S51 : Masalah Kecil

984 41 0
                                    

Rian Ardianto

Dea masih sering melamun akhir2 ini. Seperti sekarang. Berdiri di balkon kamar rumah dengan tatapan kosong. Aku segera mendatangi dan memeluknya dari belakang

"Sayang, mas Endi nyariin"
"Iya nanti" katanya malas

Dea menyandarkan kepala ke dadaku. Aku menciumi kepalanya

"Ibu gimana ya kalo Bapak gak ada?" Tanyanya
"Ya kita rawat bareng2"
"Bener mas?"
"Bener dong. Dah ayo ke mas Endi dulu" kataku

Kami keluar kamar. Mas Endi dan mbak Ita sudah di luar

"Sa. Coba kamu yang ngomong sama Ibu. Ibu daritadi gak keluar kamar. Gak makan juga" kata mas Endi kepada Dea
"Ayo mas, temenin" katanya padaku dan aku mengangguk

Kami membuka pintu kamar Ibu. Diikuti mbak Ita dan mas Endi di belakang, Getar juga menyusul. Mbak Ita membawa nampan makanan. Ibu tidur di kasur, mengusap2 kasur sebelahnya yang biasanya jadi tempat Bapak tidur

"Bu" panggil Sasa tapi Ibu diam saja, tidak menjawab "Bu. Makan dulu ya" kata Dea

Tiba2 ibu menangis. Dea mengarahkan tangan memeluk Ibu, menaruh kepalanya di lengan kanan Ibu

"Ibu gimana kalo gak ada Bapak?" Tanya Ibu pada kami
"Bu. Kan ada Sasa, mas Endi, mbak Ita, mas Rian, Getar dan calon cucu Ibu"
"Ibu gak bisa tanpa Bapak"
"Ada kita semua yang akan jagain Ibu. Kita semua janji gak akan ninggalin Ibu dalam keadaan apapun. Ibu harus kuat, harus semangat, Ibu masih pengen kan lihat anak Sasa dan mas Rian lahir?"

Ibu bangkit dari tidur. Duduk bersandar dan memeluk Dea

"Ibu harus kuat. Bapak sudah tenang. Sudah gak sakit lagi. Kita harus ikhlas Bu. Ini jalan terbaik buat kita semua"
"Uti jangan nangis" kata Getar
"Getar sini peluk Uti" kata Ibu

Getar berlari dan memeluk Ibu. Mbak Ita dan mas Endi mendekat ke kasur

"Bu. Endi, Ita, Sasa, Rian janji akan merawat Ibu. Kalo Ibu pengen sama Endi sama Ita ya disini nemenin kami, kalo pas Ibu pengen ke Sasa sama Rian ya ke Jakarta. Pokoknya sekarang apa yang Ibu pengen, dilakuin semuanya ya? Kita semua sayang sama Ibu dan mau Ibu tetep sehat, biar bisa nemenin kita terus. Bahkan sampai cucu2 Ibu nanti menikah" kata mas Endi dan Ibu mengangguk sambil tersenyum. Alhamdulillah

🏸🏸🏸

Aku dan Dea sudah pulang ke Jakarta. Dea memutuskan untuk ambil cuti hari ini, karena dia merasa kurang enak badan

"Kamu gapapa aku tinggal sendiri sayang?" Tanyaku
"Gapapa mas" jawabnya
"Yaudah aku berangkat latihan. Kalo ada apa2 kabarin ya"
"Iya hati2 mas" katanya

Aku keluar dari apartemen menuju ke pelatnas. Setelah sampai di pelatnas aku segera menuju gor. Latihan2 santai kemudian Fajar datang

"Jom. Ayo" katanya

Aku segera main bersama Fajar sparing dengan Leo-Daniel. Selesai latihan aku buru2 merapikan tasku

"Kemana jom?" Tanya Fajar
"Mau ngecek Dea"
"Emang Dea gak kerja?"
"Enggak. Izin Jar. Dia agak gak enak badan"
"Trus latihan sore nanti gimana?"
"Ya gue berangkat lagi dari rumah. Duluan Jar" kataku

Aku segera menuju ke parkiran sampai Febriana, atlet ganda putri memanggilku

"Mas Rian" panggilnya
"Kenapa?"
"Mas tolongin Ribka. Dia kesakitan daritadi"
"Gimana bisa?"
"Iya. Tadi pas habis latihan dia ngeluh kepalanya pusing banget"
"Kenapa gak ke kak Ela aja?" Kak Ela itu dokter PBSI
"Udah mas, udah dikasih obat. Tapi gak reda juga. Minta tolong anterin ke rumah sakit mas"
"Kenapa Jom?" Tanya Fajar entah datang darimana
"Ini si Ribka katanya sakit" jawabku
"Mau dibawa ke rumah sakit?" Tanya Fajar pada Febri
"Iya Aa. Kasihan soalnya dia pusing banget" kata Febri
"Gue harus buru2 pulang" kataku
"Sekalian pulang mas tolong bawa Ribka ke rumah sakit. Sama aku juga kok sama Fadia"
"Bantuin sekalian lo balik jom. Drop aja di rumah sakit"
"Yaudah bawa Ribka kesini" kataku

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang