F3 : Cidera

1.1K 73 0
                                    

Pertandingan perempat final tadi berjalan dengan mudah. Jaya Abadi main pagi jam 9 jadi sekitar jam 12 sudah selesai. Mereka masih punya waktu sampai jam 7 malam untuk jalan2 sebelum jam istirahat. Rian menunggu Dea di lobby penginapan. Tidak lama kemudian Dea muncul

"Mau kemana sih?" Tanya Dea
"Makan aja" jawab Rian
"Makan dimana?"
"Salah satu mall deket Simpang Lima"
"Mau makan aja jauh banget harus kesana?"
"Aku mau beli baju sekalian Sa. Bajuku habis"
"Dimakan kok habis?"
"Kan mulai jayus. Kotor semua. Dan gak sempat nyuci, males banget"
"Lagian udah tau bakalan males nyuci kenapa gak bawa baju pas sesuai berapa hari disini"
"Ya kemarin siapa yang numpahin kuah soto di baju sama celanaku yang harusnya masih bisa ku pake hari ini?" Tanya Rian sambil mengerutkan keningnya
"Aku hehehehe" kata Dea kemudian menarik lengan Rian. Secara tidak sengaja, kemarin Dea menumpahkan kuah soto di baju dan celana Rian. Mereka sedang duduk bersila berhadapan. Rian membawa mangkoknya dengan tangan kiri dan tidak sengaja Dea menyenggol mangkoknya dan tumpah di baju Rian

Butuh waktu 20 menit menuju ke kawasan simpang lima naik taksi. Setelah sampai salah satu mall mereka makan dulu

"Mau makan apa?" Tanya Rian sambil berkeliling menggandeng tangan Dea
"Gaktau. Jangan fast food aja pokoknya"

Rian mengajak Dea makan di salah satu restoran cukup terkenal. Mereka duduk sebelahan

"Aku mau cerita sama kamu" kata Rian
"Cerita apa?"
"Baru kamu yang aku kasih tau" kata Rian. Beberapa saat dia diam kemudian menarik nafas panjang "Aku ditawarin masuk Jaya Raya"
"Jaya Raya Satria apa Jaya Raya Jakarta?"
"Jaya Raya. Selama setahun nanti aku di Jaya Raya Satria trus setelah lulus SMA baru ke Jaya Raya Jakarta"
"Ditawarin?"
"Iya. Pak Ahmad yang bilang"
"Keren" kata Dea kemudian menepuk2 lengan Rian
"Tandanya aku harus ninggalin klub. Udah gak pasangan sama kamu lagi" kata Rian sambil menelungkupkan mukanya ke kedua tangannya yang bertumpu di meja
"Pasangan di lapangan kan enggak. Tapi masih pasangan di dunia nyata kan?" Kata Dea sambil tersenyum
"Kamu gapapa?"
"Ya gapapa pake bangetlah. Impian utamamu itu bisa masuk pelatnas. Dan sebentar lagi impianmu tercapai. Jaya Raya tuh batu loncatanmu. Kejar apa yang harus kamu kejar. Aku dukung kamu asal itu dalam kebaikan" kata Dea. Rian mengangkat kepalanya, menatap Dea lekat2
"Makasih udah selalu dukung aku. Udah up aku kalo lagi down" kata Rian
"Kita pacaran buat sama2 saling support, mendukung satu sama lain buat jadi lebih baik. Dan gak boleh saling menghalangi mimpi masing2. Itu yang paling penting"
"Pasti. Makasih. Ini yang bikin aku tiap hari makin sayang sama kamu" kata Rian
"Gombal" Dea menjawab sambil mencubit lengan Rian

Makanan pesanan mereka sudah datang. Mereka mulai makan

"Kamu pengen gak masuk klub lebih bagus dari klub kita sekarang?" Tanya Rian pada Dea
"Mau jawaban jujur apa jawaban bohong?"
"Jawaban bohongnya?"
"Iya"
"Haah? Maksudnya kalo bohong kamu jawab pengen ke klub lain yang lebih bagus. Berarti?"
"Aku pengen berhenti main badminton"
"Jangan bilang gara2 aku mau pergi dari klub? Aku gakmau ya" kata Rian tegas
"Jangan GR. Aku tuh kemarin waktu sakit kaki yang terakhir, habis pertandingan itu aku ke dokter. Dokternya tuh ngewanti2 aku, kalo bisa jangan buat olahraga berat. Karna dulu kakinya pernah cidera, kalo cidera lagi tuh nanti malah jadi makin parah. Kok ada rasa takut2nya dibilang gitu"
"Kamu cidera belum tentu gak sembuh Sa"
"Iya tau. Tapi gak ada yang tau juga nanti tiba2 aku cidera dan makin parah. Naudzubillah jangan sampe"
"Doa yang baik2 aja" kata Rian dan Dea mengangguk
"Tau gak, ada yang aku pengenin banget selain jadi pemain badminton" kata Dea
"Apa itu?"
"Aku ngeliat dokter yang kemarin meriksa aku itu, jadi kaya tiba2 pengen gitu jadi dokter" kata Dea sambil tersenyum
"Biasanya keinginan yang tulus tuh didengar malaikat. Aku bisa liat ketulusanmu waktu kamu bilang pengen jadi dokter" kata Rian dan Dea tersenyum

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang