"Bagaimana perasaanmu?"
Tanya Kevin berjalan bersama Renatta. Ia memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana.Mereka sedang berjalan-jalan diluar ruangan rumah sakit. Udara sejuk pagi hari yang disinari oleh cahaya mentari yang tidak menyengat membuat pagi ini semakin terasa menyegarkan.
Sepertinya, musim dingin akan berlalu sangat panjang. Karena, sampai hari ini matahari masih memunculkan dirinya meski dedaunan sudah mulai berguguran dan ada yang hanya tinggal batang dari pepohonan.
"Lebih baik. Bahkan, kurasa aku sudah bisa pulang."
Ucap Renatta sambil duduk disalah satu kursi batu dekat pohon kecil. Kevin membantu membenarkan posisi tiang infusnya.Suasana diluar kini lumayan ramai oleh para pasien dan suster. Mereka sedang menikmati hari seperti ini juga. Dokter menyarankan para pasien yang dalam proses penyembuhan untuk keluar karena pagi ini lumayan hangat dari pagi kemarin.
Kevin mengernyit tidak suka. "No! Tunggu lukamu kering. Setidaknya, besok."
"Aku bosan dirumah sakit. Rasanya tidak menyenangkan."
Kevin tersenyum sambil mencium kening Renatta dan berjongkok dihadapan wanita yang sedang duduk itu.
"What?" Tanya Renatta saat Kevin hanya memandanginya sambil memegang lengannya.
"Seseorang ingin menemuimu."
"Siapa?"
Renatta mengikuti tatapan Kevin yang menoleh ke kirinya.
Ia bisa melihat seorang wanita cantik yang sangat ia kenal namun sangat ingin ia hindari itu berdiri sambil tersenyum.Tatapan Renatta beralih pada Kevin yang tiba-tiba berdiri sambil menghembuskan napasnya.
"Well, aku akan menemui Mateo sebentar."
Ucap Kevin, ia tahu kedua saudari ini pasti membutuhkan waktu sendiri.Renatta menggeleng. "No, i need you here."
"Aku akan kembali." Ucap Kevin sambil mencium kembali kening Renatta dan pergi tanpa menghiraukan tatapan memohon dari Renatta untuk tidak pergi.
Jean menghampiri Renatta dengan wajah penuh penyesalan.
Bahkan, hanya dengan menyentuh tangan adiknya itu, ia sudah menangis."Re. Maafkan aku."
Renatta mengkerutkan keningnya.
"Entah kenapa, aku tidak bisa membencimu yang tidak mempercayaiku."Kali ini, Jean menggeleng sambil terisak membuat Renatta terdiam. Ia bahkan, jadi ingin ikut menangis melihat kepiluan kakaknya. Bahkan, Jean sampai membawa kepalanya keatas pahanya dan terisak disana.
"What's wrong?"
"Engga. Ga ada yang salah. Tapi, Kakak mau minta maaf karena selama ini kamu benar. "
"Benar tentang apa?"
"Semuanya.. Wilson.." Isak Jean tidak mampu menjelaskan apa yang hendak ia katakan.
Namun, hanya dua kata itu mampu membuat Renatta menegang dan mengerti kemana arah pembicaraan Kakaknya.
Matanya mulai terasa pedih.
Namun, ia mencoba sekuat tenaga untuk tidak menangis dan menjadi wanita kuat.Jadi, Kak Jean sudah mengetahuinya?
Renatta merasakan kepedihan, kekecewaan, amarah yang besar dalam tangis kakaknya. Dan anehnya itu sanggup membuatnya iba dan tidak tega untuk menjebloskan pria brengsek itu ke penjara mengingat bayi yang sedang dikandung kakaknya."Maafkan Kakak, Re. Kakak minta maaf untuk semua penderitaanmu yang semakin berat karena ketidakpercayaan kakak. Maafkan kakak yang bodoh ini."
Renatta menggeleng ia meminta kakaknya untuk duduk disampingnya. Dan Jean mengikuti. "Kak, dengan kakak tahu yang sebenarnya aku merasa lega dan senang. Setidaknya, aku tahu respon kakak seperti ini yang artinya kakak pasti akan mendukungku."
KAMU SEDANG MEMBACA
ON HER EYES (FINISH)
RomancePRIVATE! CERITA SEQUEL DARI : EVERYTHING SURROUNDS ME DON'T EVER PLAGIAT COME HERE !!! Cerita ini murni imajinasi penulis, dan alur mengalir sesuai keinginan penulis. Tinggalkan vote dan juga comment. Highest Rank #1 on Truth #1 on Seru #2 on Wat...