"Darimana saja? Aku sudah menunggu loh daritadi."
Elva yang baru saja turun dari atap sekolah, dikagetkan dengan pemilik suara yang agak berat itu.
"Eh, Jeffrey? Aku kan sudah mengatakannya, aku ada urusan," ucap Elva.
"Urusan dengan-"
Omongan Jeffrey berhenti begitu melihat Alex turun dari tangga atap sekolah. Jeffrey menunjuk Alex seolah-olah bertanya pada Elva kau bertemu dengan dia?
"Aku hanya melakukan obrolan yang singkat, sekedar untuk saling kenal." Elva mulai menarik lengan Jeffrey untuk menjauh dari tempat itu. "Ternyata dia tidak suka memamerkannya di depan publik loh, Jeff."
"Memamerkan apa?"
"Kalau dia bangsa serigala. Mata aku yang jelas-jelas berwarna merah ini, dia tetap bersikap santai padaku."
Jeffrey menganggukkan kepalanya. "Mungkin dia memang anak yang berani?"
"Eum, no...." Elva menggelengkan kepalanya. "Jelas dia tidak ingin ikut campur dengan dunia vampir."
"Tau darimana?"
"Ya dia bilang sendiri padaku," jawab Elva.
Jeffrey hanya mengangguk dan sore itu mereka berjalan kaki menuju rumah mereka. Lelah? Oh jangan lupa mereka ini Vampir.
Setelah memakan waktu sekitar sepuluh menit untuk berjalan kaki menuju rumah mereka, akhirnya mereka sampai pada tujuan masing-masing.
"Besok-besok kalau ingin melemparkan barang, lebih baik lempar darah bunuhanmu itu," canda Elva, tapi dijawab serius oleh Jeffrey.
Jeffrey tersenyum, "Tunggu saja, akan ku simpan pada kotak posmu."
"Ey, aku hanya bercanda. Vampir sejati tidak akan meminum darah haram."
Elva begitupun Jeffrey masuk ke dalam rumah mereka masing-masing. Mungkin beberapa dari kalian akan bingung dengan percakapan dua orang itu, tentang pembunuhan.
Mari jelaskan tentang keluarga Smith. Dalam sejarah bangsa Vampir dan kawan-kawannya, keluarga Smith termasuk keluarga yang terkenal.
Tidak- bukan terkenal karena kekayaan mereka, ini berbanding jauh dengan hal positif. Semua keturunan Smith adalah pembunuh, jika ada anggota keturunan Smith yang tidak melakukannya- membunuh, jangan berharap akan dianggap bagian dari keluarga Smith.
Mereka membunuh dengan motif tersendiri, walaupun semua motifnya tidak ada yang masuk akal. Seperti membunuh keluarga mereka sendiri untuk mendapatkan keabadian. Di sejarah Vampir pula, walaupun darah manusia akan membuatmu abadi tapi itu ilegal dalam peraturan bangsa mereka sendiri.
Smith juga dikenal dengan julukan Psycho Fams, hanya karena suka membunuh tanpa alasannya yang jelas. Selebihnya nanti saja, itu akan cukup untuk mengumpulkan teori yang baru.
ribbon.
"Aku bertemu dengan bangsa Serigala. Dia juga teman kelasku."
"Tidak tidak, jangan bahas itu dulu. Ada yang lebih penting." Elva menaikkan satu alisnya bingung dengan perkataan lelaki disampingnya ini.
"Kau benar-benar pulang bersama dengan Smith itu?"
Elva memutarkan bola matanya malas, "Ya tuhan, dia juga mempunyai nama."
"Terserah, jawab saja pertanyaanku!"
"Iya, iya! Memangnya kenapa?!"
"Kenapa dengan Smith-"
"Namanya Jeffrey, Cal."
"Baiklah, Jeffrey! Kenapa pulang bersama Jeffrey itu?" tanya Calvin yang mulai kesal karena jawabannya belum juga terjawab.
Tak kalah jauh dari Calvin, Elva juga merasa sangat kesal. "Tahu sekarang kalau Kak Cal-Calvin seperti anak kecil?"
"Jawab saja!" tegas Calvin.
Elva memainkan handphonenya. Walaupun malam Elva tidak akan kesepian lagi karena kehadiran Calvin, tapi kali ini Elva sangat tidak dalam moodnya untuk membahas Jeffrey.
Calvin mengambil handphone milik Elva dan wajahnya muncul diantara tangan Elva yang memegang handphonenya. "Baiklah, aku tidak akan menanyakan perihal Smith. Tapi bisakah kau tidak memainkan handphonemu pada saat aku berkunjung?"
"Kau sedang bercanda?" Elva menunjukkan tawa remehnya. "Dulu yang lebih sering memandangi handphonenya saat berkunjung itu kau! Itu Kak Calvin!"
Awalnya raut wajah Calvin datar, selang beberapa detik Calvin seakan menahan senyumnya dan terus menatap seluruh bagian wajah Elva.
"Kau sangat lucu jika sedang marah, kau tahu itu kan?" Calvin mencubit pipi kanan tembem milik Elva. "Teruslah tambahkan kata kak pada namaku, aku rindu mendengarkannya."
Calvin memberikan kembali handphone milik Elva, yang pemiliknya sendiri menggurutu dalam hati. Kenapa sampai bisa mengatakan kata kak lagi sih?
"Kau tahu, El?" Elva menatap Calvin. "Jangan terlalu paksakan dirimu untuk berubah. Aku ini teman dekatmu, akan sulit untuk menahan diri untuk tidak melakukan hal yang dulunya kau sukai."
Butuh beberapa saat sampai Elva dapat mencerna kalimat yang Calvin lontarkan. Satu kesimpulan yang Elva sadar dari ucapan Calvin, dia sadar kalau Elva berubah.
"Jangan menjauh hanya karena tau aku menyukaimu. Aku tidak pernah berniat memaksakan perasaanmu padaku, aku sendiri tau nama Galvan tidak akan pernah hilang dari situ," Calvin menunjuk kepala Elva.
Elva kemudian menunduk, merasa tidak enak dengan sikapnya yang ia tunjukkan pada Calvin.
"Bahkan jika kau mempunyai sedikit perasaan pada Jeffrey, tidak apa. Aku cemburu? Tapi, aku suka bercanda, kau tahu itu kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ribbon ✓
Fantasy❝Don't trust anyone. Just, don't.❞ Pita sebuah benda yang disukainya. Bukan benda utama, tapi menjadi benda petunjuk dari segalanya. yesoryves, january 2019.