"Ayah dengar, Calvin menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan?"
Mereka berkumpul di meja makan, walaupun hanya Ed yang menyantap makanan tapi setidaknya sekarang meja makan ini sedikit berguna.
"Syapaw itwu Cwalbin?" tanya Ed yang sedang mengunyah makanannya.
"Ed, habiskan dulu makanan dalam mulutmu itu," ujar Ibu Elva.
Sementara Elva masih terdiam. Ia mendengarkan pertanyaan Ayahnya, hanya saja dirinya juga masih tidak mengerti dengan peristiwa kemarin.
"Apa perlu Ayah bantu pacarmu itu?" tanya Ayahnya tiba-tiba.
Ed menoleh pada Elva. "Kau punya pacar?!"
Elva mengabaikan pertanyaan Ed, "Tidak perlu membantunya, dia bisa membantu dirinya sendiri."
"Ed, sepertinya mulai besok kita akan mulai kerja lembur," ujar Ayahnya pada Ed, "Ayah Calvin meminta bantuan kepadaku untuk menjadi pengacara Calvin."
"Aku bilang, tidak perlu membantunya," ucap Elva dengan tegas.
"Ada apa denganmu?" tanya Ibunya, sedikit kaget dengan nada bicara Elva yang biasanya lembut.
"Untuk apa membantu seorang pembunuh?" ucap Elva sebelum meninggalkan ruang makan itu untuk ke kemar tidurnya.
ribbon.
"Elva, apa kau ingin jalan pagi?"
Elva menoleh, memang pintu kamar Elva tidak tertutup penuh. Elva menatap jam dinding di kamarnya.
"Jam 5 begini Kak?"
"Bukannya lebih baik? Kau ingin ikut atau tidak?"
Elva menatap buku yang ia coret-coret dengan teori Calvin dan Galvan. Mungkin menyegarkan pikirannya sedikit akan lebih baik.
"Aku ikut Kak," jawab Elva, "Aku ambil jaket dulu, Kak Ed duluan saja."
Ed mengangguk dan menutup rapat pintu kamar Elva.
Elva menutup buku yang entah sudah berapa lembar ia tulisi dengan teori tidak jelas.
Elva berjalan menuju lemari bajunya, mencari jaket berlengan panjang untuk menutup lengannya.
Sudah menjadi kebiasaan Elva menghirup aroma dari pakaiannya yang ia ambil dari lemari baju itu. Entahlah, Elva rasa aroma pakaiannya sangat adiktif.
Elva keluar dari kamarnya setelah mengenakan jaketnya.
Tampaknya sang kakak sedang berhubungan dengan seseorang melalui ponselnya.
"Akan kuurus besok."
Elva menunggu Ed selesai berbincang dengan entah siapa itu.
"Sudah kulakukan, semuanya rapi."
Bohong kalau Elva tidak mempunyai rasa ingin tahu, apalagi posisinya sangat dekat dengan Ed.
"Akan kuhubungi lagi besok, baik."
Elva mencolek bahu Ed setelah melihat Ed memutuskan sambungan telepon itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ribbon ✓
Fantasy❝Don't trust anyone. Just, don't.❞ Pita sebuah benda yang disukainya. Bukan benda utama, tapi menjadi benda petunjuk dari segalanya. yesoryves, january 2019.