S11 : Bagaskara Yonandanu

924 74 0
                                    

Dea berangkat sore ini jam 4 dari tempat relawan, tapi karna hujan deras mereka tertahan di tengah hutan sebelum masuk ke desa, sekitar jam 9 malam mereka baru bisa keluar dari dusun menuju desa. Kemudian menempuh perjalanan hampir 1 jam menuju ke Cigamea dan akhirnya mereka sampai di Bogor pada pukul 11 malam. Dea segera berganti naik mobil Bagas. Mereka berdua di mobil

"Gapapa berdua di mobil De?" Tanya Bagas sambil memakai seatbelt
"Ya gimana. Naik taksi sendiri makin ga berani Gas. Lo keberatan?"
"Enggak sih. Cuma gak enak aja sama lo"
"Gapapa. Lo anak baik2 jadi gak mungkin macem2" kata Dea
"Iya iya. Yaudah lo tidur aja situ. Gue bakalan membawa lo dengan selamat sentosa sampe apartemen lo"
"Masa lo nyetir gue tidur Gas?"
"Gapapa kali. Lo gak tidur kan dari dusun ke Bogor tadi?"
"Enggak"
"Nah tidurlah. Lumayan sejam. Gue udah tidur tadi selama di jalan"
"Beneran tidur tadi?"
"Lo denger gue ngoceh gak sepanjang jalan?"
"Enggak"
"Yaudah berarti gue tidur. Kalo gue gak tidur apa gak udah ngoceh sama aa sopirnya"
"Iya juga sih. Yaudah gue tidur. Awas lo macem2. Nyetirnya hati2. Bangunin kalo udah sampe"
"Iya iya" kata Bagas sambil geleng2 kepala

Setelah sampai apartemen, Bagas segera membangunkan Dea. Kemudian Dea naik ke apartemennya. Dea membuka pintu kamar. Shofi tidak ada. Jam 1 Dea sampai apartemen. Sempat tidur sebentar, kemudian sholat subuh, setelah itu bersiap berangkat shift pagi. Dea segera naik kereta yang sudah berhenti di stasiun Duren Kalibata tepat saat Dea tap tiket. Setelah sampai di stasiun Cikini, Dea segera memesan ojek online. Dea sampai di rumah sakit jam 07.00. Dea menuju meja jaga untuk absen kemudian pergi ke ruangannya. Shofi sudah datang

"Lo berangkat dari mana mbak?" Tanya Dea sambil duduk di sofa duduk rebahan
"Gue semalem nginep di tempat Gina. Gara2 lo gak masuk jadi gue yang dampingin profesor Bambang operasi"
"Hehehe. Sorry sorry"
"Btw itu muka kucel amat, dekil gitu"
"Ya namanya juga muka penuh perjuangan cuy"
"Sumpah dekil banget. Item banget lu De"
"Berisik mbak berisik" kata Dea dan Shofi tertawa
"Kemarin mas Galih nemuin lo ya De?" Tanya Shofi sambil menyusul Dea ke sofa dan duduk di samping Dea
"Tau darimana?"
"Gue nanya. Jawab dulu"
"Hmmmm. Iya"
"Dia ngomong apa?"
"Gak ada. Ngomong2 biasa aja"
"Jangan bohong sama gue De"
"Beneran mbak"
"Bohong. Jujur De sama gue"

Dea menarik nafas dalam

"Dia udah tunangan sama anak temen nyokapnya" kata Dea
"Trus?"
"Yaudah"
"Dia ngomong apalagi Dea?" Tanya Shofi
"Gak ada mbak"
"Gue tau dia ngomong apa aja sama lo. Gue cuma mau denger kejujuran lo. Gue mau denger dari lo"
"Dia beberapa minggu lalu nembak gue, gue gak jawab. Sebenernya bukan gakmau jawab, gue bingung merangkai kata, cara menolak dia biar dia gak sakit hati dan kecewa. Ternyata dia dateng ke gue kemarin dengan kabar dia udah tunangan sama Jessi"
"Trus?"
"Kebetulan waktu ketemu itu dia ngelihat gue lagi jalan sama Rian"
"Rian tuh siapa?"
"Walinya pasien gue"
"Wali?"
"Iya walinya. Bapaknya pasien gue"
"Kok bisa?"
"Dia temen gue waktu SMA"
"Tunggu2. Rian bukannya nama mantan lo yang bikin lo gagal move on?"

Dea tersenyum kecut

"Sumpah? Pasien lo yang mana?"
"Yang tumor otak sama patah tulang"
"Kok bisa jalan sama dia?"
"Nyokapnya dia temennya nyokap gue. Ngajakin pulang bareng. Yaudah deh gue bareng. Gak enak juga mbak mau nolak"
"Trus?"
"Disitulah dia mungkin mikir gue keganjenan karna deket2 sama si Rian itu. Kan menurut dia gue tau Rian itu gara2 kemarin dia ngajakin ke istora nonton badminton. Dia gaktau kalo gue udah kenal Rian sebelumnya"
"Gue kemarin nampar dia"
"Mbak? Kok ditampar? Kenapa?"
"Habisnya ngegas dia. Gue gak suka sama apa yang dia omongin tentang lo. Karna itu bukan lo banget. Gak terima gue. Gue tampar deh"
"Ya ampun mbak mbak"
"De gue minta maaf ya"
"Minta maaf? Buat apa?"
"Udah ngenalin lo sama Galih. Yang ternyata dia juga bukan yang terbaik"
"Hahaha lucu lo kadang"
"Bukannya gimana2. Gue kadang gak tega ngeliat lo masih segagal move on itu sama mantan lo"
"Mbak. Udah. Dia udah punya istri"
"Bisa gitu ya. Padahal kayanya di lo kenangan tentang dia tuh membekas banget. Tapi dia kok bisa nikah gitu sama orang lain"
"Ya beda2 kan. Gue yakin sih nanti bakalan ada yang terbaik"
"Udah move on?"
"Sedang mencoba" kata Dea. Shofi menepuk pundak Dea pelan

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang