32. Double Trouble

5K 400 27
                                    

"Hhaaahhh.."
Renatta menjatuhkan dirinya ke sofa. Ia memijat pelipisnya untuk mengurangi rasa sakit kepalanya.

Ia tidak menyangka, jika selama ini Kevin salah mengiri dirinya yang bermain dibelakangnya.
Bahkan, pria itu tidak tahu jika dirinya pernah diperkosa.

Ia bersyukur jika Kevin sekarang mengetahuinya dan lebih mengerti keadaannya. Memang, mereka sudah saling memaafkan tetapi hubungan mereka belum kembali ditegaskan.

Renatta tidak mau menanyakan hal ini ditengah keadaan reputasinya yang sedang memburuk. Bahkan, pria itu statusnya sudah kembali bertunangan dengan wanita pilihan ibunya.

Ia tidak mau terburu-buru menanyakan hal itu pada Kevin, karena ia takut kehilangan Kevin kembali.

"Apa lelaki itu?"

Dengan bibir yang gemetar, Renatta mengangguk lalu kembali menangis. Entah kenapa, ia malah mengingat kejadian dahulu meski tidak sesakit kemarin-kemarin karena memang sejak ia melakukannya bersama Kevin, ia merasa lebih baik.

"Aku akan membunuhnya." Suara Kevin begitu terdengar sarat akan dendam. Begitu dalam dan penuh kepastian.

Renatta mendongak. "Dia menghamili kakakku. Usia kandungannya sudah besar."

"What??!!"

"Itu kenapa aku tidak melakukan apapun, meski sangat ingin memenjarakannya. Jean memang mengijinkanku untuk memenjarakannya saat ia tahu pria itu yang memperkosaku. Tapi, aku tetap tidak bisa."

Kevin mengkerutkan dahinya. Ia begitu iba dengan kefrustasian Renatta. Bahkan, airmata itu kembali terjatuh begitu saja. Kevin menghapusnya dan merengkuh pinggang wanita itu.

Renatta menggigit bibir bawahnya. "A-aku tidak bisa melakukan itu. Aku tidak ingin melihat Kak Jean menderita."

Kevin menggeleng melihat Renatta yang kembali terisak dan memeluk tubuh wanitanya.

"I'm so sorry. Maaf, aku terlambat mengetahui ini."  Ia mengecup puncak kepala Renatta dengan dalam.

Mata Renatta terpejam, ia menghirup aroma khas pria itu saat ia memeluk erat pria yang begitu ia rindukan.

"Aku juga minta maaf karena berbohong padamu."

Kevin terdiam. Ia hanya mengusap punggung wanita itu dan tahu jika seharusnya ia membawa Renatta ke ruang yang lebih hangat saat merasakan tubuh itu mulai menggigil.

Renatta berjalan sedikit sempoyongan menuju kamarnya. Ia teringat ketika Kevin memintanya untuk menyalakan ponselnya selalu, ia harus mengisi baterainya agar besok pagi bisa digunakan.

Jam sudah menunjukkan jam 12 malam ketika Renatta sudah selesai mandi. Pusing yang ia dera lumayan bisa ia hilangkan setelah berendam dan meminum obat penghilang rasa sakit kepala.

Baru saja ia akan masuk ke dalam kamarnya, ia mendengar suara bell apartmentnya berbunyi.
Renatta berjalan menuju pintu kamarnya sambil bertanya, "Siapa yang bertamu selarut ini?"

Renatta menatap monitor apartmentnya namun ia terkejut ketika mendapati seluruh layarnya menghitam.

Dan bell kembali berbunyi.
Matanya melebar, bulu kuduknya kembali meremang menyadari jika sebenarnya memang ia memiliki haters.

Apa yang dilakukan orang gila semacam itu ditengah malam seperti ini?

Renatta berlari menuju telpon diruang tamu dan menekan nomor layanan gedung.

"Ha-halo?"

"Halo, selamat malam. Ada yang bisa dibantu?"

"Aku ingin bertanya, apa sistem keamanan bisa membantu mengecek monitor unit 307?"

ON HER EYES (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang