S7 : Pertemuan

1K 81 0
                                    

Dea setengah berlari menuju ke IGD karna ada pasien darurat sampai tidak sengaja menabrak ibu2 yang sama2 buru2 juga

"Astaghfirullahaladzim maaf bu" kata Dea sambil menata dokumen2 ibu itu ke dalam map lagi karna berserakan saat tabrakan tadi. Dea mengambil HPnya yang tadi juga jatuh dan menggenggamnya di tangan kiri. Ibu itu mengangkat wajahnya. Wajah yang tidak asing bagi Dea
"Tante Umi?" Tanya Dea. Dia Umi Marwati. Mama Rian Ardianto. Tante Umi memandangi Dea lama
"MasyaAllah mbak Sasa?" Kata Tante Umi sambil memeluk Dea. Dea kaget mendengar nama panggilan itu digunakan kepadanya lagi setelah sekian lama. Keluarganya memang masih memanggilnya Sasa. Tapi dia sudah lama tidak mendengar nama panggilan itu dari orang lain
"Tante apa kabar?" Tanya Dea sambil melepas pelukannya
"Alhamdulillah baik. Mbak Sasa cantik sekali sekarang berhijab" kata tante Umi sambil mengelus pipi Dea
"Alhamdulillah tante. Tante disini ngapain? Siapa yang sakit? Tante sakit?" Tanya Dea
"Bukan. Itu nganterin keponakan. Ngeluh pusing terus mbak" kata tante Umi "Mbak Dea dokter?" Tanya beliau
"Iya tante alhamdulillah"

HP di tangan kiri Dea bergetar. Dea melihat sekilas

Fikri is calling you ...

"Tante maaf banget ya tadi gak sengaja nabrak. Trus maaf juga saya gak bisa lama2 ngobrol sama tante soalnya saya ada pasien darurat. Lain kali kita ketemu ya tante kalo tante kesini lagi. Saya buru2. Assalamualaikum" kata Dea sambil salim kepada tante Umi dan berlari meninggalkan tante Umi yang masih berdiri menghadap Dea dan tersenyum. Melepas kepergian Dea. Melihat punggung Dea yang senakin lama semakin jauh dari pandangannya

👩🏻‍⚕️👩🏻‍⚕️👩🏻‍⚕️

Dea sudah selesai operasi darurat. Dia segera menuju ke meja jaga. Berniat mengisi dokumen pasien yang dia operasi tadi. Dea mencari2 dimana pulpennya, tapi tidak ada. Dea panik

"Kenapa dok?" Tanya Yulia
"Pulpen saya kok gak ada ya Yul" kata Dea
"Ah masa? Yang biasanya di kantong itu?" Kata Yulia
"Apa jatuh ya?" Tanya Dea
"Mungkin dok. Ini dokter isi dulu aja pake pulpen saya. Setelah itu baru dicari" kata Yulia dan Dea segera mengisi dokumennya dengan cepat kemudian pergi ke loker, tempat Dea ganti baju operasi tadi. Tidak ada tanda2 pulpennya disana. Dea berlari menuju tempat dia bertabrakan dengan tante Umi. Tidak ada. Dea kembali ke ruang operasi dan masih tidak ada. Dea lari ke ruangannya, ada Shofi disana

"Datengnya bisa selow gak? Grubak grubuk gitu" kata Shofi kaget
"Gak bisa" kata Dea panik
"Kenapa sih kenapa?"
"Pulpen gue ilang mbak"
"Pulpen mana?" Tanya Shofi
"Yang ada gantungannya"
"Gantungan sombong?"
"Mbak plis gue lagi panik" kata Dea
"Lagian pulpen doang sih De. Beli lagi dong"
"Bukan pulpennya. Gantungannya yang penting"
"Lo inget jatuhnya dimana?"
"Kalo inget gue udah ke tempat itu sekarang. Gak ribet gini"
"Ya juga ya. Kadang gak berfaedah pertanyaan gue. Lo sadar ilang dimana?"
"Di meja jaga barusan habis operasi"
"Trus terakhir pake?"
"Di meja jaga sebelum operasi"
"Udah di cek semua tempat yang memungkinkan?"
"Udah. Tapi gak ada" kata Dea
"Yaudah ilang berarti"
"Yaah jangan dong"
"Emang apasih gantungan gitu doang. Bisa beli lagi"

Dea melemparkan tissue yang sudah dia bentuk bulat ke arah Shofi tapi Shofi bisa menghindar. Shofi keluar ruangan entah kemana. Dea masih merenung di ruangan, mengira2 dimana pulpennya jatuh

👩🏻‍⚕️👩🏻‍⚕️👩🏻‍⚕️

Dea sedang duduk di taman sendirian. Sedang menikmati udara sore. Minggu sore. Dea jadwal shift malam karna banyak yang cuti. Tiba2 ada telpon dari Gina

"Ya Gin?"
"Mbak. Pasien gawat darurat. Kecelakaan, patah tulang dan ada pendarahan di kepala"
"Aku kesana. Siapin CT Scan dan MRI"
"Oke mbak"

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang