Secara tak sadar aku terus melirik ke pria manis yang ada di sampingku. Menggunakan kemeja biru muda dan celana jeans belel yang robek di beberapa tempat, menampakkan kulit kakinya yang mulus tanpa bulu.
Kami sedang berada di meja besar berisikan beberapa orang yang sedang makan malam bersama. Aku duduk bersebelahan dengan Krist diapit oleh New dan P'Off di samping kanan kiri kami.
Suasana cukup semarak karena P'Off terus menerus bercerita dengan seru memancing tawa dari orang-orang di sekitar kami. Warna wajah Krist yang bersemu merah karena terlalu banyak tertawa, memancing pandanganku kembali kepadanya. Sampai-sampai New menyikutku dari samping dan kemudian berbisik di telingaku.
"Singto, apa yang kamu lakukan?" tanyanya perlahan,
"Apa?" tanyaku tak mengerti,
"Kau ada masalah dengan Krist? Kamu terus memandanginya..." sahutnya curiga,
"Aku tidak ada masalah apapun dengannya..." kataku sambil memusatkan perhatianku pada piring makananku,
"Aku bisa mencium ketidak beresan dari jarak beberapa meter. Apa kalian sedang bertengkar?" katanya dengan senyum skeptis,
"Kau berlebihan New!" sahutku lagi mencoba mengacuhkannya.
Setelah hening beberapa saat tiba-tiba New nyeletuk, "Astaga... Apa kalian melakukannya?"
"Alai wa?!" kataku lagi menepis tuduhannya,
"Apa itu kissmark yang ada di lehermu?" spontan aku mengangkat tangan ke tempat kissmark dari Kit yang tadi sudah kututupi dengan foundation, namun mungkin sedikit terhapus karena saat ini New sudah melihatnya. "APPPUAAAAAA????"
Aku terkejut karena teriakan New, beberapa orang juga menoleh ke arah kami dengan wajah penasaran.
"Ah maaf... tidak ada apa-apa!" sahutnya kepada orang-orang yang terkejut karena teriakannya, kemudian dia kembali berbisik padaku, "Jadi benar kamu menyembunyikan kissmark di lehermu?"
"Kau menipuku?" tanyaku tak percaya, aku merasa sungguh bodoh karena termakan tipuannya,
"Jadi kau sudah melakukannya dengan Kit?" tanyanya lagi mencoba mendesakku,
"Kenapa kau tiba-tiba menuduhku dan Kit?"
"Ayolah Singto... Siapa yang tak bisa menduganya. Kalian selalu lengket dimanapun. Siapapun bisa menduga-duga hubungan kalian."
"Aku menolak untuk berkomentar!"
"Okey... Kau berhutang cerita padaku bro!" sahutnya dengan nada penuh kemenangan.
"Ada apa Phi?" tanya Krist karena mendengar kasak-kusukku dengan New,
"Tak apa-apa. Kau sudah selesai? Kita akan mulai take lagi setelah makan malam!"
Krist menjawabku dengan anggukan kepala dan aku pun mengacak-acak rambutnya perlahan, lebih karena aku membutuhkan skinship dengannya. Kulihat dia sedikit tersipu membuatku semakin gemas.
Forward
Krist POV
Sedari tadi aku terus mencuri pandang pada P'Sing yang duduk di sebelahku, saat aku melihat dia berbisik-bisik dengan P'New tanpa sadar aku meraba dada kiriku, terasa ada nyeri tumpul disana.
P'New terlihat tampan malam ini, bukan rahasia kalau New dan Tay adalah pasangan tanpa status. Tay bahkan sering berkunjung ke tempat shooting kami walau sebenarnya dia tak punya urusan disana. Walau Tay tak bergabung menjadi cast Sotus tapi kami cukup saling mengenal.
Mengingat kejadian semalam membuat tubuhku menghangat, kini aku tahu orientasi P'Sing. Jika dia bisa melakukan itu denganku, berarti dia juga bisa tertarik dengan lelaki lain kan?!
Menjalin hubungan dengan seorang lelaki, apalagi lelaki tampan seperti Singto benar-benar bisa membuatku mati muda. Bagaimana tidak, ini berarti aku bisa cemburu pada semua orang, terlepas dari gender mereka.
"Ada apa denganmu, Kit?" tanya Nammon dari seberang meja,
"Tidak apa-apa Ai Nam!"
"Kau terlihat tidak enak badan," sahutnya lagi yang kujawab hanya dengan gelengan lemah dan sebuah senyuman.
Kulirik jam tanganku, masih ada waktu beberapa menit sebelum take dimulai. Aku memutuskan untuk ke kamar mandi dulu. Saat aku berdiri, tiba-tiba pergelangan tanganku dicekal oleh seseorang, siapa lagi kalau bukan P'Sing.
"Kau mau kemana?" tanyanya,
"Ke toilet Phi..."
"Aku antar..." katanya sembari ikut berdiri, namun aku menahannya untuk tetap duduk,
"Phi disini saja, aku bisa sendiri!"
Bisa kurasakan pandangan tajam Singto di punggungku saat aku meninggalkannya. Aku butuh sedikit udara segar untuk menenangkan diri.
Saat ini aku dan Singto tidak memiliki hubungan apapun, walaupun kami sudah sampai sejauh ini, tak ada ucapan komitmen dari kami berdua, yang patut dipahami mengingat posisi kami saat ini.
Bukannya ke toilet aku malah mengarahkan kakiku ke taman belakang. Kudengar seseorang mengikuti langkahku, sempat aku mengira itu adalah Singto yang menghampiriku, namun...
"Kit... toiletnya ga ke arah sini!"
Nammon menepuk bahuku dengan pelan,"Aku tahu Ai Nam..."
"Kau kira aku P'Sing? Dia sedang dihadang oleh Off dan kawan-kawan di meja makan!" katanya sambil tertawa.
Nammon terdiam sejenak seolah menanti jawabanku, tapi aku sedang malas menanggapi dirinya.
"Ada yang terjadi semalam?" tanyanya padaku, "Saat dia meninggalkan kamarku untuk mencarimu, aku bisa merasakan aku lolos dari maut. Aku bersumpah, jika saja dia tidak berpikir untuk segera menemukanmu, semalam aku sudah tinggal nama."
"Apa maksudmu?" tanyaku bingung,
"Semalam dia terlihat sangat khawatir karena kau tidak ada di kamar! Jadi kau benar-benar berada di pantai sejak aku meninggalkanmu?" tanyanya lagi dengan sebersit rasa tak percaya,
"Iya... Aku punya banyak hal untuk direnungkan!"
"Jadi... apa hasil perenunganmu?" tanyanya lagi mencoba mendesakku,
"Bahwa aku menyukainya?!" kataku akhirnya saat aku menyadari keteguhan Nammon untuk membuatku mengaku,
"Apa kau butuh merenung selama itu untuk menyadarinya?!" Nammon hanya tertawa sambil mengacak-acak rambutku,
"Nam... Setelah itu apa?" tanyaku masih menatap kedalam kegelapan yang ada di depan kami,
"Jadi kamu sudah mengakui perasaanmu padanya? Bukankah jawabannya sudah jelas, jika kalian saling menyukai, ya sudah berkencan saja dengannya." katanya ringan,
"Tidak semudah itu... kan?" tanyaku ragu,
"Apa yang sulit, kamu menyukainya, dia juga menyukaimu. Kit... masyarakat kita tidak se kaku itu menanggapi hubungan pria dan pria. Jika kamu yakin dengan perasaanmu, kau bisa perjuangkan itu!" kata Nammon sambil meletakkan tangannya di bahu kanan dan kiriku, mencoba membuat aku menghadap dirinya,
"Entahlah Nam..." kataku sambil menghembuskan napas panjang.
Saat itu aku melihat P'Sing keluar dari pintu rumah dan menghampiri kami berdua. Dia nampak... terganggu.
"Apa yang kalian lakukan disini?" tanyanya,
"Cari angin Phi..." jawab Nammon,
"Sudah waktunya giliran kita untuk take! Ayo Krist!" ajak Singto sambil menarik tanganku,
"Iya Phi... Selamat istirahat Ai Nam..." kataku sambil mengikuti langkah P'Sing,
"Selamat bekerja untuk kalian berdua..." kemudian Nammon menambahkan, "Dan Kit... Kau yang paling tahu apa yang kau inginkan?!"
Saat kami sudah menjauh dari Nam, P'Sing bertanya padaku, "Tentang apa itu tadi?"
"Nammon hanya memberiku nasehat tentang sesuatu... Sesuatu yang aku sukai!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE SCENE (Krist x Singto FanFiction) COMPLETED
FanficBuat yg udah follow nina almeira the series mungkin project yang satu ini bukan kalian banget. Karena kali ini aku bikin project fan fiction gara2 jiwa fujoshi terbangkitkan karena lg banyak film BL seru. Project BTS menceritakan cerita "real life"...