S30 : Kejutan untuk Mama

966 78 11
                                    

Rian Ardianto

Sudah 2 hari sejak kejadian di Bandar Djakarta. Hari ini hari senin. Aku memulai aktivitas latihan seperti biasa. 2 minggu lagi akan ada Selandia Baru Open.  Aku latihan bersama Fajar berhadapan dengan Wahyu dan Ade. Aku dan Fajar berlatih semaksimal mungkin. Meskipun hanya Super 300 tapi kami tetap harus maksimal. Sebagai ajang pembuktian, setelah pencapaian kami di turnamen2 kemarin kurang maksimal. Coach Hery masih beberapa kali memberi masukan dalam latihan ini. Kami istirahat sebentar. Aku terlentang di pinggir lapangan. Sibuk mengatur ulang nafasku yang sudah tersengal. Aku memang memforsir diriku di latihan tadi. Entah kenapa semenjak kemarin aku memberanikan diri meminta Dea ke depan orangtuanya, aku makin bersemangat. Intinya seperti pembuktian pada Dea dan keluarganya kalau aku bisa membanggakan mereka

"Jom" panggil Fajar
"Hmmm" jawabku asal
"Ngelamun lo?"
"Gak jar"
"Kevin gimana?"
"Tau deh Jar. Gak pernah ketemu lagi" kataku
"Lah masa? Kan lo sekamar sama dia?"

Tidak ada yang tahu Kevin dimana. Dia hanya datang saat latihan, selebihnya, menghilang. Aku sebenarnya juga merasa tidak enak. Tapi ya mau gimana lagi. Dia juga diam semenjak Dea kemarin ke asrama. Setelah istirahat sebentar kami lanjut latihan lagi. Aku dan Fajar lari kesana kemari. Latihan kekuatan fisik agar lebih fit nanti ketika bertanding. Selesai latihan aku langsung menuju asrama. Mandi. Kemudian duduk di lobby asrama

Dealisa Raisani

Dimana Sa?
Baru selesai latihan ini akunya

Aku menunggu balasan Dea sambil main game di HP. Mungkin Dea masih operasi. Aku jadi kepikiran. Apa aku harus bilang pada Mama ya kalau aku mau bawa calon mantu ke rumah. Akhirnya aku telpon Mama

"Assalamualaikum le" kata Mama
"Waalaikumussalam. Ten pundi Ma?" (Waalaikumussalam. Dimana Ma?)
"Rumah. Momong Hanan"
"Sehat Ma?"
"Alhamdulillah. Kowe dewe piye?" (Alhamdulillah. Kamu sendiri gimana?)
"Alhamdulillah Ma. Mbak Vivin ten pundi kok njenengan momong Hanan?" (Mbak Vivin dimana kok Mama momong Hanan?)
"Belanja le"
"Ma"
"Dalem. Pripun? Enten nopo?" (Ya. Gimana? Ada apa?)
"Ma kula ajeng nikah insyaAllah. Nyuwun doa restune Mama" (Ma aku mau nikah InsyaAllah. Minta doa restunya Mama)
"Alhamdulillah. Kalih sinten?" (Alhamdulilah. Sama siapa?)
"Enten Ma. Mengkih bar turnamen kula mantuk. InsyaAllah kula kenalke kalih Mama, mbak Vivin" (Ada Ma. Nanti habis turnamen aku pulang. InsyaAllah ku kenalin ke Mama, mbak Vivin)
"Wis yakin? Kok Mama gak krungu kabar2e pacaran ngerti2 wis ngomong meh nikah to?" (Udah yakin? Kok Mama gak denger kabarnya pacaran tiba2 udah bilang mau nikah sih?)
"InsyaAllah niki pilihan terbaik dari yang terbaik Ma. Nyuwun doa restune mawon" (InsyaAllah ini pilihan terbaik dari yang terbaik Ma. Minta doa restunya aja)
"Ya. Yang penting dikenalke keluarga sik sebelum melangkah lebih lanjut" (Ya. Yang penting dikenalin keluarga dulu sebelum melangkah lebih lanjut)
"Nggih Ma. Nopo Mama yen mboten sibuk ten Jakarta mawon. Soale calon kula ten Jakarta" (iya Ma. Atau kalo Mama gak sibuk ke Jakarta aja. Soalnya calonku di Jakarta)
"InsyaAllah. Mengko yen gawean omah gak akeh Mama mangkat Jakarta" (InsyaAllah. Nanti kalo kerjaan di rumah gak banyak Mama berangkat Jakaeta"
"Nggih Ma"
"Mpun selesai latihan e to?" (Udah selesai latihannya ya nak?)
"Sampun Ma. Niki nembe istirahat. Bar mandi" (Udah Ma. Ini istirahat. Habis mandi"
"Yowes ditenanani sing latihan" (Yaudah yang serius latihannya)
"Nggih Ma"
"Mama tak beres2 sik"
"Nggih Ma. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"

🏸🏸🏸

Selesai latihan sore Reza memanggilku. Sudah ada Kevin disana. Aku menghela nafas. Okelah memang harus diselesaikan

"Jom. Habis ini jalan yuk sama anak2" kata Reza
"Ayo" jawabku
"Gausah ngajakin dia ini ngapa deh" kata Kevin kemudian pergi meninggalkan aku dan Reza
"Maksud lo apa?" Tanyaku lumayan emosi sambil menghampiri Kevin dan menariknya
"Biasa aja gue mah" kata Kevin

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang