Gue rela terlihat bodoh hanya untuk membuat Lo bahagia, Ra.
_Andai dia tau
🎻
Dengan langkah tergesa-gesa, Bara berlari menuju kelas Marvell dan mendapati cowok itu sedang tertawa bersama Gisel, tunangannya. "Anjing," ujar Bara kemudian melayangkan tinjunya ke wajah Marvell. Mungkin saja pukulan itu tidak seberapa dengan rasa sakit yang dirasakan oleh Caramel.
Marvell yang terjatuh di lantai kembali bangkit, tapi cowok itu tidak membalas pukulan Bara. "Gue tau lo marah sama gue karena Amel, kan? Lo mau pukul gue terserah Bar, karena gue pantas mendapatkannya."
Benar saja, Bara kembali memukul wajah Marvell bahkan setelah Marvell tergeletak di lantai Bara tetap memukulnya bahkan menendang cowok itu. Hingga akhirnya dia berhenti saat Gisel tunangan Marvell menyuruhnya untuk berhenti.
"Lo itu brengsek, Vell." Bara kembali memukul wajah Marvell untuk terakhir kalinya sebelum pergi, hanya saja baru saja Bara melewati pintu, Marvel berteriak.
"Bar, apa Amel bilang yang sebenarnya terjadi?" dari ekspresi yang di berikan oleh Bara, Marvell yakin jika Caramel tidak menceritakan semuanya secara jelas. "Sepertinya belum."
Bara mendekat kepada Marvell, menarik tangan cowok itu menuju rooftof. Untung saja belum banyak yang datang ke sekolah jadi Bara tidak akan menjadi pusat perhatian. Di rooftof, Bara melepaskan genggaman tangannya. "Sebelum gue memukul lo, lebih baik lo jelaskan semuanya."
..
Marvell keluar dari dalam café, walau hatinya merasa sedih untuk meninggalkan Caramel. Hubungan dirinya dan Caramel sudah terjalin sangat lama dan mana mungkin Marvell rela meninggalkan gadis yang dicintainya dulu.
Di luar Marvell bertemu dengan Gisel, gadis yang di jodohkan orang tuanya. Sepertinya tunangannya itu sudah menunggu sangat lama. "Sorry, gue nggak bermaksud bertemu dengan Amel tanpa sepengetahuan lo."
Gissel menatap Caramel yang berada di dalam café. Caramel yang sedang menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Bergantian, Gisel menatap Marvell. "Gue ngerti, Vell."
Gisel mendekati Marvell, kemudian menggenggam tangan cowok itu. "Sebelum gue datang, Caramel yang pertama di hati lo. Tapi lo bisa lupakan dia buat gue, kan? Calon istri lo."
Rasanya ada sesuatu yang tersangkut dalam tenggorakan Gisel. Rasa sakit yang rasakannya tidaklah sebanding dengan rasa sakit yang dirasakan oleh Caramel, gadis yang sudah lama dekat dengan Marvel. "Kalau tidak, gue ikhlas tunangan kita batal, Vell."
Marvell menatap Gisel tidak percaya, dirinya memang masih mencintai Caramel, tapi tidak mungkin Marvell meninggalkan Gisel, gadis yang selama ini selalu ada untuknya setalah Caramel. Bahkan Marvell tidak tau sejak kapan dia mulai jatuh cinta kepada Gisel. Yang pasti rasa sukanya kepada Gisel melebihi rasa sukanya kepada Caramel.