S36 : Yakin

671 68 16
                                    

Rian Ardianto

Aku sudah sampai di ruangan Dea sekarang. Dia duduk di kursinya. Aku duduk di sofa. Untuk pertama kalinya dia duduk menjauh dariku selama di ruangan. Biasanya dia duduk di sebelahku

"Sa" panggilku
"Hmm?" Jawabnya masih sambil menatap layar HPnya
"Aku minta maaf"
"Emang salah apa?"
"Sa. Please jangan giniin aku. Aku minta maaf. Aku salah meragukan hubungan kita. Aku minta maaf aku mengecewakan kamu lagi. Aku sayang banget sama kamu. Kamu tahu itu kan. Aku salah karena aku egois. Gak paham kondisimu seperti apa"

Dea masih diam

"Sa. Aku mohon maafin aku. Kita kembali lagi ya? Aku janji ini terakhir kali aku ngecewain kamu"
"Aku kecewa banget sama kamu"
"Aku tahu. Kamu mau aku ngapain buat nebus kesalahanku?"
"Sedari kuliah aku udah janji gak akan ngelepasin posisiku sekarang apapaun alasannya. Ini harus jadi janjiku sama calon suamiku nanti. Aku terikat janji sama sumpah dokterku. Selain itu, ada kebahagiaan yang gak bisa aku dapatkan di tempat lain melalui profesiku ini. Kamu gak paham gimana bahagianya ngelihat pasien yang kamu perjuangkan hidupnya bisa sembuh, kamu gak paham gimana bahagianya ngelihat keluarga pasien bahagia juga sama kesembuhan pasien yang dirawat. Hatiku udah tertaut disini" kataku "Kalo kamu gak bisa nerima ini, ya lebih baik mundur aja"
"Aku minta maaf" kataku lagi
"Yan. Aku udah bosen banget denger kata maaf kamu untuk hal ini. Entah udah berapa kali"
"Kamu boleh marah sama aku tapi jangan lama2"
"Aku mau visit pasien" katanya lagi, meninggalkan aku di ruangan sendirian. Aku akan tetap disini. Menunggu Dea. Menunggu permintaan maafku diterima

👩🏻‍⚕️👩🏻‍⚕️👩🏻‍⚕️

Dealisa Raisani

Meninggalkan Rian sendiri di ruanganku. Aku menuju ke bangsal Bedah Anak. Mengecek pasien satu2. Kemudian menuju PICU. Semua pasien aman. Aku menuju ke ruang bersama Bedah Anak. Ada 2 orang yang tidak aku kenal dan ada Halim (residen tahun pertama)

"Siang dokter" kata Halim. Kedua anak itu berdiri, tersenyum dan mengangguk
"Gina mana?" Tanyaku
"Operasi sama dr. Indira dok"
"Fathur?"
"Operasi sama dr. Donny"
"Oke gak ada semua"
"Dok ini ada Salma sama Ahmad. Koass dok. 1 bulan ini jadwalnya di bedah anak"
"Ohh. Saya Dealisa, panggil aja Dea"
"Saya udah tau dokter Dealisa. Dokter Dealisa terkenal banget di FK. Dokter Bedah Anak paling muda di RSCM" kata Salma dan aku hanya tersenyum
"Kalian tahu dr. Dea ini baru umur 25 tahun. Tapi udah jadi dokter bedah" kata Halim
"Mulai deh lebay" kataku
"Wahh hebat dok. Hebat banget" kata Ahmad sambil mengacungkan 2 jempol
"Saya duluan" kataku meninggalkan mereka

Aku duduk di taman samping rumah sakit, jam 3. 1 jam lagi jadwal pulang

"Dea" kata suara yang amat sangat ku kenal
"Eh Sal" ya dia Faisal
"Kok sendiri?"
"Iya mau sama siapa"
"Bukannya tadi sama cowok?"
"Oh dia. Gaktau, tadi gue tinggal visit"
"Dia siapa?" Tanyanya
"Kenapa?"
"Cuma nanya aja. Kenapa kita malah jadi canggung gini ya De?"

Aku diam. Entah harus memulai darimana

"Sal" panggilku
"Ya?" Jawabnya
"Lo temen gue. Temen deket dari dulu. Yang selalu gue repotin, yang selalu mbak Shofi repotin. Maaf, gue gak ada rasa yang lebih sama lo sampai sekarang. Kalo gue baik dan perhatian sama lo karna lo juga udah baik dan perhatian sama gue. Kalo gue sayang sama Fathan ya karna emang gue suka anak kecil, gue menganggap Fathan anak gue karna dia anak lo. Sal, gue ngomong kaya gini bukan karna gue ragu sama status lo sekarang. Enggak. Kalopun lo masih sendiri sekarang, gue juga gak bisa. Ini tentang rasa Sal. Rasa yang emang gak berubah dari dulu. Gak ada getaran yang gue rasain ketika sama lo. Maaf"
"Syukurlah. Gue gak masalah apapun jawaban lo. Asal lo jangan canggung ke gue, gue udah bahagia banget De. Lo dan Shofi temen terbaik gue. Gue gakmau lo menjauh. Makasih udah mau jujur"
"Iya" kataku "Percaya. Lo bisa dapet yang terbaik dan tulus sama lo terutama sayang sama Fathan"
"Iya gue percaya Allah itu adil De" katanya "Btw cowok tadi siapa? Gue nanya beneran"
"Karna gue udah jujur sama lo. Dia tunangan gue"
"Serius? Kapan lo tunangan? Astaga gue gaktau, makanya gue ngomong kaya kemarin. Kalo tau gue gak akan ngomong deh sumpah"
"Iya iya. Gue ngerti kok. Toh gak banyak orang yang tau juga tentang gue sama dia"
"Lo lagi berantem sama dia?" Tanyanya dan aku mengangguk "Kenapa?"
"Beberapa hari lalu dia nemuin gue Sal disini. Belum ada 10 menit gue ketemu dia, gue harus operasi darurat. Trus dia kesel gitu sama gue gara2 itu"
"Oh dia gak paham posisi lo sebagai dokter bedah?"
"Kurang lebih gitu"
"Bukannya sebelum tunangan harusnya kalian udah saling kenal ya? Jangan bilang lo jadi dijodohin"
"Dia mantan gue jaman SMA"
"Gimana ceritanya bisa ketemu lagi?"
"Ceritanya panjang. Intinya dia ke sini, gak sengaja. Trus coba kita jalanin lagi. Karna kan gue pikir kita udah lama saling kenal Sal. Setelah 10 tahun gak ada kontak, cuma dengan waktu 3 bulan gue mau aja waktu dia ajak serius. Ya bener dia udah kenal gue banget, tapi ternyata dia belum paham kondisi gue sekarang" kataku sambil menghela nafas "Dia mengenal gue lama, tapi harusnya gue gak gegabah. Karna dulu dan sekarang itu beda. Dan saat ini mau mundur juga udah terlanjur. Gue udah lamaran Sal. Udah sepengetahuan orang tua kita. Udah ngomongin tanggal ini itu"
"Gue percaya lo gak mungkin dengan mudahnya menerima dia. Lo bukan tipe yang grusukan, lo harus yakin dulu kalo mau ngambil keputusan, dan lo pasti udah mikir kedepannya gimana. Gue mau kasih saran lo dengerin gak?"
"Apa?"
"Dia dateng kesini. Minta maaf. Dia udah nurunin egonya De. Cowok tuh egonya tinggi, tapi kalo dia bisa nurunin egonya. Dia bener2 sayang sama lo, beneran cinta sama lo"

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang