Chapter 32

1.2K 113 2
                                    

Krist POV

Aku memutuskan untuk bertemu Prae di taman tempat kami dulu sering bertemu. Tak jauh dari SMA kami.

Aku mengenal Prae sejak dia masih SMA, saat itu dia menjadi salah satu juniorku. Kami menjalani masa pendekatan yang lumayan singkat dan ketika aku mengajaknya berpacaran dia langsung setuju, karena ternyata dia juga tertarik padaku saat pertama kali kami berkenalan.

Banyak yang merasa hubungan kami takkan bertahan selama ini, 5 tahun memang bukan waktu yang sebentar. Teman-teman yang mengenal kami berdua selalu merasa heran, bagaimana kami bertahan selama ini.

Kami termasuk pasangan yang jarang menemui konflik. Hubungan kami selama ini adem ayem.

Setelah aku menjadi model dan aktor, waktu kami untuk bertemu semakin jarang, namun itu tak menjadi masalah. Karena Prae sendiri juga sibuk dengan studi nya.

Bisa dibilang kami berdua sama-sama orang yang ekstrovert. Kami memiliki kumpulan sendiri di luar hubungan kami. Prae memiliki teman-temannya yang tak seberapa aku kenal, dan aku sendiri juga memiliki teman-temanku sendiri.

Kami tidak saling mengekang dan selalu penuh pengertian pada yang lain, bisa dibilang itu adalah alasan kenapa hubungan kami begitu langgeng. Namun seperti apa yang Nammon bilang, banyak orang yang tak merasa kami sedang berpacaran.

Awalnya aku pikir, kurangnya debaran dan rasa rindu ini normal, karena kami sudah lama bersama. Kami saling mempercayai secara absolut.

Tapi apa yang harus aku lakukan jika aku merasakan debaran itu untuk orang lain?!

Seseorang menepuk bahuku pelan, membuatku menoleh padanya. Prae terlihat manis dengan dress chiffon sebetis dengan motif bunga-bunga. Dia tersenyum manis padaku, kemudian memberiku ciuman ringan di pipi seperti biasa saat kami bertemu.

"Phi... sudah lama menunggu?" tanyanya sambil tersenyum,

"Baru saja... Duduklah!" kataku sambil menyodorkan honey lemon ice kesukaannya yang baru saja kubeli di perjalanan menuju taman,

"Terima kasih... Phi tahu aja aku haus!" dia pun duduk di sampingku,

"Kamu kesini naik apa?"

"Ojek online..." katanya sambil tertawa.

Satu tangannya meraih tanganku dan menggenggamnya. Tangan yang lain memegang gelas minuman yang dia nikmati dengan lambat. Kami selalu suka duduk di taman ini sambil menunggu senja turun.

Selama ini aku selalu merasakan kedamaian di tempat ini. Namun saat ini, hatiku tak bisa tenang. Senja hari itu indah, terlalu indah untuk memutuskan hubunganku dengan Prae disana.

Sejenak aku berpikir, mungkinkah tindakanku kejam dengan memutuskannya di tempat kenangan kami berdua?! Haruskah aku menundanya? Mungkin minggu depan...

Tring tring

Notifikasi pesan masuk berbunyi dari hapeku. Nada dering khusus untuk Singto.

Kabari aku jika kamu sudah di condo.

Tidak. Aku tidak boleh menunda-nunda. Prae berhak tau apa yang terjadi. Putusku saat itu.

"Prae... Ada yang perlu aku bicarakan denganmu!" kataku membuka pembicaraan,

"Ada apa Phi?"

Prae menatapku dengan sedikit rasa bingung di matanya. Tak biasanya aku mengajaknya berbicara serius seperti ini. Melihat wajahnya aku merasa seolah dia sudah menduga tentang apa yang akan kubicarakan. Mungkin dia memiliki firasat buruk.

"5 tahun ini, aku sangat berterima kasih padamu karena sudah mendukungku dan selalu ada di sampingku..." kurasakan Prae melepas genggaman tangannya dengan perlahan, "Aku ingin meminta maaf padamu karena mulai saat ini, aku tak bisa lagi menjagamu dan memelukmu seperti dulu..."

BEHIND THE SCENE (Krist x Singto FanFiction) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang