Mungkin dia homo
_firasat📱
"Kamu nggak papa, kan? Apa saja yang hilang selain ponsel? Uang? Atau kartu ATM kamu?" tanya Bella cemas.
"Cuma ponsel aja kok Tante. Tapi gitu deh, Hana sulit ngontak orang yang ada di Jakarta." Seharian ini Ryhana tidak ada teleponan dengan Gama, mungkin saat ini cowok itu cemas memikirkannya.
Bella memberikan ponselnya kepada Ryhana, ponsel yang baru dia beli satu bulan yang lalu. "Kamu pakai ponsel Tante saja saat ini. Nanti kalau ada waktu, Tante akan temanin kamu beli ponsel baru, gimana?"
"Terus Tante pakai apa?"
"Masih ada satu di kamar."
Sedikit ragu Ryhana mengambil ponsel yang di berikan oleh Bella. Tapi kalau nggak di ambil, Ryhana nggak bisa kasih kabar Gama, akhirnya di ambil juga walau canggung. "Makasih Tante. Jadi ngerepotin."
"Udah tenang aja. Gimana kalau kamu beli ponsel baru dengan Bara besok pagi?"
Ryhana menoleh ke arah Bara yang sejak tadi sibuk bermain game online. "Nggak," jawab Bara yang sejak tadi menjadi penguping.
"Sudah Mama duga kamu nggak akan mau."
"Bagus." Bara berdiri, memilih untuk bermain game di dalam kamarnya, dari pada mendengar ocehan Mamanya dan Ryhana. Dari dulu sampai sekarang Bella nggak pernah tuh di kasih ponsel di saat ponsel lamanya hilang.
Ryhana yang melihat Bara akan pergi ikut berdiri, karena ada sesuatu yang akan dia omongin dengan cowok sok cool itu. "Yaudah Tante. Hana juga mau ke kamar. Mau telepon Bunda. Pasti saat ini dia sangat cemas."
"Yaudah. Kamu tidur yang nyenyak, ya."
"Iya. Makasih." Ryhana berlari mengejar Bara yang sudah ingin memasuki kamarnya. "BARA, GUE MAU NGOMONG!"
Bara menoleh ke arah Ryhana, namun perdetik kemudian kembali fokus dengan gamenya. "Dua menit."
"Makasih tadi lo udah mau tolongin gue. Dan maaf karena tadi gue bersikap usil sama lo."
"Jadi?"
"Ya, gue pengen minta maaf juga sama lo karena udah usil ngelempar jaket ke wajah lo. Tapi itu salah lo juga yang ngomong suka asal. Terus..," perkataan Ryhana terpotong saat Bara menyuruhnya diam.
"Waktu lo habis," ucap Bara lalu masuk ke dalam kamarnya.
Ryhana menggerutu kesal, membuka pintu kamarnya lalu membantingnya dengan kesal, mengapa Bara begitu menyebalkan kepadanya? Ryhana mengetik nomor ponsel dari layar keypod, menelepon nomor itu.
Namun sampai tiga kali Ryhana menelepon nomor itu tapi tidak di angkat. Akhirnya Ryhana mengirim pesan ke nomor itu.
Anda
Angkat!!GAMA REFSY:
Maaf, saya sudah punya pacar.Anda
Ini Ryhana Maureen Aurora, pacarmu.
Beberapa detik setelah Ryhana mengirim pesan itu, Gama langsung menelepon Ryhana. [Kemana aja? Abang udah telepon kamu seharian.]
"Maaf, ponsel Hana di maling orang tadi."
[Di mana? Terus kamu nggak di apain oleh malingnya kan? Sekarang kamu di mana?]
"Hana ada di rumah Tante Bella. Dan Hana nggak papa kok. Lagian yang di curi cuma ponsel Hana doang. Kenapa, cemas?"
Gama yang ada di seberang sana menarik nafas panjang, mungkin jika terjadi sesuatu kepada pacarnya dia bakalan terbang ke Bandung. [Untung kamu nggak di apain oleh malingnya.]
"Cemas banget kelihatannya."
[Iyalah. Kamu itu pacar saya.]
"Apa? Nggak kedengeran. Bisa di ulang lagi nggak?" tanya Ryhana sebagai kode.
[Alike pacar saya. Puas?]
Ryhana menggerutu kesal, ingin melempar ponselnya itu kalau tidak mengingat itu adalah pemberian Tante Bella. "Tuh, udah mulai sikap jahilnya. Hibur Hana kek biar senang."
[Kamu mau tau satu hal?]
"Apa?"
[Sebelum kamu menelepon saya, saya udah teleponan dengan Alike.]
"Tuh kan, malah jahil lagi. Kalau sukanya sama Alike bilang aja sama dia dari awal, bukan bilang suka sama Ryhana."
[Bukan. Saya nanyain tentang kamu. Kenapa kamu nggak angkat telepon saya. Karena nggak ada jawaban saya telepon ibu mertua. Eh, kamu udah telepon duluan.]
"Gombal, nih?"
[Bukan. Cuma kasih tau aja, kalau kamu nggak telepon duluan bisa saja saya masih teleponan dengan Alike, atau selingkuhan yang lainnya.]
"Kak Gama aku nggak suka di jahilin kayak gini."
[Maaf. Tapi Abang suk lihat kamu ngambek, karena wajah kamu nanti bakalan menggemaskan. Pengen cubit rasanya.]
Ryhana mengambil bingkai foto yang ada di meja belajar. Di bingkai foto itu terdapat fotonya bersama Gama, di mana Gama sedang menjubit pipinya dan Ryhana sendiri menatap Gama dengan kesal. "Kangen nggak sama aku?"
[Kangen. Kenapa?]
"Janji ya, kalau ada waktu temuin Hana."
[Dek, bahkan jika sekarang Abang bisa terbang maka sekarang Abang pergi ke sana.]
Ryhana terkekeh mendengar perkataan Gama barusan, selera humor Gama sangat rendah. "Jangan bercanda, kak Gama bukan malaikat yang mempunyai sayap."
[Itu tau, jadi jangan menghayal Abang punya sayap. Kalau misalnya Abang benar punya sayap, udah Abang bawa kamu ke bulan.]
"Tuh mulai lagi ngawurnya," Ryhana melirik ke jam dinding yang sudah menunjukan pukul sebelas malam, dan besok pagi dirinya harus bangun pagi karena sekolah. "Udah malam, kak. Hana mau tidur, dan kak Gama juga harus bangun pagi, iya kan?"
[Tapi masih kangen.]
"Yaudah, biarin aja teleponnya mati sampai pulsa habis."
[Beneran nggak papa?] tanya Gama, walau kenyataannya pulsa yang akan habis itu adalah pulsanya sendiri, bukan Ryhana.
"Nggak."
[Oke, good night.]
"Malam." Ryhana meletakan ponselnya di samping, membiarkannya begitu saja. Ryhana terkekeh sendiri saat mendengar suara dengkuran Gama, mungkin seharian ini cowok itu sibuk karena harus mengatur MOS besok pagi. Ryhana memejamkan matanya, membiarkan dengkuran Gama sebagai pengantar tidurnya.
📷
Terima kasih sudah membaca cerita aku ❤️
Jangan lupa untuk vote, comment dan share cerita ini. Bagi yang belum follow harap follow akun aku terlebih dahulu agar tidak ketinggalan cerita. Love.