S44 : Istriku

1K 66 10
                                    

Rian Ardianto

Aku baru pulang setelah menjemput Dea ke rumah sakit. Kami sudah sampai rumah. Dea sedang mandi sekarang. Sekarang hari selasa, 2 hari lagi kami pulang ke Jogja untuk resepsi. Aku menata makanan yang kami beli tadi waktu pulang. 2 minggu ini aku cuti. Resepsi kami besok hari Sabtu. Hari Rabu minggu depan kami akan lanjut honeymoon ke Bali. Dea keluar dari kamar mandi memakai daster

"Gimana kerjaan hari ini?" Tanyaku saat dia duduk di kursi tinggi meja makan, di sampingku
"Alhamdulillah lancar. Ada beberapa pasien lama mas, cuma rawat jalan aja, cek2 pasca operasi"
"Pasienmu yang kemarin apa itu yg kamu rapat sama orang2 spesialis kandungan gimana? Udah lahiran belum?"
"Gastrochisis. Belum. Harusnya sih besok. Katanya besok pagi masuk ke rumah sakit mas"
"Oh gitu. Trus operasinya?"
"Induksinya sih dijadwalin besok siang"
"Berarti besok ada operasi?"
"Iya. Soalnya besok bukan jadwalku rawat jalan, jadi bisa operasi"
"Istriku nih" katanya sambil mengelus kepalanya
"Aku kenapa?"
"Kerjaanmu kan berat dan banyak sayang. Mulai sekarang sering2 olahraga ya?"
"Kan udah"
"Maksudnya?"
"Entah deh" katanya sambil menahan tawa

Aku agak lama memahaminya

"Astagaaaa. Itu bukan olahraga sayang. Kewajiban" kataku sambil merangkulnya dan mencium pipinya "Tapi malem ini gak dulu deh. Besok kamu operasi soalnya"
"Kok sekarang ngomong gini biasa aja ya mas? Dulu kaya gimana gitu aku tuh"
"Iya, soalnya udah ngerasain"
"Astaghfirullah. Udah ah" katanya sambil mencubitku

👩🏻‍⚕️👩🏻‍⚕️👩🏻‍⚕️

Dealisa Raisani

Aku terbangun karena mendengar HPku berbunyi. Halim menelpon selarut ini, pasti ada emergency

"Halo" jawabku dengan suara parau
"Dr. Dea, pasien a/n Ny. Rianty dengan bayi terindikasi Gastrochisis kemarin masuk IGD. Sekarang masih perjalanan kesini. 20 menit lagi sampai. Dr. Indira sedang menyiapkan ruang bersalin. Sudah pecah ketuban dok"
"Oke saya kesana sekarang. Kamu siapkan ruang operasi juga buat bayinya, hubungi dokter anestesi, 30 menit lagi saya sampai sana"
"Baik dok"

Aku segera bangun dari kasur. Melihat jam dinding di kamar dan baru jam 1 pagi. Mas Rian juga ikut bangun, mungkin mendengar suaraku ketika ditelpon Halim tadi

"Mau kemana?" Tanyanya dengan mata masih setengah terpejam
"Ke rumah sakit. Pasien yang harusnya operasi siang ini udah masuk IGD" kataku meninggalkan dia dan buru2 cuci muka serta sikat gigi di kamar mandi. Aku keluar kamar mandi dan mas Rian juga sudah di depanku. Mungkin dia ingin buang air. Aku segera menuju kamar. Mengganti daster dengan baju seadanya. Mengambil baju juga untuk besok pagi dan memasukkannya ke tas karena pasti malam ini aku akan tidur di rumah sakit

"Aku anterin sayang" kata mas Rian masuk ke kamar dan mengganti celana serta memakai jaket, sudah siap pergi dia
"Aku sendiri aja mas. Aku naik taksi aja"
"Jangan. Masih dini hari. Aku gakmau kamu kenapa2 di jalan. Lagian aku 2 minggu ini libur kan"
"Trus mas gimana tidurnya?"
"Aku gampang. Yang penting kamu" katanya sambil mengambil kunci mobil

Mas Rian menggandeng tanganku. Kami berjalan cepat menuju basement. Setelah sampai di mobil, mas Rian segera melajukan mobil. Dia ngebut menuju rumah sakit

"Mas tetep fokus ya nyetirnya meskipun ngebut" kataku sambil melihat jurnal2 tentang Gastrochisis, mumpung sempat
"Iya sayang" katanya masih menghadap depan

HPku berbunyi lagi, dari Halim

"Ya?"
"Dokter ruang operasi sudah siap. Pasien sudah masuk ruang bersalin. Sudah pembukaan 5 dok. Dr. Indira sedang menyiapkan induksi"
"Kamu terus pantau kondisinya. Saya udah di jalan. 10 menit lagi saya sampai sana. Kalau sebelum saya datang tapi bayi sudah lahir, langsung bawa masuk ke ruang operasi. Kamu mulai operasi dulu. Kabari saya terus tanda vitalnya"
"Dok. Saya masih residen tahun pertama" katanya agak panik
"Kamu mau bayinya gak selamat?" Nadaku agak tinggi "Kamu tetep telpon saya kalau operasi memang harus dimulai, nanti saya bimbing via telpon. Kalau terjadi apa2, saya yang tanggung jawab"
"Baik dok"

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang