Chapter 34

1.1K 105 5
                                    

Krist POV

Tidak terasa shooting SOTUS Akan segera berakhir. Selama beberapa bulan kami semua bersama dalam berbagai keadaan. Film ini juga yang mempertemukan aku dengan P'Sing setelah sekian lama.

Sedih rasanya, setelah ini kami akan memiliki kegiatan masing-masing dan mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu sesering sekarang. Beberapa dari kami bahkan sudah ditunggu project-project lain.

Saat ini, P'Singto sedang duduk di sebelahku berbicara dengan P'New dan P'Tay yang sedang main ke set.

"Ei, Krist... Kau akan datang ke pesta syukuran Sotus? Kau datang dengan siapa?" tanya P'Tay,

"Apa yang kau bicarakan? tentu dia akan datang!" sahut P'New sambil memukulnya gemas,

"Iya tapi dengan siapa?" tanya Tay lagi,

"Dengannya..." kataku sambil menunjuk pria yang duduk di sampingku,

"Aw... Kita diperbolehkan membawa orang luar kan? Memangnya kau tak mau mengajak Nong Prae?" P'New langsung menghadiahi P'Tay sebuah sikutan pelan di rusuknya, membuat pria itu meliriknya kesal,

"Aku dan Nong Prae sudah putus!" sahutku,

"Aw... benarkah?! Maafkan aku na..." wajah Tay terlihat sedikit tak enak hati,

"Kenapa minta maaf Phi? Semuanya sudah berlalu!" hiburku,

"Ya... tanpa pacar pun kita bisa bersenang-senang!" sahut P'Tay lagi dengan wajah lucu, membuatku tertawa karenanya.

"Ah, kau bisa bilang begitu hanya karena kau punya P'Tay!" kataku pada P'New sambil menggodanya, "Siapa yang butuh pacar kalau punya P'Tay yang tampan ini, iya kan?!"

"Mulutmu manis sekali Nong... Boleh kucicipi sedikit?" tanyanya sambil berdiri dan mencondongkan tubuh ke arahku di atas meja sambil memonyongkan bibir.

Tiba-tiba P'Sing berdiri dari duduknya dan tanpa sengaja mendorong meja ke arah P'Tay membuatnya terkejut dan mengaduh pelan karena kakinya terantuk pinggiran meja.

"Maaf Phi... Aku mau ke kamar mandi. Sebentar lagi giliranku!"

Kami bertiga mengikuti langkah P'Singto meninggalkan kami untuk ke kamar mandi. Kulihat P'Tay masih tertegun karena kaget dan menatapku dengan heran.

"Apa itu tadi?" tanyanya bingung,

"Kau benar-benar cari mati..." sahut P'New padanya,

"Apa dia marah padaku?" tanya P'Tay lagi padaku,

"Tidak Phi... Mungkin dia kebelet!" sahutku dengan senyum canggung,

"Aku juga jadi kebelet..."

Dengan itu Tay pun berdiri dan meninggalkan aku berdua dengan P'New yang masih mengamati aku dengan pandangan penuh rasa penasaran.

"Bagaimana hubunganmu dan Singto?"

Kulihat P'New menatapku dari seberang meja. Pandangannya menusuk tajam padaku.

"Alai wa Phi? Hubungan apa?" tanyaku padanya berpura-pura tak tahu,

"Singto sudah cerita padaku, dia sudah menyatakan perasaannya padamu kan?" todongnya langsung.

"Uhm..." sahutku mengiyakan,

"Jadi, bagaimana status hubungan kalian sekarang? Pacar? TTM? Backstreet??"

"Phi..."

"Krist, tidakkah sebaiknya kau mengambil keputusan dengan segera?! Kau sudah putus dengan Prae. Singto juga sudah sendiri. Lalu apa yang kau tunggu?" desaknya,

"P'Sing cerita pada P'New tentang hubungan kami?" tanyaku padanya.

"Uhm... Dia bilang dia tak mau memaksamu untuk mengambil keputusan secepatnya, tapi... kau lihat sendiri. Akhir-akhir ini dia jadi senewen. Semua orang terkena amukannya!"

Aku juga menyadari hal itu. Semakin Singto merasa tak aman,
semakin dia posesif padaku. Sebenarnya bukan sekali dua kali ini Singto berlaku seperti ini. Nammon, P'Guy dan P'Bright juga sudah pernah menjadi target kecemburuannya.

"Aku tak tahu bagaimana menjelaskan hal ini Phi... Terlalu banyak hal untuk dipertimbangkan." sahutku akhirnya,

"Nong... Apa kau ingin bersama Singto?" tanyanya padaku,

"Tentu saja Phi... Sebelum aku mencintainya dia adalah sahabatku. Aku tak mau kehilangan dirinya..."

"Jika kau terus mengulur-ulur masalah ini, menurutmu apa yang akan dia pikirkan? Bicarakan ini dengannya, jangan berpikir sendiri! Itu hanya akan membuatmu lelah sendiri. Cobalah bicara dengan Singto, aku yakin kalian akan menemukan jalan terbaik!" katanya memberi nasehat,

"Aku masih mencari waktu yang tepat."

New merangkul bahuku dengan satu lengan kekarnya dan memberiku remasan kecil, "Semuanya akan baik-baik saja!"

Singto POV

Aku berjalan meninggalkan meja kami dengan gemuruh di dadaku, api cemburu mengancam menelan tubuhku. Tiba-tiba kurasakan tubuhku ditarik oleh seseorang dari belakang. Saat aku menengok ke belakang, kulihat Tay menatapku dengan senyum aneh.

"Singto... kamar mandinya disini!" katanya sambil menunjuk arah penunjuk letak toilet yang baru saja kulewati.

Aku melirik tangannya yang masih bertengger di bahuku dengan santainya. Aku mengibaskan tangannya dengan satu gerakan ringan membuat wajah Tay terkejut olehnya.

Tay mengikutiku masuk ke dalam toilet dan mengambil urinoir tepat di samping tempatku.

"Ada apa denganmu?" tanyanya sambil mendorongku,

"Bisa tidak kau tak menyentuhku semaumu?!" sahutku kesal dan lanjut menyelesaikan urusanku,

"Alai wa? Kau kesal padaku karena suatu hal hah?"

"Kenapa aku harus kesal padamu?" tanyaku lagi sambil membetulkan celanaku,

"Jika ini tentang kata-kataku tadi, kau tau pasti aku hanya bercanda bukan?"

"Aku tak tahu apa yang kau katakana
!" sahutku keluar dari balik urinoir dan melapkan tanganku pada bajunya,

"Shia... Singto! Kau tak mencuci tanganmu!!" teriaknya kesal.

Aku benci diriku yang seperti ini. Aku cemburu pada semua orang yang dekat dengan Krist. Aku kesal dengan semua orang yang bisa menyentuhnya. Sepertinya aku harus segera bicara pada Krist tentang hubungan kami.

Aku benar-benar benci semua keterbatasanku.

BEHIND THE SCENE (Krist x Singto FanFiction) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang