26. Aku Menemukannya!

106 13 6
                                    

Ketukan pintu kamar Elva terdengar.

"Masuk."

Pintu itu terbuka sedikit. "Elva, aku akan pergi sebentar."

Elva yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya berbalik, mengecek siapa yang berbicara. "Oh, Kak Ed. Iya pergi saja, kak. Aku sudah cukup besar untuk sendirian dirumah ini."

Elva kembali mengurus tugas sekolahnya yang menumpuk itu.

"Glad to hear that, but if you got some problem, call me, yeah?" ucap Ed.

Elva mengangkat tangannya dan memberikan jempol pada Ed karena dirinya sudah terlalu fokus dengan tugasnya.

Ed menutup pintu kamar Elva pelan.

"Wish I can have some hot chocolate for tonight," ujar Elva pada dirinya sendiri.

Elva menyenderkan badannya pada sandaran kursi belajarnya. Bukan lelah, tapi firasatnya mengatakan sesuatu yang buruk.

Berhari-hari dirinya terus bermimpi tentang pembunuhan. Wajah orang dalam mimpinya bahkan sangat familiar baginya.

"Tidak adakah menu hot blood dalam kehidupan seorang vampir?"

Elva terus mengoceh tidak jelas kepada dirinya, firasatnya itu sangat menganggu pikirannya.

Apakah karena Calvin yang tidak menemaniku malam ini?

Tak lama handphone milik Elva bergetar. "Ah handphoneku, bisakah kau diam sebentar?"

Handphone bukan makhluk hidup, handphone Elva terus bergetar, tanda ada sebuah panggilan masuk.

Elva menghela nafasnya- nafas kosong tentunya. Mungkin itu penting, sebaiknya Elva mengambil handphonenya itu.

Elva terdiam sebentar melihat nama pemanggil,

Kak Galvan

"Setelah beberapa bulan meninggalkanku, sekarang kau baru menghubungiku?" gumam Elva pada handphonenya.

Dengan cepat tombol berwarna hijau itu ia geser, hal pertama yang ia dengar adalah kebisingan.

"Kak Galvan! Dari-"

"Apakah betul ini dengan saudari Elva?"

Jelas itu bukan suara milik Galvan, suara itu lebih mirip dengan suara ayahnya.

"Uh, benar, tapi dengan siapa ini?"

"Kami dari pihak kepolisian."

Polisi?

"Maaf, tapi kenapa handphone milik Kak Galvan...."

"Kami menemukan handphone milik korban disekitarnya dengan dompet yang berisikan kartu identitasnya, apakah benar handphone ini milik Galavano Alaistor?"

"K-korban?"

Elva kaget mendengar pernyataan itu, jadi Galvan benar-benar meninggal?

"Y-ya, handphone ini benar milik Galvan." Elva menatap jam dinding di kamarnya. "Kalau boleh tau, lokasi Kak Galvan sekarang dimana Pak?"

Setelah mendengarkan tempat yang diberikan oleh Pak Polisi itu, Elva bergegas menuju tempat itu.

"Elva, Ayah pulang," sahut Ayah Elva dari lantai bawah.

"Ayah, Mama, E-elva pergi dulu."

"Elva! Mau kemana kau malam begini?" teriak Ibunya.

Namun tidak dihiraukan oleh Elva, yang ada dipikiran Elva sekarang hanyalah Galvan.

Ribbon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang