16. Murid Pindahan

115 17 5
                                    

Merebahkan tubuh dikasur empuk itu salah satu kenyamanan bagi Elva- atau mungkin memang untuk semua orang. Seperti semua penatnya terlepaskan.

Elva mencari keberadaan handphonenya, yang ternyata berada di meja samping tempat tidurnya. Elva mencabut charger yang tersambung pada handphonenya.

"Hubungi tidak ya." Elva memutar-mutar handphonenya. "Oke. Tidak ada salahnya mencoba, El."

Panggilan itu berdering sampai suara dering itu berhenti digantikan dengan suara hembusan nafas.

"Halo?"

"Halo? Kak Galvan?"




ribbon




"Katanya ada anak baru lagi dikelas sebelah," ucap salah satu teman kelas Elva.

Baru saja dirinya pindah dua hari yang lalu, sekarang ada murid baru lagi? Elva sebenarnya tidak berminat untuk bertemu dengan murid baru itu, tapi entah kenapa perasaan Elva merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan hari-hari biasanya.

"Kau Elva kan?"

Tiba-tiba ada yang mendatangi meja Elva, pria dengan mata yang tajam. "Ya, aku Elva."

Pria itu memberikannya secarik kertas. Elva mendongak- menatap pria itu bingung. Tatapan mata yang tajam itu berubah menjadi eyesmile ditambah dengan lesung pipinya.

"Tidak usah tegang begitu, kita sekutu."

Elva mengangkat satu alisnya- bingung dengan perkataan pria dihadapannya ini. "Maksudmu?"

"Ey, tidak usah berpura-pura seperti itu. Mataku juga merah."

Merah?

"Oh! Kau vamp-mmph." Ucapan Elva terhenti begitu tangan besar pria itu menutup mulut Elva.

"Jangan berteriak," ucapnya tetapi tangan yang masih senantiasa menutup mulut mungil Elva, "orang-orang akan menganggap kita gila, kau tau itu?"

Elva memukul tangan pria itu- lebih tepatnya, menyuruhnya untuk menurunkan tangannya itu. "Kau tahu? Tidak sopan menutup mulut orang sembarangan!"

"Ah maafkan aku," ucapnya dengan tersenyum. Oke, Elva akui pria itu memiliki tampang yang tampan. "Juga perkenalkan aku Jeffrey Valentine Smith, panggil sesukamu asal jangan panggil aku Valentine."

"Smith?" gumam Elva, "oh? OH?! KAU KELUARGA SMITH?"

"Oh ya tuhan, berhentilah berteriak." Jeffrey duduk dipinggiran meja Elva.

"K-kau, kau! Astaga, kau!!"

"Kau kenapa sih?" Jeffrey melipatkan kedua tangannya. "Seperti baru pertama kali saja bertemu dengan keluarga Smith."

"Kau tetanggaku!" Elva mendorong pelan lengan Jeffrey. "Kau kemarin yang melemparkan kertas ke jendela kamarku ya?"

Jeffrey mengedipkan matanya berkali-kali. "Kau keluarga... Calder?"

"Astaga." Elva menggelengkan kepalanya. "Kau tidak memperhatikanku memperkenalkan diri kemarin ya?"

"Tapi namamu Cordelia, bukan Calder," jelas Jeffrey.

"Terserah." Elva memutarkan bola matanya. Lalu menatap kembali kertas yang diberikan oleh Jeffrey tadi.

"Itu apa?"

"Apanya yang apa?"

"Itu yang kau duduki bodoh."

Jeffrey berdiri. "Oh ini. Tadinya aku ingin mengajakmu ke taman untuk berkenalan, tapi kau sudah heboh duluan disini."

"Wah, tidak dapat kupercaya. Ternyata banyak juga sekutu kita yang sekolah disini."

"Jangan lupa, musuh kita juga ada disini." Jeffrey menatap bangku didepan bangku Elva.

"Dia werewolf?" tanya Elva.

Jeffrey menjawab pertanyaannya dengan anggukan. "Jarang sekali dia keluar dari kelas."

"Begitukah?" Jeffrey mengangguk.

"Omong-omong, kau memakai lensa?"

Jeffrey menunjuk dirinya- memastikan kalau yang Elva maksud itu dirinya.

"Bukan, si serigala itu. Ya jelas dirimu lah."

"Iya, tidak wajar bagi pria memiliki lensa mata berwarna merah. Jadi aku membeli lensa mata coklat tua agar tidak dicurigai oleh manusia," jelas Jeffrey, "terlebih shadowhunter."

"Shadowhunter?"

Baru saja Jeffrey ingin membuka mulut untuk menjelaskan, bel sekolah tanda masuk sudah berbunyi dering di kedua telinga mereka berdua.

"Nanti kuceritakan lagi." Jeffrey bergegas menuju bangkunya yang ternyata tidak begitu jauh dari posisi Elva.

Pemilik bangku dihadapan Elva juga sudah terisi. Dari tampangnya, orang itu sama sekali berbeda dengan manusia serigala- tapi Elva dapat merasakan auranya dengan jelas.

Handphone Elva berbunyi, tanda pesan baru masuk.



Cal
kutunggu ditaman nanti

Ribbon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang