S24 : Keberanian

908 86 2
                                    

Dealisa Raisani

Aku duduk di sofa apartemen. Menikmati camilan yang ku beli di kantin rumah sakit tadi. Mbak Shofi masih di apartemen. Nginep, dengan alasan mas Teguh pergi ke luar kota. Aku menonton tv berdua dengan mbak Shofi

"De" panggilnya
"Ya mbak?"
"Lo yakin sama keputusan lo memulai hubungan lagi sama Rian?"
"Emang kenapa mbak kok nanya gitu?"
"Gak takut jatuh ke kesalahan yang sama?"
"Maksudnya?"
"Lo gak takut dia ninggalin lo lagi sama seperti dulu?"
"Semua orang berhak dapet kesempatan kedua mbak"
"Kalo ternyata dia ninggalin lo lagi?"
"Jangan ngomong gitu deh mbak. Doain yang baik2 aja. Biar secepetnya bisa nyusul lo"
"Semoga ya" kata Shofi

Shofi masih nonton tv di sofa. Aku masuk kamar menyiapkan baju untuk sumpah dokter besok. Aku memandangi foto Ibu dan Bapak yang tergantung di kamar. Semoga pencapaianku bisa membuat mereka bangga

Rian 💕 is calling you .....

"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam. Dimana?"
"Apart"
"Sendiri?"
"Gak. Ada mbak Shofi"
"Tumben?"
"Iya mas Teguh keluar kota"
"Oh gitu. Aku mau ngajakin kamu jalan keluar Sa"
"Ngapain?"
"Ya nemenin aku jalan2 aja. Tapi gak enak masa ninggalin Shofi sendirian"
"Bentar aku nanya dia dulu"

Aku jalan keluar kamar. Telepon Rian masih ku gantung. Belum ku tutup

"Mbak. Lo mau jalan keluar?" Tanyaku
"Gak. Ngantuk gue. Mau tidur aja" jawabnya
"Yakin?"
"Iya yakin. Kenapa?"
"Gue mau jalan sama Rian"
"Iyaudah jalan sana. Gue mau tidur. Jangan gegara gue ada disini, acara lo jadi berantakan"

Aku mengarahkan HP ke telinga

"Udah denger kan?" Tanyaku
"Iya. Aku jalan sekarang dari asrama ya. See you. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"

Aku berganti baju dan bersiap. Menunggu Rian sambil duduk di sofa ruang tamu. Tak berapa lama ada telfon masuk dari Rian yang mengabarkan dia sudah di lobby. Aku turun. Dan benar saja sedan putih sudah berhenti tepat di depan lobby. Saat sudah sampai di depan pintu Rian membukakan pintu dari dalam

"Assalamualaikum" kataku kemudian duduk di sampingnya
"Waalaikumsalam" jawab Rian "Maaf ya lama. Tadi macet soalnya pas jalan kesini"
"Iya gapapa. Mau kemana kita?"
"Aku mu ngajakin km ke kokas"
"Yan?"
"Hmm?"
"Rame lho disitu"
"Iya aku tau. Kenapa emangnya?"
"Ya takut ada yang mengenali kamu aja"
"Ya trus kalo ada yang mengenali?"
"Aku?"
"Kamu kenapa?"
"Ya kamu kan lagi jalan sama aku"
"Masalahnya dimana?"
"Km lagi terkenal2nya lho sekarang?"
"Trus?"
"Kalo pada tau km jalan sama cewek apa gak patah hati fans2mu?"
"Karna aku terkenal aku gak boleh punya kehidupan pribadi? Sama orang yang aku mau? Gak kan?"
"Jadi yakin mau ke kokas?"
"Dari awal aku udah yakin. Dah gak kelar2 nanti. Berangkat aja" kata Rian

Rian mengarahkan mobilnya santai menuju kokas. Masih saling diam. Kemudian Rian memulai pembicaraan lagi

"Sa"
"Kenapa?"
"Aku mau go public"
"Maksudnya?"
"Aku gakmau ngumpet2 lagi"
"Apasih yan? Aku gak ngerti lho. Emang kita ngumpetin dari siapa?" Tanyaku bingung
"Semua orang"
"Perasaan aku biasa aja kok. Gak berusaha menutupi apapun"
"Iya. Tapi kita gak pernah bilang kan sama orang2 terdekat kita kalo kita punya hubungan lagi?"
"Temen2ku tau tuh aku sama kamu" kataku "Semenjak di acara nikahan mbak Shofi" tambahku lagi
"Temen2ku belum" jawab Rian
"Udah sebagian kayanya" kataku
"Kapan?"
"Di nikahan Fajar lah"
"Tapi kan gak semuanya"
"Ya trus gimana?"
"Aku tuh cemburu Sa. Ngerti gak sih"
"Apaan deh? Kamu tuh cemburu kenapa? Aku biasa2 aja. Gak ngapa2in. Kok uring2an gini? Ketemu cuma mau berantem gini? Enggak kan?"
"Aku tuh sayang sama kamu"
"Iya aku tau"
"Jangan bikin cemburu"
"Apaan sih gak jelas"
"Kevin"

Aku mengerutkan kening

"Kevin siapa?"
"Kamu di nikahan Fajar ketemu yang namanya Kevin gak?"
"Oh iya Kevin yang jadi groomsman"
"Nahhhh"
"Kamu cemburu? Sama Kevin?"
"Iyalah"
"Astaghfirullah aku gak ngapa2in sama dia Yan" kataku
"Dia fotoin kamu dari jauh. Nyimpen foto2 kamu. Kesel. Aku gak suka"

Aku menahan senyum. Mengusap pipi kirinya dari samping

"Cuma gitu aja?" Tanyaku
"Ya aku cemburu. Bisanya Kevin diem2 ngefoto kamu"
"Tau darimana?"
"Tadi dia nunjukin ke aku"

Aku tertawa sambil masih mengusap pipi kirinya

"Denger ya. Butuh hati yang amat sangat lapang buatku menerima kamu lagi. Apa ya mungkin aku bakalan mematahkan hatiku lagi? Aku mau menerima kamu lagi karna aku sayang sama kamu, karna aku mau melupakan masa lalu kita dan kita mulai semua dari awal. Aku anggap kemarin kamu khilaf dan aku salah juga. Ya?" Kataku meyakinkan dia, kemudian dia mengambil tangan kananku yang sedari tadi mengusap pipinya dan menggenggamnya dengan erat

👩🏻‍⚕️👩🏻‍⚕️👩🏻‍⚕️

Kami sampai di Kokas. Beberapa orang mengenali Rian jadi setiap beberapa langkah kadang ada orang yang meminta foto. Resiko jadi orang terkenal ya. Rian mengajakku masuk ke sebuah toko perhiasan

"Mau beli buat Mama?" Tanyaku. Dia hanya senyum dan tidak menjawab

Rian sibuk memilih2 dengen beberapa kali minta pendapatku. Setelah selesai transaksi kami memutuskan untuk makan di kokas juga. Salah satu tempat makan favorit kalau ke kokas. Aku masih sibuk memilih menu

"Sa" panggilnya
"Ya?" Kataku sambil menengadahkan muka ke arahnya
"Nih" katanya sambil menyerahkan kotak perhiasan yang sangat aku ingat adalah cincin yang baru saja dia beli tadi
"Maksudnya? Kamu nyuruh aku ngasih ke Tante Umi?"
"Bukan. Ini buat kamu"
"Yan?"
"Hmm?"
"Kok aku?"
"Tanda aku mau serius sama kamu. Aku gak main2 sekarang Sa. Nanti aku sempetin ambil libur. Mau ke rumah ketemu bapak sama ibu"
"Gak perlu pake ini yan" kataku sambil mendorong kotak perhiasan padanya lagi
"Aku mau kamu terima ini. Tanda keseriusan aku. Kamu mau nolak? Karna takut dibilang matre? Ini sepenuhnya aku kasih ke kamu bukan karna menganggap kamu matre dan sebagainya. Aku tau kamu gimana. Kalo kamu gak suka ya mau dikasih apapun tetep gak suka. Apalagi dengan keadaanmu yang sekarang, profesimu yang sekarang, beli ini pasti sangat mudah buat kamu. Tapi tolong kali ini terima ya Sa. Tanda keseriusan aku sama kamu"

Aku mengangguk

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang