S9 : Pertemuan (2)

1.1K 69 0
                                    

((Cerita sama seperti S7: Pertemuan dan S8 : Kebesaran Hati hanya saja ini dari sudut pandang Rian))

Rian duduk di depan tv. Menonton acara tv yang kurang menarik jadi daripada sibuk nonton tv dia lebih memilih main game di HPnya

"Assalamualaikum" kata Mama dari depan pintu
"Waalaikumsalam" jawab Rian "Mama darimana?" Tanya Rian masih tidak mengarahkan pandangannya dari game
"Periksain Faris"
"Ohh" kata Rian sambil melihat Mamanya meletakkan beberapa dokumen
"Minta tolong angkatin Hanan dari mobil Yan. Tidur dia. Mbakmu udah gak kuat ngangkat" kata Mama

Rian menuju ke mobil, mengangkat Hanan dan menaruhnya di kasur kamar. Mbak Vivin menyusul ke kamar tempat Hanan tidur. Rian keluar dari kamar dan duduk di sofa lagi

"Kok pulang?"
"Rabu Ma. Setengah hari" kata Rian kemudian fokus ke HPnya lagi
"Yan. Tebak tadi Mama ketemu siapa di rumah sakit?" Tanya Mama kepada Rian dan duduk di samping Rian
"Siapa emangnya?" Tanya Rian tapi matanya masih sibuk melihat HPnya
"Sasa"
"Sasa siapa?" Tanya Rian tapi sepersekian detik kemudian dia menaruh HPnya di kursi menghadap Mamanya "Sasa Ma?" Tanya Rian
"Iya Sasa pacar kamu jaman SMA. Mama gak sengaja tabrakan sama dia. Dia sekarang dokter di rumah sakit"
"Kok bisa tabrakan?"
"Mbak Sasa ada pasien darurat. Dia buru2 trus gak sengaja nabrak Mama"

-Flashback-

"Vin vin. Masa tadi mama ketemu mbak Sasa" kata Mama pada Vivin
"Dimana?" Tanya Vivin
"Barusan banget. Gak sengaja tabrakan sama Mama. Mbak Sasa buru2 banget ada pasien gawat darurat"
"Pasien? Dia dokter?"
"Iya dia dokterVin. Cantik banget lagi sekarang pake hijab"
"Iya?"
"Beneran. Cantik banget. Anggun gitu jadinya. Mama mau nyari mbak Sasa dulu"
"Kenapa nyari lagi? Ada urusan apa?"
"Ini barangnya mbak Sasa ada yang jatuh trus pas Mama manggil2 udah buru2 lari. Nih dokumen Faris bawain" kata Mama kemudian menuju ke meja perawat "Suster permisi. Disini ada dokter namanya Sasa?" Tanya Mama
"Sasa? Spesialis syaraf bu?"
"Aduh saya kurang tau deh"
"Kalo di spesialis syaraf gak ada bu. Memangnya ada urusan apa?"
"Ini kenalan saya dulu, namanya Sasa. Dokter disini. Tadi pake jas putih2 kaya dokter2 itu. Tadi gak sengaja tabrakan sama saya trus ini ada barangnya jatuh. Mau dikembaliin"
"Ibu gak punya kontaknya?"
"Enggak suster"
"Rin. Ada gak dokter di departemen lain namanya Sasa?" Tanya suster itu ke teman di belakangnya
"Coba di database dicari mbak"

Suster itu langsung membuka komputer

"Kalo namanya Sasa ga ada bu. Nama lengkapnya?"
"Aduh saya gaktau lagi"
"Maaf ya bu. Soalnya saya juga gak tahu dokter namanya Sasa"
"Oke suster makasih" kata Mama

-Flashback end-

"Mbak Sasa cantik banget Yan" kata Mama
"Bukannya dari dulu?" Aduhh Rian keceplosan
"Gak gak maksud mama tuh lebih cantik sekarang. Pakai hijab Yan. Anggun banget"
"Alhamdulillah" jawab Rian
"Mama kok pengen kamu nikah sama mbak Sasa ya" kata Mama tiba2
"Mama apaan deh"
"Mama seneng banget bisa ketemu mbak Sasa lagi. Makin cantik. Makin anggun. Santun banget lagi. Calon menantu idaman Mama"
"Ma. Belum tentu sekarang dia belum punya suami"
"Mama yakin belum"
"Mama tuh jangan yakin2 dulu. Udah ngarep gini ternyata dia udah punya suami gimana coba?"
"Nanti Mama cari tau"
"Ma, gakusah. Lagian Mama nih. Dulu aja gak buru2 nyuruh aku nikah, sekarang semangat banget"
"Kan dulu belum dapet calon yang pas. Mbak Sasa ini yang cocok dan pas sama kamu Yan"

Rian tidak menjawab. Pikirannya menerawang jauh ke masa lalu. Fyi, Mama, mbak Vivin dan Hanan sementara tinggal di rumah om Heru, adik mama. Om Heru sedang tugas keluar negeri jadi Faris tidak ada yang mengurus

"Yan. Ini kayanya punya mbak Sasa" kata Mama sambil memperlihatkan sebuah pulpen. Rian kaget ada gantungan yang tidak asing di pulpen itu
"Kok bisa ada di Mama?"
"Tadi jatuh waktu tabrakan. Mama mau balikin, Mama tanyain ke suster ada gak dokter namanya Sasa. Eh dibilang gak ada. Padahal Mama yakin tadi mbak Sasa, mbak Sasa juga ngenalin Mama loh"
"Sasa nama panggilan masa kecilnya Ma. Pasti dia gak pake panggilan Sasa lagi lah"
"Emang siapa panggilannya sekarang?"
"Semenjak SMP dia dipanggil Dea, cuma orang2 yang terlanjur manggil Sasa ya manggil dia Sasa bukan Dea, contohnya kita"
"Ohh gitu. Nih kamu simpen aja pulpennya"
"Mama aja. Siapa tau ketemu lagi" kata Rian menolak

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang