S12 : Tembok Beton K-500

901 76 0
                                    

Rian datang pagi ini bersama Mama. Kemudian duduk di sofa ruangan Faris

"Om mau pulang dulu gak?" Tanya Rian
"Gak usah mas"
"Siapa tau mau istirahat sebentar"
"Capek mas. Baru landing kemarin masa sekarang mau nyetir"
"Tenang. Aku anter om. Tapi bentar mau istirahat bentar. Kan baru nyampe"
"Mbak aku tak pulang dulu gapapa?" Tanya om Heru pada Mama
"Ya gapapa. Istirahat sek di rumah" kata Mama "Tapi nunggu Rian tuh yang masih nungguin gebetannya meriksa Faris" kata Mama
"Gebetan? Yang mana mbak?" Tanya om Heru
"Apasih Ma" kata Rian

Tak berapa lama pintu ruangan diketuk. Dokter Gina dan suster Ana masuk ke ruangan. Kemudian memeriksa kondisi Faris. Rian bingung kenapa bukan Dea yang memeriksa

"Dokter Gina. Permisi mau nanya" kata Mama kepada dokter Gina setelah selesai memeriksa Faris
"Iya ibu?" Tanya dokter Gina
"Mbak Sa.. Eh maksudnya dokter Dea kemana ya kok bukan beliau yang meriksa?"
"Oh dokter Dea kebetulan sedang izin bu" kata dokter Gina
"Izin?"
"Iya bu. Dokter Dea ikut relawan di Bogor. Yang 2 hari lalu longsor itu"
"Ohh dari rumah sakit?"
"Enggak bu. Sukarela" kata dokter Gina "Kondisi Faris alhamdulillah makin membaik. Tinggal tunggu pemulihannya ya Bu. Saya permisi" kata dokter Gina kemudian pergi
"Tuh Yan gebetanmu hatinya baik ya. Sampe rela jadi relawan sukarela gitu" kata Mama menggoda Rian
"Mulai deh" kata kemudian mengambil kunci mobil dan mengajak om Heru pulang sebentar

🏸🏸🏸

Rian mengantar Mamanya ke rumah sakit. Mbak Vivin sudah pulang ke Jogja tadi pagi naik pesawat bersama Hanan. Sampai di rumah sakit om Heru duduk di sofa ruangan Faris

"Ma. Habis dari sini nanti aku langsung ke pelatnas trus asrama klub ya" kata Rian "Jadi gak bisa ikut nungguin Faris"
"Mau ada turnamen apa?"
"Kejurnas Ma. Makanya balik ke klub semua"
"Oh yaudah hati2 nanti. Jam berapa mau berangkat?"
"Nanti habis dzuhur aja sekalian sholat dulu disini" kata Rian
"Assalamualaikum" ada yang memberi salam dari luar, Rian menengok dan itu Dea
"Waalaikumsalam" Jawab Rian, Mama dan om Heru bersamaan
"Permisi. Jadwal periksa Faris" kata Dea sambil tersenyum
"Silahkan bu dokter cantik" kata Mama sambil berdiri menyusul Dea ke samping ranjang Faris
"Kepalanya masih pusing?" Tanya Dea pada Faris
"Enggak dokter" jawab Faris
"Sekarang coba kakinya digerakin" kata Dea. Faris mengikuti perintah Dea "Sakit?"
"Enggak dokter" jawab Faris lagi
"Kalo dirasa pusing atau kakinya sakit langsung bilang sama dokter ya"
"Iya dokter" kata Faris
"Alhamdulillah kondisinya sudah sangat baik. Mungkin 2-3 hari lagi bisa pulang" kata Dea kepada Mama
"Alhamdulillah mbak" jawab Mama
"Kalo misal nanti Faris ngeluh sakit sedikit aja langsung dikabarin ya Tante. Biar waktu pulang nanti betul2 kondisinya sudah bagus"
"Iya mbak Sasa. Makasih"
"Yaudah saya permisi tante" kata Dea tanpa menoleh sedikitpun kepada Rian. Rian menghela nafasnya.

Rian duduk lagi di sofa main game di HPnya. Tanpa terasa sudah masuk waktu dzuhur. Rian segera menuju ke masjid rumah sakit untuk sholat dzuhur. Setelah selesai berjamaah Rian menuju ke ruangan Faris untuk pamit kepada Mama dan om Heru. Tapi di tengah jalan menuju ruang rawat Rian melihat Dea sedang bercakap2 dengan seorang laki2 berperawakan cukup tinggi. Dea begitu hangat ngobrol dengan laki2 itu. 180' berbeda dengan cara bicara Dea kepada Rian. Entah rasanya Rian cemburu melihat kedekatan Dea dengan laki2 itu

🏸🏸🏸

Rian sudah sampai di asrama klubnya. Sedang tiduran di kasur. Reza masuk ke kamarnya. Moh Reza Pahlevi Isfahani. Mereka satu kamar di asrama klub

"Jom" panggil Reza
"Hmm?"
"Lo kenapa diem aja daritadi?"
"Gapapa"
"Bete ya lo?"
"Enggak. Biasa aja"
"Temenin gue jom"
"Kemana?"
"Beli baju"
"Baju lo kemana?"
"Gak muat lagi jom"
"Yaudah ayo"
"Pake mobil lo ya jom"
"Iya" jawab Rian

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang