S47 : Ngidam

901 49 5
                                    

Rian Ardianto

Aku betul2 kaget saat Faisal menelpon kemarin dan mengabari bahwa Dea pingsan. Hari ini Dea memutuskan untuk tetap masuk kerja, dia merasa sudah mendingan. Awalnya aku melarang, tapi dia sungguh2 ingin pergi ke kantor. Akhirnya aku memperbolehkan dengan syarat dia harus lebih banyak istirahat di ruangannya

"Jom" panggil koh Hendra
"Eh koh" jawabku
"Lo kok gak konsen latihannya?"
"Istriku koh"
"Kenapa istri lo?"
"Dari 2 hari lalu lemes dan pusing. Kemarin malah sampe pingsan. Tapi hari ini tetep mau masuk kerja dianya. Khawatir koh"
"Oh gitu ya gapapa. Mungkin suntuk kalo di rumah aja gak ngapa2in karna udah terbiasa sibuk"
"Dibilangin jadi susah koh. Kayanya mau jadwal haid sih makanya ngeyel banget kalo dibilangin"
"Hafal jadwal haid istri gak?"
"Enggak koh. Baru juga 2 bulan nikah"
"Terakhir istri haid kapan?"
"Pas akad koh"
"Berarti udah 1 bulan lebih dong dari hari pertama haid dulu?"
"Bentar bentar. Maksudnya gimana koh?"
"Udah nikah masa gak paham"
"Ngeblank koh"
"Kan udah sebulan lebih tuh, ya siapa tau istri lagi isi jom"
"Isi gimana?"
"Hamil jom" jawab Koh Hendra
"Hamil?" Tanyaku
"Dugaan gue gitu jom" jawab Koh Hendra
"Trus aku harus gimana?"
"Ya pulang latihan ini coba ajak istri ke dokter kndungan. Gak ada salahnya cek. Atau beli testpack kalo masih ragu mau ke dokter kandungan. Toh istri juga kerja di rumah sakit jom, sekalian pulang kan bisa periksanya. Pasti lebih mudah kan karna kerja disana" jawab Koh Hendra "Dah ya gue duluan" kata Koh Hendra lagi

Aku jadi kepikiran apa kata koh Hendra. Jika dihitung memang benar Dea sudah telat 1 minggu lebih dari jadwal seharusnya. Aku mencoba menelpon Dea. Tapi tidak diangkat. Dia kan sudah janji tidak akan menangani pasien hari ini. Biasanya kalau tidak bisa ditelpon kan Dea ada operasi. Aku segera menata raket dan memasukkan ke tas. Mengambil kunci mobil dan meninggalkan gor menuju parkiran. Memacu mobil lumayan kencang agar secepatnya bisa sampai di RSCM. Sampai di basement RSCM aku segera memarkir dan naik menuju Departemen Bedah Anak. Menuju meja jaga

"Permisi, dr. Dea ada?" Tanyaku
"Oh mas Rian. Ada mas. Di ruangan daritadi" jawabnya
"Oke makasih" aku tersenyum dan menuju ruangan Dea. Melihat dari kaca pintu. Dan dia sendiri disana. Aku mengetuk pintu dan masuk

"Mas. Kok udah kesini jam segini?" Tanyanya kemudian menghampiriku dan salim
"Gaktau kenapa aku khawatir sama kamu. Ayo duduk bentar aku mau ngomong"
"Kenapa mas?" Tanyanya
"Kamu udah telat haid kan?"
"Mas ngitung?"
"Iya"
"Emang udah telat 1 mingguan lebih dari jadwalnya mas"
"Ayo kita periksa"

Dia diam agak lama

"Aku tadi udah ke tempat Gilang mas. Minta Istiana, residennya, ngecek darah sama urin. Ini disuruh nunggu. Udah 2 jam yang lalu. Katanya minimal 2 jam, kok belum dikabarin ya mas"
"Ya mungkin antriannya banyak"
"Tapi kan mas"
"Kenapa?"
"Kan dalam hatiku udah ada harapan kalo aku beneran hamil. Soalnya udah telat haid seminggu lebih. Kalo ternyata enggak gimana? Gimana kalo mereka nunda2 ngasih taunya karna jawabannya enggak?"

Aku memeluknya. Berharap bisa meredakan kegelisahannya

"Kalo dikasih kepercayaan secepat ini ya Alhamdulillah, kalo belum ya gapapa, kita usaha lagi. Semua udah ditulis di lauhul mahfudz sayang. Kamu gak perlu khawatir. Apa yang menjadi takdir kita gak bakalan terlewat" jawabku

Tiba2 ada telepon masuk. Dea mengangkatnya

"Ayo mas" katanya sambil menarik tanganku setelah telpon ditutup

Aku mengikuti langkah kaki Dea. Kami sampai di sebuah ruangan. Sudah ada teman Dea yang dia panggil Gilang, dan ada dokter perempuan di sampingnya

"Perasaan tadi waktu sampling sendiri. Kok pas cek hasil udah ada suami?" Tanyanya
"Iya. Nyusul dia. Padahal gak gue kabarin" jawab Dea "Gimana lang hasilnya?"
"Dari hasil urine dan tes darah, kadar hCG 28. Kabar baik. Lo hamil Dea" kata Gilang

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang