S8 : Kebesaran Hati

1K 76 0
                                    

Dea mencuci muka setelah tertidur sebentar. Mungkin dia tidur jam 3 tadi setelah selesai menyelesaikan thesis. Pagi ini dia akan menyerahkan berkas thesis di kampus. Untuk disidangkan minggu depan. Dea bangun saat mendengar notifikasi adzan subuh di HPnya. Dea segera keluar ruangan menuju ke masjid rumah sakit untuk sholat subuh. Dea sudah membawa mukena di tangannya. Sampai di ujung lorong, Dea bertemu dengan Rian. Rian memakai kemeja dan sarung. Rian keluar dari ruang tunggu bersama. Dea menunduk berharap Rian tidak mengenali Dea. Dea segera berjalan cepat mendahului Rian yang masih mencari sandalnya

"Sasa" panggilnya dan entah kenapa dengan bodohnya Dea berhenti "Mau ke masjid? Ayo bareng" katanya sambil menyamakan langkah kakinya dengan Dea. Dea hanya tersenyum kecut mendengarnya. Keduanya sama2 diam sekarang. Hanya suara derap langkah yang terdengar. Sampai akhirnya Rian membuka suara "Semalem bisa tidur nyenyak kan?"

Dea kaget dengan pertanyaan Rian. Pertanyaan yang tidak diduga dilontarkan Rian sekarang

"Nyenyak gak tidurnya?" Tanya Rian lagi
"Lumayan" jawab Dea
"Aku malah yang semalem gak bisa tidur" kata Rian dan Dea hanya tersenyum. Kemudian mereka berpisah di depan masjid

•••

Dea segera berganti baju di loker setelah selesai mandi. Merapikan jilbabnya kemudian keluar dari ruang loker. Dea menuju ke meja jaga

"Gina mana?" Tanya Dea
"Masih ke toilet dok" kata suster Ana

Tidak lama kemudian Gina berjalan ke arah Dea

"Maaf dok. Nunggu lama ya?"
"Gak kok gapapa. Ayo" kata Dea kemudian Gina mengikuti Dea dari belakang. Mereka akan mengecek kondisi pasien2 Dea. Terakhir mereka menuju ke ruang Faris. Masih di ICU. Selesai mengecek Faris, Dea keluar ICU dan mencari keluarga Faris di ruang tunggu bersama ICU. Ada Tante Umi sedang duduk ngobrol dengan Rian

"Assalamualaikum" kata Dea
"Eh mbak Sasa. Gimana?" Tanya tante Umi menghampiri Dea dan keluar dari ruangan bersama diikuti Rian di belakangnya
"Alhamdulillah Faris sudah membalik. Kondisi vitalnya bagus. Tinggal nunggu siuman"
"Alhamdulillah. Berarti operasi berhasil mbak?"
"Masih 50% tante. Tolok ukur operasi berhasil itu kalo pasien sudah sadar"
"Semoga cepet sadar mbak. Makasih banyak mbak Sasa" kata Tante Umi sambil memegang kedua tangan Dea. Dea tersenyum
"Mamaaa. Ini aku bawain sarapan" ada yang berkata itu dari belakang Dea. Dea menoleh dan ternyata itu adalah perempuan yang kemarin. Dea makin yakin kalau perempuan ini istri Rian dan Faris ini anak mereka. Dari caranya memanggil Rian, mengkhawatirkan Faris sampai memanggil tante Umi dengan sebutan "Mama". Dea menatap ke arah Rian dan dia sedang sibuk melotot ke arah perempuan itu
"Eh iya. Makasih teteh" kata Tante Umi ke perempuan itu. Di belakang perempuan itu ada laki2 yang wajahnya tidak asing bagi Dea. Dea mengingat2 siapa laki2 itu. Dan dia baru sadar ketika laki2 itu sudah berhadapan dengan Dea. Laki2 ini pasangan ganda Rian
"Teteh ini kenalin mantan pacar Rian dulu jaman SMA" kata Tante Umi memperkenalkan Dea pada perempuan yang dia sebut dengan "teteh". Seakrab itu. Oke Dea yakin 80% dia istri Rian
"Mamaaa apaan sih" kata Rian yang membuat Dea 100% yakin dia istri Rian

Perempuan itu mengulurkan tangan

"Halo aku Saktia. Panggil aja Via" katanya
"Dea" kata Dea sambil menjabat tangan Via
"Jar. Gakmau kenalan sama dokter nih?" Tanya Tante Umi
"Eh iyaa. Halo. Gue Fajar" kata Fajar dan sebelum sempat Fajar mengulurkan tangan, Dea menaruh kedua telapak tangannya di depan dada. Menghormati Fajar. Jangan sampai Fajar lebih dulu mengulurkan tangan. Begitu menurut Dea
"Dea" katanya sambil tersenyum "Yaudah saya duluan ya tante"
"Kok buru2? Gak ngobrol2 dulu?"
"Enggak tante. Lain kali mungkin. Saya masih banyak yang perlu diurus"
"Yaudah nih dibawa satu buat mbak Sasa. Satunya buat dr.Gina. Satu lagi titip untuk dr.Julian." kata Tante Umi menyerahkan 3 kardus ditaruh di plastik berisi makanan yang dibawa Saktia dan Fajar tadi
"Eh gak usah Tante" kata Dea
"Gapapa. Memang sengaja buat mbak Sasa dan dr.Gina. Nanti kalo gak diterima siapa yang mau makan. Ini cuma sarapan aja kok. Gak seberapa ya tapi intinya makasih sudah operasi Faris semalam mbak Sasa, dr.Gina. Karna semalem shift malem jadi pasti belum sempat sarapan kan" kata Tante Umi
"Yaudah ini saya ambil ya tante. Makasih. Maaf ngrepotin" kata Dea mengambil plastik yang ditawarkan tante Umi tapi kemudian Gina menawarkan diri untuk membawa plastik itu "Kalo gitu saya permisi. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" kata mereka berempat

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang