S39 : Akad

943 72 14
                                    

Rian Ardianto

Sore ini aku dan Dea akan pulang ke Jogja. Lusa acara pernikahan kami. Disatu sisi aku bahagia, sungguh2 bahagia akhirnya hari yang kutunggu2 datang juga. Tapi disisi lain aku juga deg2an. Takut gagal mengucap akad. Aku sedang dalam perjalanan menuju ke apartemen. Dea masuk setengah hari. Sekarang sedang bersiap2 di apartemen. 30 menit berkendara santai via tol sampailah di lobby. Ternyata dia sudah menunggu disana. Aku berhenti tepat di depannya. Dea membuka pintu

"Selamat sore Ny. Ardianto" sapaku
"Assalamualaikum" jawabnya
"Waalaikumussalam"
"Apaan pake nyonyah nyonyah segala. Akad juga belum kok gegayaan" kata Dea, padahal dia senyum2 tadi waktu aku bilang itu, tapi gengsi dia
"Oke meluncur ke bandara" kataku sambil memacu mobil santai

Setelah sampai bandara kami segera check in dan langsung menuju waiting room. Aku dan Dea mengecek persiapan acara kami dengan WO. Beberapa detail2 kecil kami tambahkan dengan harapan pernikahan impian kami akan terlaksana dengan baik. Sejujurnya secara konsep aku menyerahkan kepada Dea. Tapi sebelum mengambil keputusan dia selalu meminta pendapatku. 20 menit kemudian ada panggilan boarding. Aku dan Dea segera naik ke pesawat

"Tau gak. Kita nanti naik pesawat selanjutnya udah jadi suami istri loh" kataku
"Apaan sih gaje" katanya tapi tersenyum2 "Mas mau ikut ke rumah dulu?"
"Iya mau cek persiapan acaranya sama mau bantu dikit2 lah. Aku udah minta dijemput di rumah kok sama mbak Vivin, sekalian katanya mau bawain beberapa barang2 yang diperluin buat akad"
"Oke" katanya

Pesawat sudah landing. Aku dan Dea memutuskan untuk naik taksi, semua sibuk jadi tidak ada yang bisa menjemput. Cukup lama perjalanan kami, sekitar 1,5 jam. Rumah Dea sudah dipasang tenda2. Banyak mobil juga di depannya

"Nah ini calon mantennya udah dateng" kata tante Yuni, adiknya Bapak "Ini dateng berdua2an gak ada dipingit2 gitu ya?"
"Udah bukan jaman purba. Ngapain dipingit2 segala tante" kata Dea
"Lagian di Jakarta juga berdua mulu mau dipingit apanya" jawab Ibu kemudian mengajak kami masuk

Aku dan Dea segera masuk ke rumah, melihat beberapa persiapan yang sudah hampir rampung sambil berdiskusi dengan WO. Setelah selesai aku pulang di jemput mbak Vivin. Sampai rumah, Mama dan saudara2 sudah sibuk mengurus seserahan dkk. Aku masuk kamar. Meletakkan barang2. Duduk di kasur sebentar. Melihat foto terpajang di kamar. Ada foto Ayah disana. Memandang foto itu sebentar. Semoga Ayah juga bangga melihatku sekarang dan nanti ketika sudah sah menjadi imam bagi Dealisa Raisani

👩🏻‍⚕️👩🏻‍⚕️👩🏻‍⚕️

Dealisa Raisani

Malam sebelum akad. Aku duduk di sofa ruang keluarga bersama mbak Ita. Sedang ngobrol dan curhat pada mbak Ita

"Inget ya. Kalo kamu udah nikah nanti harus adil antara 2 keluarga, keluargamu dan keluarga Rian. Gak boleh berat di salah satunya"
"Iya mbak"
"Kalo udah nikah orang tuamu jadi 4, ibu kamu 2 bapak kamu 2" aku mengangguk2 "Kalo kamu nikah sama Rian jangan sampe Bapak Ibu merasa kehilangan kamu, justru Bapak dan Ibu nambah anak laki2. Tante Umi juga nambah anak perempuan bukan kehilangan anak laki2nya"
"Semoga aku bisa adil sama kaya mbak Ita. Aku juga gakmau lah mbak salah satunya harus merasa kehilangan"
"InsyaAllah mbak percaya kamu pasti bisa. Kalo udah nikah bener2 kamu lepas dari Bapak lho, surgamu ada di suamimu, harus nurut, tapi kalo dia salah, ditegur jangan cuma ikut2 aja. Ya ampun kok kamu udah gede sih dek" kata mbak Ita sambil memelukku
"Iya ya. Kok aku udah mau nikah ya mbak. Masa aku udah mau jadi istrinya Rian mbak"
"Semoga ini pilihan terbaik dalam hidupmu ya dek" katanya "Mbak mau tidur dulu. Kamu juga buruan tidur. Kan besok harus dandan dari pagi2 banget"
"Iya mbak"

Aku menuju ke kamar. Mencoba tidur tapi justru tidak bisa. Aku segera membuka HP

Rian 💕

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang