Sudah seminggu Renatta bekerja di EJ Entertainment.
Ia bekerja dibagian edit periklanan, begitu juga 5 orang lainnya. Mereka diminta untuk selalu mengeluarkan pendapat atau gagasan yang bisa dipertimbangkan untuk media kreatif seputar iklan-iklan yang nantinya akan di buat. Hal ini membuat mereka harus selalu keluar ruangan.Untuk mengamati setiap devisi lainnya, dan memenuhi ide yang mungkin belum begitu sempurna dari beberapa devisi.
Contohnya, di bagian proyek modeling seperti yang saat ini Renatta sedang geluti. Dirinya dengan antusias menumpahkan segala macam ide. Entah tempat photo, ide gaya modelnya, atau hingga sampai ke konsep yang sebenarnya sudah matang, namun sentuhan gagasan Renatta selalu disambut baik oleh management disana.
Seperti siang ini, Renatta baru saja selesai menjelaskan sedikit tambahan konsep. Rapat pun sudah usai, dan sudah menjadi tugasnya Renatta untuk merapikan segala kekacauan dalam ruangan meeting tersebut dikala semua orang sudah kembali sibuk pada tugasnya masing-masing.
"Re.."
Renatta mendongak dan mendapati Molly, teman satu magangnya yang menghampiri.
"Molly? Kau sudah selesai dengan pekerjaanmu?" Tanya balik Renatta, sambil merapikan buku-buku dan kertas diatas meja.
Molly mengangguk. "Aku disuruh untuk memanggilmu."
"Siapa yang menyuruh?"
"Siapa lagi kalau bukan Kevin?"
Renatta mengkerutkan keningnya.
Anak atasannya itu memang selalu membawa mereka berkeliling gedung lalu menugaskan mereka berbagai macam hal untuk membantu tugas laporan harian mereka. Sedikit membantu, meski tidak terlalu perlu.Ingin sekali Renatta menolak namun pembimbing memaksa mereka untuk mengikuti aturan yang ada dan tidak boleh telat sama sekali.
"Well, aku lupa jika siang ini kita ada pertemuan. Lalu, kenapa tidak sms aku saja?"
"Rere! Aku tidak tahu kau sepintar itu atau memang hanya pura-pura. Ayolah, aku sudah mengirimmu sms tanpa jawaban. Kau tahu, pria itu sangat menjengkelkan. Kau juga sudah 3 kali telat dalam seminggu ini, Re.."
"Tapi, aku telat karena pekerjaan. Bukan karena aku santai. Kau tidak menjelaskannya?"
"Andai dia mendengarku, dia tidak akan meminta aku kesini sekarang untuk kesekian kalinya." Sewot Molly yang tampaknya juga begitu dongkol akan sifat tukang perintah bos mereka itu.
Renatta menghembuskan napasnya. Ia melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan angka 2. Ia bahkan belum makan siang.
Belum lagi, setelah pertemuan, ia ada janji bertemu dengan orang di bagian management office untuk membantu pekerjaan mereka. Tadi siang, ia tidak sempat makan karena mengejar jam tayang yang mengharuskannya mengerjakan laporan.
Beberapa hari belakangan, ia memang tidak sempat mengontrol jam makannya. Ia salut pada Molly dan rekan yang lainnya, yang selalu membawa roti untuk sekedar mengganjal.
Apalah ia?
Ia tidak pernah menyukai roti. Entahlah, mungkin karena ia masih ada keturunan Indonesia, tapi apa itu pengaruh?Sepertinya, ia harus pergi ke kampung Neneknya itu untuk mengetahuinya.
Bukan berarti ia tidak pernah makan roti, namun hanya saja ia tidak menyukainya.
Rasa roti biasa dengan pizza, sangat berbeda. Well, ia bersyukur masih bisa makan pizza disaat ia tidak begitu menyukai sejenisnya.Renatta dan Molly sampai di tempat mereka berkumpul sesuai info. Mereka berada di taman yang letaknya berada di tengah kebun.
Dan, terlihat pria itu sedang menjelaskan sesuatu pada ketiga temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ON HER EYES (FINISH)
RomancePRIVATE! CERITA SEQUEL DARI : EVERYTHING SURROUNDS ME DON'T EVER PLAGIAT COME HERE !!! Cerita ini murni imajinasi penulis, dan alur mengalir sesuai keinginan penulis. Tinggalkan vote dan juga comment. Highest Rank #1 on Truth #1 on Seru #2 on Wat...