F6 : Curiga (2)

952 69 0
                                    

Rian dan Dea sedang jalan2 di Amplaz. Rian hari ini libur latihan, dan kebetulan Dea tidak ada tambahan pelajaran. Mereka keliling2 dan berhenti di salah satu restoran. Mereka duduk di kursi dan memesan makanan. Rian duduk di depan Dea. Mereka berhadapan. Rian sibuk memainkan HPnya jadi Dea juga ikut memainkan HPnya. Membuka facebook kemudian tersenyum karna ada beberapa foto yang lucu

"Ehm aku dicuekin" kata Rian sambil masih sibuk memainkan HPnya
"Aku nyuekin?"
"Iya. Kamu ketawa2 tuh liatin HP"
"Aku cuma ngikutin kamu yang sedari tadi sibuk banget pegang HP terus" kata Dea
"Main game tadi. Nanggung. Udah enggak nih" kata Rian sambil menaruh HPnya
"Kamu ada yang disembunyiin dari aku gak?"
"Sembunyiin?"
"Iya"
"Gak ada tuh" kata Rian sambil menerawang
"Bener?"
"Beneran kok"
"Yaudah kalo gitu"

Makanan pesanan mereka datang. Mereka makan dalam diam. Canggung. Dea mengamati gerak gerik Rian yang terlihat tidak nyaman. HP Rian berdering. Rian melirik ke HPnya. Tapi tidak diangkat

"Bunyi tuh HPnya" kata Dea
"Gapapa biarin aja"
"Siapa tau penting"
"Gak kok"
"Yaudah mana coba aku yang angkat"
"Gak usah" kata Rian
"Kan siapa tau penting" Dea menarik HP Rian. Belum sempat Dea ambil, tangannya ditepis Rian kasar
"Kalo aku udah bilang enggak ya enggak" kata Rian membentak. Dea kaget. Pertama kalinya Rian seperti ini. Dea diam. Buru2 menyelesaikan makannya
"Maaf" kata Rian dan Dea tidak menjawab. Selesai makan Dea langsung berdiri "Sa mau kemana?" Dea tidak menjawab, kemudian meninggalkan Rian sendiri disana. Rian menaruh sendoknya dan langsung membayar ke kasir berniat mengejar Dea setelah selesai bayar. Tapi antri bayarnya lumayan lama. Pasti Dea sudah jauh. Rian mengejar Dea. Tapi Dea sudah tidak ada. Dia mengacak2 rambutnya

Sisil is calling you.....

Rian menghela nafasnya. Dia mengangkat telfonnya

"Kok gak diangkat daritadi? Lama banget ngangkatnya? Berapa kali coba aku telfon kamu?"
"Apasih Sil?"
"Kamu tuh kemana aku sms gak bales2, aku telfon gak diangkat"
"Ya kenapa emangnya?"
"Kalo mau kemana2 tuh bilang sama aku"
"Udah ya gue lagi gak mood" kata Rian kemudian menutup telfonnya dan mencoba ke rumah Dea

Setelah sampai rumah Dea, Rian membunyikan belnya. Pintu dibuka, mas Endi disana

"Assalamualaikum mas" kata Rian
"Waalaikumsalam"
"Sasa ada mas?"
"Sasa? Kan tadi pergi sama kamu?" mas Endi mengerutkan kening
"Sasa gak dirumah?"
"Enggaklah yan"
"Aduhhh kemana ya?"
"Gimana sih yan? Kan tadi pergi sama kamu?"
"Iya mas. Tapi tadi Sasa marah, trus pulang duluan"
"Coba aku telfon" kata mas Endi kemudian mengambil HPnya di meja ruang keluarga. Menelepon Sasa. Diangkat, mas Endi bercakap2 dengan Dea kemudian menghampiri Rian "Dia di rumah Zahra"
"Rumah Zahra dimana mas? Biar aku yang jemput"
"Nanti biar aku yang jemput. Katanya lagi males ngomong sama kamu"
"Tapi mas?"
"Udah kamu pulang aja. Nanti biar aku yang ngomong sama Sasa" kata mas Endi sambil menepuk pundak Rian
"Yaudah mas, aku pamit ya. Assalamualaikum"

🏸🏸🏸

"Astagaaaa Sa. Lo naik apa kesini?" Tanya Zahra panik setelah melihat Dea basah kuyub
"Naik ojek tadi"
"Ya ampun. Ayo masuk. Ganti baju gue dulu" kata Zahra

Dea mengikuti Zahra masuk ke kamarnya dan Zahra memberikan baju ganti. Setelah selesai ganti baju, Dea masuk kamar Zahra lagi

"Lo mau kesini kenapa gak bilang gue dulu? Trus kenapa naik ojek?"
"Lagi kesel"
"Kesel sama siapa?"
"Kayanya yang lo omongin bener deh" kata Dea smambil menghembuskan nafas panjang
"Apaan sih Sa? Siapa sih maksudnya?"
"Rian"
"Emang gue ngomong apa?"
"Lo bilang dia ada cewek lain"
"Emang gue ngomong gitu? Kapan?"
"Kan lo bilang dia boncengin cewek"
"Itu cuma bercands. Lagian lo kenapa bisa ngira dia ada cewek lain?"
"Gue tuh ragu deh Za. Pertama, kemarin waktu gue nemenin mas Endi ke perpusda gue ketemu cewek. Gue gak kenal siapa cewek itu tapi dia duduk di sebelah gue. Trus notif HPnya tuh ganggu banget. Berisik gitu. Akhirnya dengan sangat tidak sopan gue ngelirik HPnya dan gue langsung shock dong. Dia lagi chat2an sama Ardianto yang dia panggil "yan" pake bilang sayang2 segala"
"Sumpah lo?"
"Iya beneran. Masalahnya lho gak mungkin banget ada orang namanya sama2 Ardianto dan dia dipanggil "yan" karna nama panggilannya yang paling memungkinkan itu Rian"
"Siapa tau nama panggilannya Dian. Ardianto jadi Dian trus panggilannya yan?"
"Tapi kok kayanya feeling gue bilang itu Rian ya"
"Oke ada bukti lain lagi gak?"
"Tadi gue jalan sama Rian. Trus dia tuh sibuk banget megang HP terus"
"Bukannya cowok lo emang hobi main game di HP?"
"Iya. Tapi biasanya kalo sama gue dia jarang main game. Trus kalo orang main game biasanya kan HPnya dipegang landscape nah ini tadi dipegangnya potrait"
"Trus?"
"Setelah gue tanya ada yang disembunyiin enggak dari gue dia jawab enggak, tapi canggung gitu lho. Dia diem aja habis jawab itu. Biasanya ada aja yang dia ceritain ke gue Za. Trus gak lama HPnya bunyi terus ada telfon masuk, dia gak angkat HPnya, dibilangnya gak penting"
"Nah kan lebih penting lo daripada notif HPnya tuh"
"Ntar dulu, ini klimaksnya"
"Apaan?"
"Karna dia bilang gak penting dan gue risih banget sama tuh HP bunyi mulu, gue bilang mau ngangkat telfonnya, eh tangan gue ditepis dan gue dibentak dong"
"Masa? Mas Rian ngebentak? Beneran?"
"Bener. Gue dibentak. Kaget banget gue. Seumur2 dari gue SD kenal dia, baru kali ini gue dibentak sama dia"
"Wahhh kenapa yaa kok gitu"
"Kayanya itu telfon dari cewek barunya deh makanya gue gak boleh megang HPnya. Dulu boleh kok gue megang2 HP dia. Buka2 apa aja boleh. Malahan dia duduk di samping gue ikut2an buka2 HPnya. Aneh Za"

🏸🏸🏸

Dea sedang sangat sibuk menuju UN yang tinggal 2 bulan lagi. Dari hari Senin-Kamis ada tambahan pelajaran di sekolah. Hanya Jumat dan Sabtu yang tidak ada jam tambahan. Hari ini hari Rabu. Jam tambahannya Bahasa Indonesia. Bu Sri masih sibuk menerangkan pembahasan soal. Dea tidak konsen dengan pelajaran hari ini. Dia melihat ke luar jendela di sebelah kanannya. Sudah 1 minggu lebih dia dan Rian tidak saling berkabar. Bu Sri selesai menerangkan, kemudian menyuruh mereka mengerjakan contoh soal UN. Bu Sri keluar dari ruang kelas. Zahra serius mengerjakan latihan soal, sedangkan Dea hanya sibuk mencetek2kan pulpennya

"Sa berisik" kata Zahra
"Sorry" kata Dea kemudian meletakkan pulpennya
"Lo kenapa?" Tanya Zahra sambil masih sibuk mengerjakan soal
"Nothing"
"Bohong"
"Gue kepikiran Rian mulu deh. Kesel. Jadi gak konsen belajar tau"
"Lebay lo. Gini deh. Nanti kita mata2in Rian"
"Mata2in? Gimana caranya?"
"Lo tau sekolahnya kan?"
"Tau"
"Rumahnya?"
"Tau"
"Klub barunya?"
"Tau"
"Oke nanti kita naik motor ngikutin dia"
"Thank you. Lo emang temen terbaik gue"
"Gue gakmau kalo gara2 cowok lo jadi gak konsen belajar"

🏸🏸🏸

Hari ini mereka mengikuti Rian. Mulai dari Rian pulang sekolah, latihan, sampai kembali ke rumah lagi. Tidak ada gerak gerik mencurigakan. Setelah selesai, Zahra mengantar Dea pulang. Sampai rumah Dea langsung masuk ke kamarnya. Dea membuka HPnya dan mendial nomor HP Rian

"Halo assalamualaikum. Ini bener Sasa yang telfon?"
"Waalaikumsalam"
"Ya Allah beneran ini kamu Sa?"
"Iya"
"Kamu kemana kok baru ada kabar?"
"Kenapa gak kamu yang berkabar duluan?"
"Aku takut kamu gakmau ngangkat kalo aku telfon karna masih marah"
"Gak kok"
"Aku minta maaf ya kemarin bentak kamu. Refleks aja"
"Iya gapapa"
"Malem minggu besok jalan yuk. Aku kangen kamu"
"Kemana?"
"Pengen ke Malioboro"
"Tumben?"
"Iya pengen nikmatin malamnya Malioboro sama mau jajan2 di angkringan"
"Yaudah aku tunggu malem minggu nanti"
"Iya. Yaudah kamu istirahat ya. Sampai ketemu malam minggu nanti"
"Hmmm"
"Sasa"
"Ya?"
"Makasih. Aku sayang kamu"
"Iya aku juga sayang kamu"

🏸🏸🏸

Rian dan Dea sedang jalan santai di sepanjang jalan Malioboro. Rian menggenggam tangan Dea dan memasukkan genggamannya ke kantong jaketnya. Sampai di salah satu tempat pembuatan cindera mata, Rian menghentikan langkahnya

"Kenapa?" Tanya Dea
"Bentar ya" kata Rian sambil melepas genggamannya. Berkata pada penjualnya kemudian penjualnya mengangguk "Ayo"
"Kemana?"
"Makan"
"Trus itu?" Tanya Dea sambil menunjuk pembuat cindera matanya
"Gak jadi" kata Rian sambil menarik tangan Dea

Mereka memilih salah satu tempat makan lesehan di tepi jalan Malioboro

"Gak jadi makan di angkringan?"
"Nanti aja. Disana mah cemilan doang"
"Hmmm. Okelah" kata Dea
"Bentar lagi kita lulus SMA ya" kata Rian
"Iya ya gak kerasa"
"Kamu mau lanjut kuliah dimana? UGM?"
"Mungkin enggak"
"Kenapa?"
"Mau nyari suasana baru"
"Trus dimana? Bandung? Jakarta? Surabaya?"
"Masih belum kepikiran. Tergantung diterimanya dimana deh"

Rian mengangguk2

"Temenin aku yuk besok"
"Kemana?"
"Gramedia"
"Ngapain?"
"Mau beli buku"
"Boleh. Sore aja ya. Aku siang mau nganter Mama"
"Selonggarnya kamu aja. Kalo gak bisa aku nanti sendiri"
"Enggak. Jangan sendiri. Sama aku aja"
"Okelah" jawab Dea

Mereka makan sambil ngobrol2 ringan. Setelah selesai makan

"Aku ke toilet sebentar"
"Aku temenin?"
"Gak usah. Jalannya jauh. Nanti kamu capek. Bentar ya. 5 menit aja. Aku lari kenceng kok"
"Yaudah hati2"

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang