37. Semuanya Berakhir

5.8K 403 23
                                    


Renatta merapikan tasnya sambil menghimpit ponselnya diantara telinga dan bahunya.

"Ya ya ya! Aku mengerti! Kenapa kalian terdengar bawel sekali?" Tanya Renatta kesal.

"Salahkan dirimu sendiri yang lebih memilih pergi sendiri."

Renatta hanya bisa terdiam lalu ia memegang ponselnya setelah selesai merapikan tasnya.

"Akan lebih lama menunggu kalian. Aku sudah terlambat. Aku akan pergi sendiri menggunakan mobil."

"Tidak akan terlalu terlambat. Aku akan sampai sebentar lagi. Jalanan di dekat gedung EJ sangat macet."

"It's okay, Monica. Kalian tidak perlu khawatir, ini bukan kali pertama aku bekerja sendiri."
Terdengar hembusan napas kasar menandakan lawan bicaranya kali ini menyerah.

Renatta tersenyum, lalu ia memakai mantelnya bergegas turun ke bawah setelah mengambil kunci mobilnya.

"Baiklah. Hubungi aku setelah sampai. Aku akan langsung mengirim rundown acara dan meminta seseorang disana membawamu ke kursimu."

"Thanks. Doakan aku ya.."

"Kau terdengar seperti bukan Calista yang ku kenal."

Renatta tertawa geli. "Sudah dulu ya, aku sedang di lift sekarang."

"Baiklah, see you."

Renatta menghembuskan napasnya, jadwalnya hari ini adalah menuju Cliffton Building Centre untuk menghadiri acara amal yang letaknya lumayan jauh karena harus melewati tol dan keluar dari hiruk pikuk kota. Ia membayangkan hijau dan kuningnya pepohonan yang ada mengingat salju sudah mulai menghilang dari aspal meski memang masih ada beberapa jalanan yang tertutup bekas salju yang masih membeku. Namun, dedaunan asli kuning dan hijau mulai terlihat pastinya.

Ia mengendarai ferarri merah miliknya yang baru saja ia beli karena sedikit bosan dengan mobil putihnya. Membeli warna yang lebih menyala, sepertinya membuat kepribadiannya lebih berani dan anggun.

Ia membiarkan kap mobilnya terbuka untuk menikmati sore hari dengan udara yang masih dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia membiarkan kap mobilnya terbuka untuk menikmati sore hari dengan udara yang masih dingin. Beberapa pepohonan masih terlihat ditutupi salju.

"Oh, indahnya." Ucap Renatta. Ia tidak merasa menyesal sama sekali untuk berkendara seorang diri. Ia begitu menikmati hari ini.

Setelah keluar dari jalan tol, menuju jalan sepi yang terdapat pemandangan yang begitu indah, Renatta menyadari ada mobil hitam yang mencoba mengikutinya.

Darimana ia tahu?
Renatta sempat membiarkan laju mobilnya pelan, untuk membiarkan mobil lamborghini hitam itu melewati mobilnya. Namun, mobil itu malah hanya memepet pada mobilnya.

Mata Renatta membelalak ketika melihat supir itu samar memakai penutup wajah.
Ia menginjak gasnya lebih kencang, dan tangannya mulai gemetar mendapati mobil hitam itu ikut melaju kencang mengikutinya.

ON HER EYES (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang