40. Malam Penyembuhan

74 14 0
                                    

teaser is out, check it out!



"Ed kan?" tanya Calvin memastikan.

Ed mengangguk dan duduk disebelah Calvin. "Ada apa? Tunggu sebentar, darimana kau mengetahui tempat ini?" tanya Calvin.

Ed menghela nafasnya. Mempersiapkan dirinya jika amarah Calvin memuncak nanti. Segala konsekuensi akan ia terima.

"Aku... kaki tangan dari orang yang menculik Elva."

Calvin mengangguk. Perlu beberapa detik lalu dirinya tersadar akan ucapan Ed- ia menoleh untuk melihat wajah Ed. "Kau berbohong." Calvin tertawa, tidak percaya dengan apa yang dikatakan Ed.

"Mana mungkin kau ingin bersekongkol dengan seorang pembunuh? Yang benar saja. Lagipula kau itu saudara Elva, mana mungkin kau melakukan hal bodoh seperti itu." Calvin mengusap air matanya yang terjatuh karena tertawa terlalu puas.

Tapi tidak ada respon dari Ed yang membuat Calvin berhenti tertawa. "Kau bercanda kan?" tanya Calvin menatap wajah Ed yang datar.

Ed menggelengkan kepalanya.

"Ed..." Calvin mulai mengepal kedua tangannya, mencoba untuk menahan emosinya. "Sudah kubilang, jangan bercanda," gertak Calvin sambil mencengkeram kera baju Ed.

Sementara yang dicengkeram hanya menundukkan kepalanya pasrah, dipukul sampai matipun dia pasrah. Toh, ini memang kesalahannya, bermain dengan orang yang salah.

"Kenapa kau diam? KATAKAN KALAU KAU HANYA BERCANDA KEPARAT!"

Satu pukulan mendarat pada rahang kanan Ed. Satu pukulan mendarat pada rahang kiri Ed. Pukulan itu tidak berhenti sampai Galvan, Sora, Alex dan Cela-yang baru saja datang-masuk keruangan karena mendengar suara pukulan Calvin.

"Cal, Cal, Cal!" tegur Galvan menahan kepalan tangan Calvin untuk kembali memukul Ed.

"Wah, tampaknya pukulan ku belum cukup untuk memenuhi wajahmu itu," Calvin menarik kepalan tangannya lalu kembali memukul Ed.

"Calvin, sudah cukup."

Calvin benar-benar berhenti setelah mendengar suara Cela dan membuat Calvin untuk menatapnya sebentar.

Calvin kemudian duduk di meja dan menatap orang-orang yang mengkhawatirkan Ed. "Untuk apa kalian membantu orang yang berusaha membunuh Galvan, memenjarakan ku seumur hidup, dan menculik Elva?" sarkas Calvin.

"Calvin..." sahut Cela.

"Ah, terserah kalian saja," ucap Calvin dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.

"Cal, dia seorang informan, jangan gegabah dalam bertindak."

Ucapan Cela membuat yang lainnya menganggukkan kepalanya dan memberhentikan langkahan kaki Calvin.

"Aku tidak apa-apa, aku memang pantas mendapatkannya," ucap Ed berusaha bangun.

Calvin berdecih dan melanjutkan langkahan kakinya berjalan keluar. Semua yang berada di dalam ruangan menghela nafasnya-kecuali Cela tentunya.

"Sudah kukatakan, ini pasti terjadi," ujar Alex pada Sora- karena dia satu-satunya orang yang tidak setuju dengan mempertemukan Calvin dan Ed.

"Lebih baik memberitahunya sekarang daripada menundanya," ucap Galvan. "Apakah kau baik-baik saja? Cela aku minta tolong untuk mengobati luka Ed," Cela mengangguk.

Galvan kemudian keluar mengikuti jejak Calvin. Sementara yang di dalam saling membantu untuk mengobati Ed.










"Calm yourself," ujar Galvan duduk disamping Calvin dan menepuk-nepuk punggungnya.

"I wanna be alone right now."

Walaupun Calvin secara tidak langsung menyuruh Galvan untuk pergi, tapi Galvan tidak mempunyai niat sama sekali untuk beranjak dari tempat itu.

"Siapa dia?" tanya Galvan tiba-tiba.

Sempat hening, tapi karena bingung Calvin mengangkat kepalanya dan menoleh pada Galvan. "Dia?" tanya Calvin balik.

"Perempuan itu."

Calvin mendecih dan terkekeh. "Kau mengenalnya, kenapa bertanya?" Calvin menggelengkan kepalanya.

"Baiklah-baiklah, ku akui jika aku mengenalnya. Lalu, apa hubungan kalian?"

"Memangnya kau ini siapa? Hah?" ucap Calvin bercanda.

"Aku ini kakakmu!"

Calvin refleks meninju lengan Galvan dengan keras. "Aku lebih tua 3 bulan darimu!" tegur Calvin.

Galvan meringis karena tinjuan keras dari Calvin kemudian mengusapnya. Galvan menatap Calvin dengan tatapan tajamnya namun berakhir mereka tertawa.

Malam itu, mereka berdua penuh dengan tawa. Tidak ingin memikirkan hal yang membuat kepala mereka sakit. Walau kedepannya, mereka tidak tau apa yang akan terjadi, tapi yakinlah semuanya bukan hal yang mudah untuk dilewati.

Ribbon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang