Chapter 3

1.5K 175 4
                                    

Krist POV

“Tapi Phi…” sahutku ragu, baru saja aku mendapat informasi yang mengejutkan dari Sutradara dan P’Can,

“Nong Krist… Percayalah, penilaian kami tidak akan salah…” kata P’Can dengan lembut, “Bagaimana denganmu Singto?”

“Phi… dari awal aku melamar masuk audisi karena aku tertarik dengan karakter Arthit…” sahut P’Sing padanya,

“Karena kamu merasa Arthit mirip dengan dirimu kan?”

“Iya, Phi! Aku merasa karakter Kong terlalu jauh dengan diriku yang asli. Terus terang ini adalah pengalaman petamaku berakting di film seri, aku tidak yakin aku bisa memerankan Kong yang begitu berbeda dengan keseharianku!” jelas P’Sing dengan nada serius.

“Nong Singto, P’Can tahu kemampuan kalian. Keputusan ini juga kami ambil karena kami merasa kalian sangat mampu untuk melakukan itu. Dan ini sudah menjadi keputusan pihak produksi. Jadi setelah hari ini, kalian akan bertukar peran. Arthit akan diperankan oleh Krist dan kamu Singto akan memerankan Kongbop”

“Tapi, Phi…” aku masih mencoba memprotes kepada P’Can namun dari sudut mataku, aku melihat P’Sing menggelengkan kepala memberi isyarat kepadaku untuk diam.

Setelah beberapa kalimat lagi, P’Can dan Sutradara menggiring kami keluar ruangan. Aku langsung menarik lengan P’Sing dan mengajaknya masuk ke salah satu ruangan latihan yang ada di kantor itu.

Aku sungguh terkejut dengan keputusan mereka, tapi aku tahu tak ada gunanya kami memprotes. Nampaknya keputusan itu sudah final.

“Phi… Bagaimana menurutmu?” tanyaku sambil bersandar ke dinding dekat pintu dan menatap seniorku itu dengan tidak sabar, “Pelatihan sudah berjalan setengahnya, tiba-tiba peran kita diganti…”

“Mau bilang apa lagi, ini bukan kali pertama hal ini terjadi. Aku memang terkejut karena peran kita diganti, padahal kurasa kita baik-baik saja selama ini. Mungkin mereka punya penilaian tersendiri.”

“Jadi bagaimana, kita sudah terlanjur mendalami peran kita kan? Bertukar peran berarti kita harus memulai dari awal!”

“Tidak, kita bisa mempersingkat waktu pembelajaran kita, jika kita bisa saling membantu satu sama lain..."

“Maksudmu Phi?”

“Kita bisa bekerja sama untuk membantu satu sama lain… Itu akan menghemat banyak waktu.”

Sejak hari itu, Aku dan P’Sing meningkatkan durasi kami bertemu, bahkan ketika tak ada jadwal latihan di kantor, kami selalu bertemu di luar entah di café atau dimanapun untuk berlatih.

Setiap kami bertemu, aku akan mencoba berakting sebagai Arthit dan mendalami kepribadiannya, sedangkan P’Sing akan berubah menjadi Kongbop.

Hubungan kami pun menjadi lebih dekat dari semula. Saat kami bersama dan berlatih P’Sing akan memanggilku Phi (panggilan untuk orang yang lebih tua) dan aku akan menganggapnya Nong (orang yang lebih muda), tapi itu hanya jika kami sedang berlatih karena dia sangat ketat menerapkan aturan sopan santun itu.

Pernah sekali aku keceplosan memanggilnya tanpa sebutan Phi dan dia mengomeli ku panjang lebar.
Namun, aku sadar… metode kami berlatih ini sangat ampuh. Terbukti dalam waktu 1-2 minggu saja, kemajuan kami sangat pesat bahkan mengejutkan P’Can yang menjadi acting coach kami.

Pada akhirnya aku bisa mengurangi kecanggungan saat kami harus beradegan mesra. Aku tahu dalam skrip naskah, aku dan P’Sing memiliki beberapa adegan mesra bahkan adegan ciuman.

Jadi mau tak mau, aku juga harus berlatih untuk melakukan itu selain harus mengasah pendalaman karakterku.

Menyukai P’Sing sebenarnya tidak membutuhkan banyak usaha yang berarti. Siapa yang tak akan menyukai dan mengaguminya? Dia adalah seorang Phi yang baik, dia pintar dan baik hati, serta memperlakukan aku dan teman-teman dengan baik pula.

Wajahnya juga sangat enak dilihat, terlalu enak dilihat malahan.  Tak jarang aku mendapati diriku tersipu begitu hebatnya karena bertukar pandang dengannya. 

Bahkan warna kulit yang dikeluhkan terus olehnya menurutku terlihat begitu indah padanya. Kulit gelapnya justru membuat dia terlihat seksi dan sehat, belum lagi tubuhnya atletis karena dia sangat suka berolahraga.

Kenapa aku semakin terdengar seperti terlalu memuja dirinya??? Ah mungkin karena aku belum benar-benar terlepas dari aktingku tadi saat latihan.

Singto POV

Aku bisa merasakan panas tubuhnya menguar dari balik kaos yang dia kenakan, Tangannya disampirkan dengan santai di bahuku, kepalanya bersandar di lekukan bahuku sambil mendengarkan penjelasan P’Can di kelas siang itu.

“Apa kamu mengantuk?” tanyaku sambil sedikit menoleh padanya,

“Tidak… Aku hanya sedang bosan…” sahutnya manja,

“P’Can akan membunuhmu jika dia dengar itu!” sahutku sambil bercanda padanya,

“Jangan katakan padanya!” katanya sambil membenamkan wajahnya di dadaku,

“Krist… Duduk yang benar!” bisik Nammon padanya,

Dengan segera dia membetulkan posisi duduknya, dia menarik tangan yang tadi disampirkan di bahuku, namun dia menggeser posisi duduknya semakin merapat padaku.

Pahanya ditumpukkan di atas kakiku dan dia berbisik pelan di telingaku “Nammon cerewet sekali!” yang hanya kujawab dengan tawa tertahan.

“Apa katamu Ai’Krist? Aku bisa mendengarnya!” sahut Nam yang duduk dibelakang kami,

“Kalau kamu dengar, jangan bertanya lagi!” aku hanya bisa terkekeh geli melihat interaksi duo gila ini.

Krist dan Nammon memang teman seumuran dan mereka sangat akrab sejak mereka berkenalan di workshop. Bahkan kadang lebih dekat dari saat aku bersama dengan dirinya. 

“Krist, Nam… Bisakah kalian tidak terlalu berisik disitu?” tanya P’Can pada mereka yang dengan sukses membuat dua orang itu diam membisu.

Krist masih duduk bersandar di bahuku. Akhir-akhir ini beginilah dirinya, Krist semakin dekat denganku, terkadang dia akan bersikap manja begitu. Kami memang membiasakan diri dengan kontak fisik dengan satu sama lain.

Setiap ditanya yang lain kami selalu bilang kami mencoba masuk dalam peran kami dari awal karena ingin mendapatkan chemistry yang kuat.
Terkadang aku ragu niatku dekat dengannya apa sungguh murni karena ingin mendalami acting atau karena hal lain.

Apa yang dia lakukan kepadaku sering membuat jantungku berdebar kencang. Selama ini aku menganggap ini normal saja, karena aku memang seharusnya memiliki rasa kepada seniorku yang imut (dalam cerita drama kami), namun beberapa kali aku meragukan perasaan yang muncul ini apa benar hanya karena acting kami?!

BEHIND THE SCENE (Krist x Singto FanFiction) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang