22. Haruskah Kevin tahu?

5.6K 379 31
                                    

Renatta mencoba bangun dari tidurnya yang hanya 2 jam karena ia harus makan siang.
Ia memegang kepalanya yang sedikit terasa pusing. Ia melihat air di atas nakas dan meminumnya hingga habis, namun pusing di kepalanya tidak kunjung reda.

Renatta bangkit dari tidurnya dan memakai sendal rumahnya berjalan keluar untuk mencari makan siang yang mungkin sudah Chloe siapkan.

Ia menuruni anak tangga dan melihat adik kekasihnya sedang menelpon sambil membiarkan Chloe menyiapkan jus di dalam gelas.

"Ya, aku sedang ada urusan di apartment Kakakku... Apa itu diperlukan? Baiklah, aku akan turun ke lobby nanti sore untuk mengambilnya.."

Renatta berjalan perlahan sambil tersenyum mengambil salah satu kursi dan mendudukinya. Nana yang menyadari kehadirannya pun tersenyum sumringah. Ia menyapa Renatta dengan melambaikan tangan kirinya yang bebas.

"Zee, sudah dulu ya, aku akan menghubungimu lagi nanti."

"Hai, Kak. Bagaimana tidurmu?" Sapa Nana.

Dengan tersenyum kikuk karena dipanggil kakak oleh wanita manis dihadapannya ini, Renatta balik menyapanya.
"Hai. Sedikit lebih baik, hanya saja aku merasa sedikit pusing. Mungkin karena aku belum makan."

"Ah ya. Chloe dan aku memasak sup ayam kacang merah untukmu. Apa kau suka?"

Renatta mengangguk dan membiarkan wanita cantik itu menyendoki sup itu kedalam mangkuk di depannya.

Ia mulai makan dalam diam.
"Kau tidak makan?"

Nana memangku dagunya dengan tangan kanannya. "Aku sudah makan tadi. Melihatmu polos seperti ini, aku jadi tidak yakin apa yang ditakutkan Mom itu benar."

Renatta menghentikan makannya.

"Ah, maaf. Sepertinya, aku salah bicara. Well, ini pertama kalinya kita bertemu. Aku sudah menyimpan nomormu dari ponsel Kak Kevin."

"Maaf, tadi aku langsung tertidur." Renatta menjadi sedikit tidak enak pada sosok adik kekasihnya itu.

"Tak apa. Aku tahu kau lelah. Jadi, sudah berapa lama kau menjadi model?"

"Tahun ini berjalan 4 tahun. Aku sudah 2 tahun bergabung dengan Victoria'S Angels."

Nana mengangguk.

"Bagaimana denganmu? Kau sudah memiliki license praktik sendiri?"

Nana tersenyum. Ia senang Renatta bertanya tentangnya meski masih dalam kondisi canggung. "Aku senang kau bertanya. Well, aku sedang dalam pelatihan disalah satu rumah sakit besar dikota ini sebelum license ku keluar."

"Well, semoga semua lancar." Ucap Renatta tulus.

"Thanks. Kak, kuharap kita bisa dekat dan menjadi layaknya adik kakak. Kau tahu, aku sangat menginginkan kakak perempuan. Kak Kevin memang selalu peduli dan menjagaku, tapi dia tetaplah seorang lelaki yang tidak akan paham perasaan seorang wanita."

Renatta tersenyum. "Senang bisa dekat denganmu."

Saat sedang menikmati makannya, dan Nana kembali sibuk dengan ponselnya, Renatta memegang perutnya dan meringis.

Sekarang, perutnya terasa begitu sakit dan melilit.

"Kak, kau tidak apa-apa?"

"Hhmm... A-aku akan ke toilet sebentar."

Renatta berlari ke atas sambil menahan gejolak di dalam perutnya.
10 menit di toilet, namun ia tidak mengeluarkan apapun. Keringat di wajahnya sudah bercucuran. Sementara, Nana selalu mengetuk pintu kamarnya.

ON HER EYES (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang