Mohon bersabar, ini ujian.
_kebacotan
🎻"Hana, kenalin ini Papa Bara." Bagi yang penasaran kenapa Papa Bara nggak pernah nongol, disebabkan Bram atau Papanya Bara pergi ke luar negeri untuk urusan pekerjaan. Jadi baru sekarang bisa nongolnya.
"Ryhana, Om." Ryhana bersalaman dengan Bram, tersenyum manis kepada lelaki itu. Kalau boleh jujur Bram ini sangat ganteng, dan ada kemiripan dengan Bara walau masih gantengan Bram sih.
Bram mengambil sebuah bingkisan, memberikannya kepada Ryhana. Saat di Singapura kemaren, istrinya terus saja mengingingatkan untuk membelikan Ryhana bingkisan. "Oleh-oleh dari singapura."
"Cokelat merliom? Hana suka banget dengan cokelat, Om. Terima kasih." Ryhana mengambil cokelat yang di berikan oleh Bram itu, membukanya lalu memakannya dengan lahap.
"Masih ada lagi." Bram mengambil bingkisan yang kedua. Memberikan gantungan kunci dan baju yang bertuliskan I LOVE SINGAPURA lalu memberikannya kepada Ryhana. "Khusus buat kamu."
"Om baik banget sama Hana. Makasih banyak."
"Iya, sama-sama."
Bara yang sedari tadi memperhatikan mendekati Papanya itu. Dari tadi Bara sangat heran kenapa Papanya itu hanya memberikan oleh-oleh kepada Ryhana sedangkan untuknya tidak ada. Atau Papanya sengaja melakukan ini. Mungkin Papanya itu balas dendam karena terakhir kali pesannya di read oleh Bara. "Pa, untuk Bara mana?"
Bram menoleh ke Bara, baru sadar jika anaknya di situ. "Itu dia, Bara. Papa lupa beliin untuk kamu. Lagian kamu nggak ada nongol di grup keluarga kece, jadi Papa lupa."
"Bara anak Papa nggak, sih?"
"Anak papa, kok. Masa anak tetangga, nggak mungkin kali. Lagian Bar, kamu udah besar masa minta oleh-oleh lagi."
Bara mendengus, dari awal dia sudah merasa bukan anak dari keluarga ini. Mulai dari Mamanya yang suka ngurangin uang jajan sampai ke Papanya yang tidak mau beli oleh-oleh untuknya, mungkin Bara adalah anak yang dipungut tengah jalan. "Terus kenapa dia Papa belikan?" Bara menunjuk Ryhana yang asik makan cokelat. Wajah Ryhana yang sok polos itu pengen banget Bara tonjok.
"Terus Bara marah sama Papa karena nggak beliin oleh-oleh? Pernah nggak sih Bara mikir, bagaimana perasaan Papa saat Bara menolak di ajak main bola?" sekarang Bram malah curhat.
"Papa udah tua, ngapain coba main bola?"
"Memang salah kalau Papa ajak kamu main bola? Waktu kecil kamu ingin main kuda-kudaan Papa mau. Padahal Papa udah capek tapi tetap menuruti kemauan Bara."
Bara memijit kepalanya, kemudian pergi begitu saja meninggalkan orang yang tidak pernah peduli dengannya. Berdebat dengan Bram sama saja berdebat dengan Bella, nggak akan kelar sampe besok pagi. Bahkan Papanya itu mampu mengungkit masa lalu yang seharusnya sudah dilupakan untuk dijadikan bahan debat. "Gue dianggap nggak, sih?"