisi untuk berbicara serius denganku malam ini. Mungkin kau belum siap membicarakan hal ini, sepertinya aku juga belum terlalu siap untuk semua ini. Jadi aku akan membiarkanmu lolos kali ini.

Tapi Singto… Kami keluargamu… Kau boleh menjauh dari semua orang, tapi jangan menjauh dari kami na? Pho hanya memiliki kita berdua… Kau tahu itu kan?” kata P'Nam meraih tanganku di seberang meja,

“Jangan menggunakan itu untuk membuatku buka mulut…”

Aku akan melarikan diri dari Kakakku. Aku akan menelponmu saat aku sudah sampai…

“Aku akan menggunakan senjata apapun yang kumiliki jika sudah bersangkutan denganmu Sing. Berjanjilah!” katanya lagi meremas tanganku pelan,

“Aku akan menceritakannya padamu begitu aku sudah siap, okey! Aku benar-benar harus pergi sekarang!” sahutku sambil menarik tanganku lepas dari genggamannya.

Dia memandangku dengan frustasi namun kemudian dia menghela napas dan saat dia menatapku, aku tahu dia sudah menyerah. Aku melihat P’Nam melirik handphoneku yang ada di meja, di samping cangkir kopiku.

“Okey… Pergilah menemuinya… Siapapun itu yang membuat tubuhmu ada di sini tapi pikiranmu melayang pergi!”

Aku mengucapkan terima kasih, memeluknya erat dan mencium pipinya sebelum melangkah pergi. Aku meninggalkan restoran tempat kami baru saja menyelesaikan makan malam, menyetop taksi pertama yang melewatiku dan mengarahkan sopir untuk mengantarku menuju area rumah keluarga Krist.

Forward

Krist POV

Aku tahu, dia memintaku untuk menunggu di dalam rumah sampai dia menelponku dan mengatakan bahwa dia sudah sampai. Tapi aku tak tahan untuk tinggal di dalam kamarku lebih lama.

Jadi aku meraih sport jacket lamaku yang ada di dalam lemari dan memakainya, tak lupa untuk memasukkan handphone dan dompet ke dalam saku celana pendek yang kugunakan dan menyelinap keluar dari rumah.

Rumah sudah sepi saat aku keluar, kebanyakan lampu di dalam rumah sudah dimatikan kecuali lampu kamar P’King dan Kat. P’King pasti sedang mengerjakan pekerjaan kantornya di dalam kamar, sedangkan Kat mungkin sedang membongkar kado-kado yang belum sempat dia buka selama pesta.

Aku memutuskan untuk menunggu kedatangan P’Sing di depan rumah, berdiri di bawah lampu jalan dengan hoodie menutupi kepalaku. Tak lama kemudian aku melihat sebuah taksi memelankan lajunya dan akhirnya berhenti tepat di depanku.

Seorang pria tan tampan keluar dari dalam taksi dengan raut wajah bahagia. Senyumnya berhasil membuatku pusing.

“Kau sudah lama menunggu? Kenapa menunggu di luar?” tanyanya sambil berjalan mendekatiku,

“Aku tak sabar untuk bertemu… Aku baru saja keluar kok! Kau cepat sekali…” sahutku,

“Untung saja aku dan P’Nam bertemu di dekat sini… Kalau tidak aku akan membuatmu lebih lama menunggu!”

“Mau jalan-jalan? Ada sebuah swalayan 24 jam di dekat sini… Aku ingin mie instan!” sahutku sambil tersenyum,

“Kau dan makanan tak sehatmu…” katanya sambil tertawa, “Ayolah! Paling tidak itu akan membuatmu hangat!”

P’Sing menyamakan langkahnya dengan langkahku, kami berjalan bersisian dan dalam keheningan. Aku tak bisa menahan senyum yang terbit di bibirku, merasakan punggung tangan kami yang bersentuhan saat kami berjalan.

Kami mungkin tak bisa melakukan hal sesimple berjalan sambil bergandengan tangan di depan umum, namun cukup bagiku mengetahui hati kami terhubung satu sama lain.

BEHIND THE SCENE (Krist x Singto FanFiction) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang