S10 : Relawan

1K 64 0
                                    

Dea sudah berangkat ke Cigamea sekarang. Suasana mendung. Mereka berkumpul di stasiun Bogor tadi pagi. Kemudian menyewa mobil berangkat ke Cigamea

"Kalo hujannya deres gini kita berangkat masuk desanya besok pagi ya a'?" Tanya Bagas pada sopirnya
"Iya a'. Saya gakmau ambil resiko masuk kesana malem2 gini hujan2. Soalnya jalan yang kita pake jalan yang muter lewat tengah hutan gak ada penerangan. Sedangkan jalan yang biasanya jadi akses udah tertimbun longsor" kata abang sopirnya
"Gimana baiknya aja. Jangan dipaksa kalo memang gak memungkinkan" kata Bagas

Baru sampai jalan masuk hutan, hujan deras mengguyur. Mereka menepi. Menunggu hujan reda. Cukup lama mereka menepi. Setelah sekitar 1 jam mereka menunggu, abang sopir memutuskan untuk masuk dengan membawa mobil pelan2 karna hujan sudah lumayan reda

"Pelan2 aja a'" kata Bagas dari samping kemudi

Dea melihat HPnya. Sudah pukul 11 malam. Suasana cukup mencekam. Okta berkali2 membaca doa. Kemudian memegang lengan Dea. Jalan yang dilewati betul2 jalan di tengah hutan. Tepi kanan mereka jurang. Sopirnya betul2 sangat pelan membawa mobilnya. Mereka sampai di desa jam 2 pagi. Desanya betul2 gelap. Tidak ada listrik sama sekali. Sepertinya aliran listrik terputus. Mereka tidur di penampungan, beratap terpal biru. Belum ada tenda bantuan. Sebagian tinggal di bangunan sekolah yang lumayan masih layak karna tidak semuanya tertimbun longsor. Pagi ini relawan2 tidur di bawah terpal, beralaskan tikar

"Sebelum pada tidur kita briefing dulu" kata Bagas

Semua berkumpul duduk bersila

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh" kata Bagas
"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh" jawab semua teman2
"Alhamdulillah kita sudah sampai di sini dengan selamat. Seperti yang teman2 lihat kondisi sekarang betul2 tidak memungkinkan. Saya cuma minta satu hal yang teman2 harus ingat. Kita disini untuk jadi relawan, kita bantu semampu kita. Jangan sampai niat kita bantu malah jadi bahaya buat diri kita. Jangan sampai ada yang sakit atau celaka. Jaga kesehatan baik2. Paham kan? Ada yang mau nambah?" Tanya Bagas dan Dea mengangkat tangan
"Disini kan dari tim kesehatan ada saya, Alya, Regina dan Ilham. Kalo temen2 ngerasa badannya udah sedikit sakit langsung hubungi tim kesehatan. Selain itu kalo ada dari warga disini yang butuh obat nanti temen2 bisa jadi perantaranya. InsyaAllah nanti langsung kita kasih obat. Alhamdulillah saya ada sedikit bawa obat2 general. Udah itu aja" kata Dea
"Oh ya satu lagi masalah komunikasi. Kan disini susah sinyal. Saya bawa HT tapi cuma 4. Jadi satu buat tim pendidikan, satu buat tim relawan, satu buat tim kesehatan, satu buat korlap"

Bagas menyerahkan HT kepada masing2 koordinator. Dan tentunya menyerahkan 1 HT pada Dea karna dia koor tim kesehatan

"Untuk sumbangan dana yang dikirim ke kita kemarin besok pagi saya yang belanja" kata Bagas
"Boleh usul?" Tanya Dea
"Ya gimana?" Tanya Bagas
"Kalo boleh, saya minta sumbangan yang kemarin jangan dibeliin terlalu banyak makanan instan" kata Dea
"Alasannya?" Tanya salah satu anak laki2
"Setelah bencana alam pasti muncul wabah penyakit. Entah apapun itu. Menurut saya pribadi kalo makanan instan tuh kurang bergizi ya. Jadi saran saya, sebagian uang sumbangan itu disisihkan buat beli sayur sama ikan atau apalah protein gitu"
"Masalahnya kita bakalan susah belanjanya kalo bukan makanan instan"
"Lebih baik kita agak susah sedikit sekarang daripada nanti repot kalo sudah ada wabah penyakit"
"Ada benernya yang dibilang Dea" kata Haikal "Cuma masih PR siapa yang mau belanja"
"Saya bisa kok belanja pagi" kata Dea
"Yakin Dea? Jam 5 pagi lho maksimal harus berangkat ke tempat beli sayur" kata Haikal
"Gak masalah. Toh itu saran dari saya, ngasih saran harus beserta solusinya dong" kata Dea
"Oke deal" kata Haikal
"Biar saya yang nemenin beli sayur nanti. Sekalian belanja barang2 yang kurang disini" kata Bagas

👩🏻‍⚕️👩🏻‍⚕️👩🏻‍⚕️

Dea terbangun setelah adzan subuh berkumandang. Dea pergi ke mushola untuk sholat subuh. Jalan memakai senter. Kemudian dari arah sampingnya ada senter dengan cahaya lebih besar

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang