"Kau disihir oleh Sora atau bagaimana?"
Ya, pada akhirnya Galvan menyerah dan datang di perkumpulan tim mereka. Calvin sendiri terdiam, seakan-akan segala cacian yang ingin ia keluarkan dari mulutnya tertahan dengan situasi sekarang.
"Apa perlu aku yang angkat bicara?" tanya Sora melihat Galvan.
Galvan menghela nafasnya dan menggeleng. "Then talk," suruh Cela.
"I want to talk with him four eyes only."
Cela mengernyitkan dahinya. "Kenapa kau hanya membutuhkannya?"
"Karena itu alasan dia tidak pernah datang," jawab Sora, "karena pacarmu itu."
"Dia bukan pacarku, huh."
"Now," ucap Galvan tanpa suara menatap Calvin. Kakinya berjalan menjauh dari kerumunan anggota tim mereka, diikuti oleh Calvin dibelakangnya.
"Ku sarankan kalian berdua jangan mengobrol disana, temanmu masih ada disini loh," ucap Sora sambil melirik Alex yang sebenarnya tidak begitu peduli dengan apa yang terjadi.
Galvan melirik pada Alex dan kemudian berpindah tempat dengan keluar dari basecamp untuk mencari aman.
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan padaku? Apakah kau sudah menemukan Elva? Atau sudah menemukan si tuan brengsek itu?" tanya Calvin- yakin bahwa ini bukan hanya obrolan biasa.
Galvan terus menunduk dan tidak berhenti menghela nafasnya kasar, membuat Calvin semakin penasaran apa yang terjadi. "Kau tidak akan senang mendengarkan ini," ujar Galvan.
"Apa maksudmu? Apa Elva sudah tidak bisa diselamatkan?!"
"Omong-omong, Ed ada dimana? Tidak seperti biasa dia tidak datang di pertemuan yang... bisa dibilang penting?" tanya Cela.
"Omong-omong, kenapa kau tiba-tiba sangat cerewet? Apa kau sudah melupakannya?" balas Sora.
"Maksudmu? Melupakan siapa?"
"Jeffrey... kan?"
Cela menatap Sora penuh selidik. "Darimana...?" tanyanya cukup kebingungan.
Alex tersenyum, begitu pula dengan Sora. Mereka berdua tersenyum. "Dia shadowhunter, kau lupa?" ujar Alex.
"Jadi kau sudah membaca masa laluku?!" tanya Cela histeris.
Sora kemudian tertawa meninggalkan Cela yang sedang histeris akan kekhawatirannya. "Aku ini shadowhunter yang baik, tidak sopan membaca masa lalu seseorang tanpa sepengetahuannya. Aku hanya tau karena tidak sengaja membacanya saat itu."
"Bagaimana kau bisa membacanya? Aku tidak pernah bersentuhan fisik denganmu saat itu terjadi!"
"Kami tidak perlu bersentuhan fisik asal kau tahu. Mentalmu yang menjadi lemah atau emosional saja itu sudah sangat mudah dibaca, sentuhan fisik dibutuhkan untuk membaca masa lalu ataupun masa depanmu karena kemungkinannya sangat kecil untuk membaca masa lalu hanya karena kau emosional."
Cela kemudian merasa lega dan kembali normal setelah mendengar penjelasan Sora. "Glad to hear that!" seru Cela.
"Jawab dulu pertanyaanku, apakah kau sudah melupakannya? Kau tidak secerewet ini semenjak kejadian itu."
Cela kembali terdiam. Berpikir dan bertanya kembali pada dirinya sendiri, apakah dia sudah melupakannya atau belum?
"Memangnya kalian berhubungan selama berapa tahun?"
Cela berpikir kembali, benar-benar lupa. "Sepertinya, sejak aku pertama kali masuk ke sekolah itu, mungkin sudah 7 tahun? Aku tidak begitu ingat."
"Alasan berpisah?"
Cela kembali murung mendengar pertanyaan itu. "Apalagi kalau bukan karena dia seorang Smith. Putusnya hubungan itu juga terjadi secara tidak resmi, kurasa. Kita hanya beradu mulut dan tidak bertukar kontak setelah itu."
Sora menganggukkan kepalanya paham. "Lalu, bagaimana dengan Calvin?"
"Tunggu sebentar, apa katamu? Saudara? Aku, kau, dan dia? Omong kosong macam apa itu?!"
"Setelah mendapatkan informasinya, rupanya kau langsung berbagi? Jadi kini kau sudah paham? Dengan itu, apakah kau masih berani melaporkan kejadian ini ke pihak yang berwenang?"
Galvan mengepalkan tangannya kuat dan menggertakkan giginya. Wajahnya memerah menahan amarah yang sudah memuncak.
"Aku mendengarnya," ucap Calvin yang membuat Galvan menoleh.
"Wah, rupanya kita sudah bisa berkomunikasi satu sama lain, bukankah begitu, saudaraku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ribbon ✓
Fantasy❝Don't trust anyone. Just, don't.❞ Pita sebuah benda yang disukainya. Bukan benda utama, tapi menjadi benda petunjuk dari segalanya. yesoryves, january 2019.