31. Bahaya Fakta tidak Lengkap

5K 437 58
                                    

Dengerin lagunya ya..



---------

Renatta memakai sepatu kets nya, lalu memakai jaket hitam tebalnya. Tak lupa topi dan masker untuk menutupi wajahnya.

Kali ini, ia tidak bisa bertahan didalam ruangan selama 5 hari. Tanpa ponsel (yang sengaja ia matikan demi menghindari telpon para wartawan atau siapapun yang menganggungnya), dan tanpa teman (karena Monica sendiri yang mengatakan akan langsung menemuinya ketika semua selesai).

Ia butuh udara segar, ditambah persediaan makanannya mulai menipis. Jadi, tepat jam 10 malam ini ia memutuskan keluar apartment karena ia yakin para wartawan pasti sudah lelah menunggunya yang tak kunjung terlihat.

Terima kasih juga pada Monica yang tadi sempat datang ke depan pintu apartmentnya dan mengatakan pada semua wartawan bahwa dirinya sedang berada diluar kota. Well, sepertinya itu sedikit berhasil meski disiang hingga sore hari masih saja ada wartawan yang mampir untuk memastikan.

Renatta melihat semua kemajuan kasusnya dari televisi karena ia harus menghindari berbagai macam kontak media.

Ia bernapas lega ketika sudah sampai lobby dan keluar dari gedung apartmentnya.
Menapaki jalan kecil dengan taman dipinggir jalan.

"Hhuuhhh, senangnya menghirup udara malam yang dingin." Renatta tersenyum, salju mulai menipis dan tidak setebal hari-hari kemarin. Tapi, ia yakin besok salju akan lebih lebat dari hari ini.

Renatta berhenti dan menajamkan langkahnya ketika mendengar seseorang dibelakangnya berjalan. Ia menoleh, namun tak ada orang lain yang sedang berada didekatnya.

Jalanan yang lumayan gelap membuat Renatta sedikit ketakutan. Beruntung lampu jalanan masih menyala dengan terang. Ia takut gelap, tapi seiring berjalannya waktu ia bisa menahan diri ditempat yang temaram seperti ini.

'Semoga lampu jalanan itu tidak mati.' Batin Renatta sambil melangkahkan kakinya sedikit lebih cepat.

Namun, Renatta semakin mempercepat langkahnya mendengar seseorang dibelakangnya ikut berlari. Renatta berlari secepat mungkin, ia begitu ketakutan sekarang.

Ia teringat dengan kejadian tempo hari dirumah sakit. Apa benar seseorang memang mengikutinya?

Renatta berteriak ketika tangannya ditarik ke belakang dan tubuhnya menabrak dada seseorang.

Namun, ia mengerjapkan matanya saat melihat siapa yang memegang kedua tangannya erat saat ini.

Pria itu mengkerutkan dahinya dan menatapnya tajam meski tak ada emosi. Saat melihat wajah Renatta yang begitu ketakutan pun, rahang pria itu mengeras.

"Kau baik-baik saja?"
Tanya pria itu dengan suara bass nya.

Renatta masih mengerjapkan matanya, ia menatap setiap lekung wajah pria yang sangat ia rindukan itu.
Wajah yang sudah beberapa hari tidak ia lihat.
Wajah yang biasanya selalu menyapa harinya, dan bibir itu... Bibir yang selalu mengecupnya dengan penuh cinta.

Wait, Cinta??

Renatta berdecih membuat Kevin bingung dan khawatir disaat yang bersamaan. Ia bisa melihat sinar mata ketakutan dimata biru itu.
Renatta melepaskan tangan Kevin yang memegang kedua tangannya dengan sedikit mendorong pria itu. Kevin dibuat mundur sedikit dan membuat jarak diantara mereka.

"I am okay. Lain kali, jangan mengikutiku seperti itu. Aku bisa saja teriak minta tolong."

Mengikuti?
Kevin bahkan baru saja turun dari mobil saat melihat wanita itu berjalan cepat seakan terburu-buru. Ia berlari untuk mendapatkan Renatta.

ON HER EYES (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang