S26 : Kebimbangan

831 77 7
                                    

Rian Ardianto

Selesai latihan tadi aku menuju ke mushola untuk sholat maghrib, selesai sholat aku duduk di ujung lapangan bersama anak2 ganda lainnya, istirahat sebentar sebelum kembali ke asrama

"Kevin kemana dah jom?" Tanya Wahyu
"Pulang katanya" jawabku
"Tumben?" Tanya Fajar
"Ada acara keluarga sih dia bilang"
"Eh jalan yuk tar malem" kata Fajar
"Kemana?" Tanya Wahyu
"Nongkrong2 asikin aja gitu" kata Fajar
"Jar" panggilku
"Apa jom?" Jawab Fajar
"Lo ngajakin kita nongkrong gak inget istri lo nunggu di rumah?" Tanyaku
"Eh iya juga. Janganlah jar. Kasian bini lo" kata Reza
"Yaelah Via mah bisa diajak kompromi. Paling kalo gue bilang mau jalan sama kalian, dia jalan sama temen2nya" awab Fajar
"Yakin lo?" Tanya Ade
"Yakin atuhlah" jawab Fajar
"Mau bawa mobil siapa nih?" Tanya Ade
"Siapa aja yang mau ikut?" Tanya Fajar

Reza, Wahyu dan Ade angkat tangan

"Yang lainnya pada gakmau ikut?" Tanya Fajar pada anak2 yang lain
"Gak jay. Jadwal gue vc sama cewek gue" jawab Akbar
"Pake mobil gue aja" kataku

Kemudian kami kembali ke asrama untuk mandi sebelum pergi nongkrong bersama anak2. Aku coba menghubungi Dea. Sudah masuk waktu Isya di Jogja

Dealisa Raisani

Lagi apa Sa? Udah sholat? Aku kangen

Masih menunggu balasan Dea. 10 menit tidak ada balasan. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi mandi lebih dulu. Selesai mandi dan berganti baju, aku melihat HP dan tidak ada balasan apapun dari Dea. Tumben sekali. Mungkin jika Dea di rumah sakit, wajar tidak membalas chatku. Tapi dia di rumah sekarang. Sebelumnya juga masih membalas chatku. Okelah ku biarkan dulu. Aku sholat isya di kamar dan setelah selesai menuju lobby menunggu anak2 yang lain. Aku membuka HP. Membuka galeri. Menemukan satu foto Dea yang ada di galeri foto HPku. Salah satu foto yang aku ambil ketika kami pergi makan siang weekend minggu yang lalu

 Salah satu foto yang aku ambil ketika kami pergi makan siang weekend minggu yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Foto ini sukses membuatku makin rindu pada Dea. Tapi sayangnya komunikasi kami terhambat sekarang

"Alay lu yan. Baru juga berapa jam gak dibales udah uring2an" Rian berkata pada Rian

"Lah udah siap aja Jom" kata Wahyu
"On time gue mah" jawabku asal
"Iya jom iya percaya gue. Lo ngapa keliatan kusut gitu?"
"Gapapa Yu" jawabku asal sambil masih melihat foto Dea di HP
"Kenapa sih jom kenapa? Kesel gue liat muka lo kaya gitu"
"Cewek gue gabisa dihubungin Yu"
"Kok bisa?"
"Ya mana gue tau"
"Terakhir komunikasi kapan?"
"Siang tadi gue telponan. Sekarang gak dibales"

Ting tung....
Dealisa Raisani
3 pesan baru

Ada whatsapp dari Dea. Aku segera membuka

Dealisa Raisani

Yan. Dimana?
Bisa telpon aku sekarang?
Penting

"Yu. Gue gak jadi ikut. Ada urusan penting. Lo bilangin anak2. Pake mobil Fajar aja"
"Cewek lo jom?" Tanya Wahyu
"Iya" jawabku sambil menuju kamar

Sampai kamar aku langsung menelpon Dea

"Assalamualaikum" jawabnya dari sebrang sana
"Waalaikumsalam. Tadi darimana kok tumben agak lama balesnya?"
"Yan" panggilnya
"Iya. Kenapa Sa?"
"Yan" katanya dengan suara berat
"Sa kenapa?"
"Yan" panggilnya lagi dengan terisak
"Lho Sasa. Kok nangis kenapa?" Tanyaku panik "Bilang coba kenapa kok nangis gini"

Dea tidak menjawab dan justru tangisannya makin menjadi

"Yaudah nangis dulu. Biar lega. Baru nanti cerita ya" kataku

Dea masih menangis. Aku membiarkan dia menangis lebih dulu, setidaknya biar hatinya lebih lega. Setelah selesai menangis, aku coba tanya padanya

"Kenapa? Coba cerita" tanyaku
"Yan. Kamu kemarin pulang ke Jogja mampir rumahku enggak?"
"Sengaja lewat depan rumah kamu. Niat mau mampir tapi gak jadi, ada rame2 gitu"

Dea diam dan menarik nafas dalam

"Yan. Masa aku dilamar orang" katanya

BLAAARRR !!!!!

"Kok bisa?" Tanyaku panik tapi ku buat sesantai mungkin, kalau aku panik, aku cuma takut Dea jadi ikut panik
"Gaktau. Ada yang dateng ke rumah, kata Bapak ngelamar. Aku gaktau dia siapa. Aku berharap telfon kamu ini tadi kamu yang ngelamar aku karna timingnya pas kamu pulang kemarin. Aku mikir kamu mau ngasih surprise"
"Aku emang beneran niat dateng ke rumah kemarin. Emang niat mau ngomong baik2 sama Bapak sama Ibu. Udah keduluan yang lain ya"

Dea diam

"Trus gimana? Kamu tolak?" Tanyaku
"Bapak yang jawab Yan. Aku gaktau apa2"
"Bapak bilang apa?"
"Diterima"

Aku menghembuskan nafas gusar

"Kamu pulang ke Jakarta kapan? Minggu?" Tanyaku
"Gak. Besok" jawabnya
"Kok besok? Baru hari Rabu kan? Katanya cuto sampe minggu?"
"Males di rumah"
"Naik apa?"
"Pesawat. Jam 8 malem sampe Jakarta"
"Aku jemput. Halim kan?"
"Iya Yan"
"Mau cerita lagi?"
"Gak Yan. Besok aja. Aku capek banget rasanya. Pusing kepalaku. Mataku berat banget banyakan nangis"
"Yaudah istirahat dulu aja. Biar besok badannya enakan kalo bangun tidur"
"Yan" panggilnya pelan
"Ya?"
"Aku sayang sama kamu" katanya, cukup membuat aku berbinar tapi sesak sekaligus mendapati fakta tadi
"Aku tau, aku ngerasain. Aku juga sayang kamu. Selamat istirahat" kataku dan akhirnya telfon ditutup

🏸🏸🏸

Selesai latihan sore aku segera mandi dan siap2 pergi menjemput Dea. Dea sudah sampai di Halim. Aku masih di jalan, sedikit macet. Setelah masuk gerbang Halim, aku segera mengarahkan mobil menuju lobby kedatangan, Dea berdiri disana. Melihat mobilku dari kejauhan dia berdiri di ujung lobby. Setelah sampai di depannya, aku membuka pintu samping dari balik kemudi

"Assalamualaikum" katanya
"Waalaikumsalam" jawabku, sambil melihat ke arah Dea yang saat ini tidak seceria biasanya "Nunggu lama?" Tanyaku
"Enggak kok. Macet ya?"
"Masuk Halim aja tadi macetnya. Udah makan belum?" Tanyaku
"Belum"
"Yaudah makan dulu ya. Mau makan apa?"
"Apa aja deh" katanya

Aku mengarahkan mobil menuju ke salah satu tempat makan pinggir jalan langgananku dan Fajar. Sampai disana aku mengajak Dea turun. Setelah memesan kami duduk lesehan. Dea seperti melamun, memandangi lalu lalang mobil di jalan depan trotoar tempat kami duduk

"Kamu kenapa?" Tanyaku lebih dulu

Dia tidak menjawab tapi menatapku dalam, sangat dalam

"Ada yang mau kamu ceritain sama aku?" Tanyaku lagi
"Yan. Kamu sayang sama aku?" Tanyanya
"Banget" jawabku
"Trus perasaanmu gimana denger aku ada yang ngelamar"
"Kaget. Shock. Tapi aku gak bisa berbuat apa2"
"Maksudnya?"
"Ya aku udah kalah start Sa. Apalagi dia udah dapet restu dari Bapak Ibu kamu"
"Kamu gakmau memperjuangkan kita Yan? Aku mau memperjuangkan kita tapi kamunya kaya gini" katanya lemas
"Sa. Aku sayang sama kamu. Sayang banget. Tapi bukan berarti aku bisa seenaknya. Haram buatku melamar perempuan diatas lamaran saudaraku sesama muslim. Apalagi ini udah diterima. Kecuali dia mengembalikan kamu sama Bapak dan mempersilahkan yang lain untuk melamar kamu"

Dia diam

"Tapi insyaAllah aku bakalan memperjuangkan kamu lewat doa Sa. Allah maha membolak balikkan hati manusia. Cuma itu yang bisa aku lakuin sekarang"

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang