45. Tim

66 12 4
                                    

"Tenangkan dirimu, Cel. Kau ini kenapa sih?"

"Dia..." Cela menunjuk James yang terluka di bagian pipinya akibat Cela. "Dia membunuh Jeffrey, apakah aku bisa tenang?!"

Sora menaikkan satu alisnya heran. "Memangnya kau ada hubungan apa dengan Jeffrey? Kupikir kau berpacaran dengan Calvin?"

Calvin yang merasa namanya disebut, menatap Sora tajam dan berkata, "Kau jangan mengatakan yang tidak-tidak disaat seperti ini."

"Sudahlah Cel, tenangkan dirimu. Nanti kita bahas ini lain kali," ujar Calvin akhirnya membuat Cela tenang. "Juga kalian berdua, kuharap besok kalian bisa datang lagi disini."

Galvan menghampiri James dan Jova. "Pergilah, kami saja yang urus." James dan Jova akhirnya pamit dan pergi dari basecamp.

"Kau baik-baik saja?" Calvin menghampiri Cela dan memerhatikan tangan Cela yang berdarah.

Cela menatap Calvin yang sedang menatapnya dengan khawatir. Cela melepaskan diri dari pegangan Sora dan keluar dari ruangan.

"Cewekmu kenapa sih Cal?" tanya Alex sambil menggelengkan kepalanya.

"Sekali lagi kau berkata seperti itu, ku bunuh kau dengan segera."







ribbon.








Disaat Sora, Alex, Cela, dan Calvin sibuk dengan sekolah, Galvan hanya bisa mendatangi basecamp setiap harinya dan bertemu dengan Ed jika Ed kebetulan datang.

Seperti hari ini, kebetulan Ed datang kemari- berdiam diri dalam ruangan dengan pikiran berlayang kemana-mana.

"Ed, sedang apa?" sapa Galvan begitu masuk ruangan.

Ed yang sedang melamun tidak merespon sapaan Galvan. Hal itu membuat Galvan mendekati Ed yang sedang duduk di tengah ruangan.

"Ed." Galvan menepuk bahu Ed berulang kali.

"Oh... Galvan, ada apa?"

"Kau sedang apa?" tanya Galvan sekali lagi.

"Tidak ada hahahaha, hanya melamun."

Galvan mengangguk dan ber-oh ria. "Kau benar-benar tidak berhubungan lagi dengan tuan tuanmu itu?" tanya Galvan.

"Lagi?" Ed terkekeh mendengar pertanyaan Galvan yang sama seperti kemarin.

Galvan tetap menatap Ed dengan datar, perasaan curiganya pada Ed tentu saja belum hilang.

"Kenapa kau sampai berpikir aku akan berkhianat?" tanya Ed balik.

"Karena adikmu saja kau khianati, bagaimana dengan kita? Yang bukan orang terdekatmu. Aku ini manusia, setengah serigala, masih memiliki perasaan dan prasangka. Kau jangan meremehkanku." Galvan memukul meja dihadapan mereka berdua dan menggertakkan giginya.

"How about... you go find it out yourself? Kalau sudah dapat hasilnya, terserah kau mau apakan aku."

"Akan ku pastikan untuk tidak membiarkan helaan nafas keluar dari hidungmu."





"Ya kau pikir mudah membunuh orang seperti dia? Tidak!"

"Lalu kau tidak ingin membantuku? Begitu? Kupikir kau akan setia padaku, ternyata-"

"Mau taruh dimana wajahmu kalau mereka mengetahui kau mempunyai maksud dalam membuat tim ini?"

"Ya sudah kalau kau tidak ingin membantuku, aku pergi saja dengan Mark."

"Mark, Mark, dan Mark! Aku muak mendengarnya, kau tahu?! Kalau kau ingin membunuh Calvin dan Galvan, bunuh saja!"

"Kalau kalian mencari tempat diskusi, kalian salah tempat loh." Galvan muncul begitu mendengar dia tidak hanya berdua dengan Ed didalam basecamp.

"Sebenarnya bagi kalian, tim itu apa? Mempermainkan nyawa orang?" lanjut Galvan. "Sora... Alex... kupikir kalian benar-benar membantu kita- ah, bukan kita, membantuku juga membantu dalam pencarian Elva."

Sora dan Alex terdiam.

"Jadi tangisanmu itu hanya tangisan palsu? Hebat sekali kau, Sora."

Mereka terdiam beberapa saat, Galvan masih menatap Sora dan Alex yang sedang menunduk. "Sora dan Alex sebenarnya, kalian menganggap tim itu apa?"

Galvan mendekat pada telinga Alex dan berbisik, "Bangsa serigala tidak suka berkhianat, memainkan nyawa temannya, dan bersumpah untuk melindungi satu sama lain, kau lupa?"

Tidak ada yang buka suara, hanya Galvan yang terus menerus mengeluarkan pendapatnya.

"Hhhhh, kalian ini, bikin repot saja. Cela, lalu Ed, sekarang kalian? Ya sudah, bunuh saja aku dan Calvin, kenapa tidak dari dulu saja-"

"Bukan mereka yang akan membunuhmu, tapi aku."

"Kau bertelepati denganku?" tanya Galvan pada Alex- yang ditanya menggeleng.

"Kau ini siapa?" balas Galvan pada kiriman telepati itu- entah dari siapa.

"Sudahlah, habiskan dulu waktu kalian di sekolah lalu mendiskusikan bagaimana cara untuk membunuhku dengan Calvin. See ya!" Galvan pamit menjauh untuk berinteraksi dengan orang yang mengiriminya telepati.

"Aku? Setahuku, adikku yang satu ini lebih suka menggali informasi, bagaimana dengan cari dulu informasi tentangku dan jika kau masih bingung baru tanyakan ke aku."

Ribbon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang