5

203 31 0
                                    

Jika kamu masih berpikir Abang akan pergi, coba lihat gambar di atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika kamu masih berpikir Abang akan pergi, coba lihat gambar di atas. Jangan bercanda.
_pacar gantengmu


📷

Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, namun Gama berniat untuk keluar rumah mencari udara segar. Semenjak Ryhana pindah ke Bandung, Gama tidak tau lagi harus melakukan apa. Biasanya di saat seperti ini Gama akan menyempatkan diri untuk bertemu Ryhana, apalagi saat ini malam minggu. Namun sekarang, jarak antara mereka tidak memungkinkan untuk bisa bertemu.

Tempat yang biasa Gama kunjungi bersama Ryhana saat malam minggu adalah arena skateboard. Dulu Ryhana selalu meminta Gama untuk mengajarkannya bermain skateboard, hanya saja sampai sekarang gadis itu belum bisa bermain. Soalnya Ryhana sekali jatuh tidak akan pernah mau belajar lagi, padahal Gama pernah bilang, "Belajarlah dari jatuh, mana tau setelah jatuh kamu berhasil."

Di tangan Gama ada sebuah kamera. Gama sangat menyukai dunia photographer, dan objeknya selalu saja Ryhana. Jadi tidak heran jika foto ryhana di instagram sangat bagus karena itu semua hasil jepretan Gama.

"Gam, datang juga lo. Gue pikir selama satu minggu lo nggak akan keluar rumah," ujar Fathur, sahabat Gama sejak SMP dan Fathur adalah teman Gama saat nongkrong di area skateboard.

"Gue udah janji kali." Gama dan Fathur bertos selayaknya anak zaman sekarang. "Itu siapa? Pacar lo?" tanya Gama saat melihat seorang cewek yang terus saja memperhatikan mereka berdua. "Gila, gue pikir lo homo."

"Dia bukan pacar gue, anjing. Tapi jangan tuduh gue homo apalagi suka sama lo, najis tau nggak? Tuh cewek sejak tadi nungguin lo. Embat aja Gam, selagi pacar lo nggak ada di sini, jadi amanlah."

Gama menoleh kepada gadis itu yang sepertinya terlihat malu-malu saat dirinya menatap gadis itu. "Nggak tertarik gue." Gama memotret setiap orang yang sedang bermain skateboard, mengabaikan perkataan Fathur yang menyuruhnya untuk menyapa gadis itu.

"Gila lo. Cakep gitu lo nggak mau? Eh, gue dengar dia model, nama dia kalau nggak salah Nikita."

"Gue nggak tertarik," ujar Gama mengulang perkataannya kembali. Sibuk memotret orang yang sedang bermain sakteboar, dan terkatang kamera diarahkan kepada Fathur dan memotret temannya itu di saat lagi ngomong sehingga hasil fotonya lagi mangap.

"Sialan, hapus nggak."

"Kagak. Nanti gue kirim foto itu kepada cewek yang lagi dekat sama lo. Biar lo tetap jomblo dan semua orang berpikiran jika lo homo dan suka gue," ujar Gama disertai dengan tawa.

"Anjing, hapus sekarang gue bilang. Anjir lo."

"Tuh, lo ngomong kasar banget. Kalau suka sama gue nggak usah ngomong kasar, nanti gue ilfil lihat lo."

"Najis." Fathur mencoba mengambil kamera yang ada di tangan Gama, sayangnya Gama itu tinggi dan dia sedikit pendek sehingga kamera tidak dapat menjangkaunya.

"Kak Gama," panggil seseorang sehingga Gama menoleh kepada orang itu. Di saat Gama lengah Fathur mengambil kamera di tangan Gama dan menghapus foto tadi, setelah itu memberikannya kepada cowok itu lalu pergi begitu saja.

"Lo manggil gue?"

"Iya, kenalkan aku Nikita." Nikita menjulurkan tangannya kepada Gama, berharap cowok itu menyambutnya sayangnya Gama malah terlihat bodoh amat.

"Ada perlu apa?"

Nikita menurunkan tangannya karena tidak di jabat oleh Gama. "Ah, gini Kak. Aku dengar Kak Gama hebat dalam dunia photographer, dan besok pagi aku ulang tahun. Kakak mau jadi photografernya nggak? Tenang aja, pasti aku gaji kok."

Bukan perkataan Nikita yang di dengar oleh Gama, malahan tingkah laku Nikita yang di perhatikannya. Di mana Nikita terlihat malu-malu kucing saat berbicara dengannya. "Maaf, besok pagi gue ada acara. Lo bisa cari photographer yang lain aja."

"Gitu, ya? Gimana kalau aku minta kontak Kak Gama? Misalnya nanti kalo ada acara, aku bisa telepon Kakak."

Bukannya Gama sok jual mahal, hanya saja Gama tidak mau memberikan kontaknya kepada sembarangan orang, apalagi dengan alasan yang tidak jelas seperti ini. "Gue nggak hafal nomor gue. Ponsel juga ketinggalan, sorry ya."

"Tapi kalau kita ketemu pasti di kasih, kan?"

Gama menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, mulai risih dengan gadis yang ada di hadapannya itu. "Gini, gue mungkin ngomong sedikit lancang. Tapi gue udah punya pacar, jika lo minta nomor hape gue hanya buat modus, sorry gue nggak suka."

Terlihat jelas ekspresi tidak suka Nikita di tambah kesal telah di permalukan seperti itu. "Gue nggak modus sama lo. Kalau nggak mau yaudah, gue nggak maksa."

"Bagus, gue cabut." Setidaknya Gama sudah tau bagaimana sikap cewek itu yang hanya modus di depan saja. beda banget dengan Ryhana pacarnya. Entah kenapa gama semakin rindu kepada Ryhana, padahal baru saja mereka teleponan. Apakah jarak ini mampu membuat mereka terus bertahan?

📷

Terima kasih untuk kalian semua yang sudah mau baca cerita ini. Bagi kamu yang belum follow, diharapkan follow terlebih dahulu agar kamu tidak ketinggalan cerita.

Jangan lupa juga untuk vote dan comment ini. Share kepada teman kamu agar semakin banyak yang baca, okey? 😌

Distance Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang