Rian Ardianto
Aku mengikutinya masuk ke ruangannya. Untuk pertama kalinya aku masuk. Dulu hanya sempat mengintip. Kami duduk di sofa. Aku melihat di salah satu meja ada tulisan dr. Dealisa Raisani, Sp.B dan satunya dr. Shofia Tantri Almira, Sp.A
"Ini gapapa orang luar masuk ruangan kamu?" Tanyaku
"Justru emang orang luar bolehnya di ruangan ini. Selain itu gak boleh" kata Dea "Mana sarapannya Yan? Aku laper" katanyaAku menyerahkan bubur yang tadi dibungkus stereofoam
"Udah dingin ya?" Tanyaku
"Gapapa. Yang penting keisi" kata Dea sambil makan buburnya
"Kamu masih gak sarapan?"
"Aku?"
"Iya. Kan dulu paling gakmau sarapan"
"Aku sarapan sekarang. Tuntutan profesi. Kalo tiba2 ada operasi dan aku belum makan, kalo lemes, apa gak repot" katanya
"Pinter" kataku
"Aaa" kata dia sambil menyuapkan satu sendok bubur ke depan mulutku
"Aku udah makan tadi" kataku
"Ya kenapa emangnya kalo makan lagi?"
"Ya nanti jadi gak six pack lagi" kataku
"Buncit gitu. Darimana six pack nya"
"Ishhh ngejek kamu ya"
"Makanya ayo aaaa dulu. Aku gak suka makan sendirian. Maunya ada yang nemenin"
"Lha ini udah ditemenin?"
"Ditemenin makannya ganteng" kata Dea, spontan. Dia memang tak bisa diduga, penuh kejutan, dari dulu tidak berubah, tidak basa basi, to the point. Tapi aku suka
"Coba diulangin lagi"
"Gak bisa. Gak ada siaran ulang" katanya "Nihh aaaa dulu" katanya dan refleks aku membuka mulutku. Tepat saat sendok berhasil mendarat di mulutku, pintu ruangan dibuka. Aku menoleh dan itu Shofi
"Aduhhh ganggu pasangan kasmaran nih gue" kata Shofi "Gue cuma mau ngambil dokumen nih" kata Shofi
"Praktek Shof?" Tanyaku, bingung mau tanya apa
"Iya. Sorry ya ganggu bentar" kata Shofi kemudian mengambil dokumen, melihat ke arah Dea, menahan senyum kemudian keluar ruangan lagi
"Itu Shofi gimana?" Tanyaku
"Gimana apanya? Ya gak gimana2"
"Malu aku"
"Alaaah cuek aja" kata Dea
"Eh iya. Aku lupa. Nih buat kamu" kataku sambil menyerahkan goodie bag yang sedari tadi ku bawa
"Apa ini?"
"Hadiah. Yang ku bilang sama kamu"
"Yang kamu bilang cuma kamu yang bisa ngasih hadiah ini?" Tanyanya sambil mengambil goodie bag dan membukanya. Dia kaget. Diam memandangi medaliku kemarin. Medali juara Malaysia Open 2022 "Ini?" Tanyanya masih bingung
"Ini medali internasional pertama semenjak kamu jadi pacarku. Dulu aku belum bisa ngasih medali apapun buat kamu, malah aku bikin kesalahan dan kamu pergi. Aku tuh dulu selalu mikir kalo aku harus menang. Bawa emas. Bawa medali. Dan medali emas pertamaku itu bakalan aku kasih ke kamu. Jadi, aku bawa ini sekarang, khusus buat kamu. Supaya kamu tau, kamu juga punya andil dalam pencapaianku. Doa dan dukungan kamu itu semangatku untuk selalu menangin setiap pertandingan" kataku dan Dea menatapku lekat "Sa. Terima kasih untuk kebaikan hati kamu mau maafin semua hal menyakitkan yang pernah aku lakuin ke kamu. Makasih pengertiannya" katanya
"Tapi medali ini punya kamu. Kamu simpen aja"
"Enggak. Aku mau kamu yang simpen. Jaga medali itu buat aku ya" kataku
"Yaaaan" katanya
"Apa? Udah disimpen aja" kataku lagi
"Kamu dapetin ini kerja keras tapi malah dikasih ke aku" katanya sambil masih melihat2 medali di tangannya
"Cukup kamu aja yang aku dapetin dengan kerja keras dan gak bakalan aku kasih ke siapa2"
"Gombal" kata Dea sambil memukul lenganku👩🏻⚕️👩🏻⚕️👩🏻⚕️
Dealisa Raisani
Rian masih menunggu aku pulang shift sore ini. Dia betul2 seharian menunggu. Sekarang dia menunggu di cafe depan rumah sakit. Aku melihat jam dinding dan ternyata sudah jam 15.50. Aku segera menuju ruangan. Merapikan barang2ku kemudian menuju meja jaga untuk finger absen. Aku masih mengisi dokumen ganti shift untuk dokter selanjutnya
"Dokter Dea" panggil Yulia
"Kenapa yul?" Tanyaku sambil masih menulis
"Mas Rian itu?" Tanyanya
"Apa?" Aku berhenti menulis dan melihatnya
"Mas Rian itu pacar dr.Dea?" Tanyanya ragu
"Iya" jawabku sambil tersenyum. Aku bangga punya pacar seperti seorang Muhammad Rian Ardianto
"Ya ampun maafin saya dok" katanya
"Maaf kenapa?" Aku bingung
"Maaf dulu saya pernah bilang pengen pacaran sama mas Rian. Habisnya mgefans banget. Saya gaktau kalo dr.Dea pacar mas Rian" katanya. Aku mengingat2 dan sepertinya memang Yulia pernah berkata seperti itu
"Hahahahaha. Waktu itu mah saya sama Rian belum jadian. Masih mau pacaran sama Rian gak?" Tanyaku menggoda. Suster Dina dan suster Sinta ikut tertawa
"Ya enggak atuh dok. Saya mah fans yang selalu mendukung idola. Apalagi kalo sama dr.Dea ya setuju atuh" katanya, aku senyum. Pundakku ditepuk. Aku menoleh
"Udah?" Tanya Rian
"Dikit lagi" kataku sambil masih tanda tangan. Rian berdiri di belakangku "Nih disini ada fans kamu nih" kataku pada Rian
"Mana?" Tanyanya datar
"Tuh" kataku sambil menunjuk Yulia
"Oh udah foto tadi" kata Rian dan refleks aku, suster Dina dan suster Sinta berkata cie cie. Yulia malu dan lari dari meja jaga, entah kemana
"Duluan ya" kataku kepada Sinta dan Dina
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kemarin (Rian Ardianto)
RomansJika memang aku boleh mengulang kisah, aku ingin memperbaiki apa yang pernah aku perbuat padamu. Aku menyesal, pernah meragukanmu -M Rian Ardianto- Jika memang aku boleh mengulang kisah, aku ingin berhenti mengharapkanmu. Aku menyesal, sampai detik...