Forward
Singto POV
Aku memutuskan untuk datang ke apartemennya malam itu tanpa pemberitahuan lebih dulu. Aku tahu dia akan banyak beralasan jika aku bilang aku mau ke tempatnya untuk membicarakan masalah hubungan kami. Tapi aku tidak bisa menunggu lebih lama.
Dia sudah putus dengan Prae, aku juga sudah tidak bersama dengan Aya lagi. Tak ada lagi yang menghalangi kami untuk bersama.
"P'Sing... Apa yang..." dia nampak terkejut melihatku berdiri di depan pintu condonya,
"Ada yang harus aku bicarakan..."
"Masuklah, maaf aku baru saja sampai ru... mmph..."
Begitu kami memasuki condo, aku langsung menutup pintu dan mencium bibir Krist. Sudah beberapa hari sejak aku terakhir menciumnya dan aku sangat merindukannya. Walau aku sangat ingin menciumnya lebih lama, aku sadar aku tak bisa membiarkan pikiranku teralihkan.
"Maaf jika aku sudah mengganggumu..." kataku sambil membelai sisi wajahnya dan memberinya kecupan di bibirnya, sebelum aku mundur dan melepaskan tubuhnya,
"Tidak. Aku hanya terkejut, karena kau tiba-tiba datang tanpa pesan. Aku baru saja sampai rumah!" katanya dengan muka memerah,
"Aku tahu..."
"Kau mau sesuatu? Kopi?"
"Kopi okey!"
"Tunggu sebentar!"
Kulihat dia masih menggunakan baju yang dipakainya meninggalkan lokasi hari ini. Rambutnya nampak acak-acakan dan wajahnya terlihat agak lelah. Setelah selesai membuat kopi untukku dan teh panas untuknya, dia pun membawa 2 cangkir itu ke ruang makan, dimana aku sudah menunggunya.
"Kau tahu kenapa aku kemari kan?" tanyaku,
"Kurang lebih..."
"Maaf tapi aku tak bisa menunggu lebih lama..." kataku sambil memainkan cangkir kopi di depanku,
"Sebenarnya, aku ingin membicarakan hal ini nanti setelah shooting film selesai. Tapi aku setuju, sebaiknya kita bicarakan ini secepatnya. Maaf sudah membuat Phi menunggu!" sahutnya,
"Nong... Kau mau menjadi kekasih Phi kan?" tanyaku.
Krist tidak terlihat terkejut, dia masih menunduk menatap cangkir tehnya. Dia menghindar dari tatapanku. Aku membiarkan keheningan merebak setelah pertanyaanku, membiarkannya memikirkan jawaban yang akan dia utarakan.
"Phi..." suara Krist saat memanggilku entah kenapa membawa firasat buruk bagiku,
"Apa yang kau pikirkan?" aku bertanya sambil kuraih tangannya dan kugenggam dengan lembut, "Aku mencintaimu dan kau juga mencintaiku... Kita berdua sama-sama sudah sendiri..."
"Phi... Aku tahu saat ini hubungan pria dengan pria sudah menjadi hal yang sangat wajar dan sering kita jumpai di masyarakat. Tapi kita juga harus memikirkan efek hubungan kita untuk orang lain dan pekerjaan kita...
Kita baru saja merintis karir di jalan ini. Aku takut, ini akan berdampak buruk ke depannya. Untukmu... Juga untukku."
"Aku tak memintamu untuk membuat pengumuman tentang hubungan kita pada semua orang, aku tahu semua itu butuh waktu. Tapi paling tidak, aku ingin aku bisa menyebutmu milikku. Tidakkah kau ingin memiliki aku Kit?" tanyaku sambil menatapnya menyelidik.
Pria ini terlalu peduli dengan sekitar. Aku sadar Krist bukan orang yang egois, walau aku begitu ingin dia egois sekali ini saja. Walau dia berkali-kali bilang dia takut hal ini mempengaruhi karir kami, aku sadar yang dia khawatirkan sebenarnya adalah diriku sendiri.
"Phi... Aku tidak percaya diri bisa menjalani hubungan sembunyi-sembunyi!" katanya akhirnya,
"Lalu apa yang kau usulkan? Agar kita berpisah jalan setelah shooting film dan masa promosi selesai? Aku tak mau..."
"Jika kita berpacaran, suatu saat kita bisa putus dan berpisah juga. Tak ada yang tahu masa depan..." bertolak belakang dengan kalimatnya yang kejam, kurasakan tangan dalam genggamanku sedikit gemetar,
"Tak ada yang tahu tentang masa depan dan kau memutuskan untuk tidak menjalani hubungan ini, padahal kau belum tau apa yang akan terjadi?!"
"P'Sing... Mengertilah! Aku tak mau kehilangan persahabatan kita..." katanya keras kepala.
Kulepaskan tangannya dan aku bangkit dari kursiku. Aku berjalan memutari meja makan yang beberapa saat lalu memisahkanku dan dirinya. Aku meniadakan jarak diantara kami karena kebutuhanku untuk memyentuhnya. Pria tampan yang telah mencuri hatiku.
Aku berdiri di depannya dengan kepala tertunduk, mataku tak lepas darinya.
"Kau tetap akan kehilanganku pada akhirnya, jika kau menolakku!" kataku.
Krist terlihat terkejut, dia mendongak menatapku dengan mata melebar dan berkaca-kaca, "Kau mengancamku Phi?"
"Aku hanya mengatakan kenyataannya!" kataku pelan, sambil membelai lembut rambut halusnya, "Berilah aku kesempatan Krist! Beri kita kesempatan!"
Krist berdiri dari kursinya dan berjalan menuju pintu balkon yang terbuka, meninggalkan aku yang masih termenung sendiri. Dia berdiri sambil bersandar pada railing balkon dan punggung menghadap diriku.
Aku bukannya tak tahu apa yang mendasari argument Krist tentang hubungan kami. Aku tahu. Tapi aku tak ingin kehilangan dirinya. Aku akan berjuang agar kami bisa bersama. Dan aku juga berharap, aku cukup penting dalam hidupnya untuk diperjuangkan oleh Krist.
"Aku mencintaimu Phi..." katanya pelan,
"Aku juga mencintaimu Krist..." sahutku meyakinkannya,
"Jika kita bersama, aku ingin kita bisa saling mendukung karir dan hidup satu sama lain. Bisakah kau berjanji padaku?! Kau tidak akan membiarkan hubungan ini menghambat karir kita berdua!" sahutnya,
"Krist..."
"Berjanjilah Phi!"
"Aku tak mau berjanji untuk menomor duakan dirimu dari karir dan pekerjaan kita. Tapi aku akan berusaha yang terbaik agar kau bangga padaku, aku akan selalu mendukungmu untuk meraih impianmu Kit dan aku akan berusaha berjalan bersamamu di jalan itu. Apa janji ini cukup untukmu?"
"Iya... Cukup. Terima kasih Phi..." katanya sambil berbalik dan menghadapiku, kulihat bahunya yang nampak tegang kini mulai mengendur.
"Sekarang bisakah aku memintamu untuk masuk kesini dan tutup pintu balkonmu? Aku tak bisa memelukmu disitu... Karena jika sampai P'Jane dan P'Yui melihat foto skandal kita, bisa-bisa aku akan digantung oleh mereka berdua." Kataku sambil berdiri dan membuka kedua tanganku lebar-lebar.
Krist tersenyum dengan mata basah dan melakukan tepat seperti yang aku minta. Dia melangkah masuk melewati pintu balkon, menutup pintu kaca itu dan menarik tirai tebal menutupi pandangan kami ke luar. Kemudian berbalik menghadapiku dan berjalan dengan perlahan, masuk dalam dekapanku.
"Terima kasih karena kau mau mencoba menjalani ini bersamaku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SCENE (Krist x Singto FanFiction) COMPLETED
FanfictionBuat yg udah follow nina almeira the series mungkin project yang satu ini bukan kalian banget. Karena kali ini aku bikin project fan fiction gara2 jiwa fujoshi terbangkitkan karena lg banyak film BL seru. Project BTS menceritakan cerita "real life"...