Sekarang kamu sadarkan? Jika banyak orang yang menangisi kepergian kamu.
_Yang ditinggalkan
🎻
Ryhana mengetuk pintu kamar Bara, sudah beberapa hari dia tidak melihat cowok itu keluar dari dalam kamarnya. Bahkan saat orang tuanya pergi ke luar negeri dia tidak keluar dari dalam kamarnya, setidaknya mengantarkan kepergian mereka.Ryhana kembali mengetuk pintu kamar tersebut, sedikit cemas dengan keadaan cowok itu. "Bara, lo nggak papa, kan?"
Ryhana meneguk saliva, tidak ada jawaban dari cowok itu, pikiran buruk bertebaran di otak Ryhana. Berpikir jika Bara melakukan bunuh diri seperti yang di lakukan oleh Caramel. Siapa yang nggak sedih coba ditinggalkan oleh orang yang dicintai tanpa sepatah katapun.
"BARA, BUKA PINTUNYA!!" Ryhana memukul pintu kamar dengan kasar, bahkan tangannya memar karena melakukan hal itu. "BARA JANGAN BUNUH DIRI, NANTI GUE DI FITNAH BUNUH LO."
Ryhana membuka pintu itu, dan ternyata tidak terkunci. Dengan cepat, Ryhana masuk ke dalam kamar Bara. Dan yang pertama di lihat olehnya adalah Bara yang sedang terduduk lemas sambil memegang bingkai foto.
Ryhana berjalan mendekati Bara, memagang pudak cowok itu. "Bar, lo kenapa?"
Bara mendongak, kemudian mendengus. "Gue nggak papa, lo boleh keluar."
Bukannya menuruti, Ryhana malahan duduk di samping Bara. Ryhana memegang kepala Bara, kemudian menyandarkan kepala Bara ke pundaknya. Dulu di saat Ryhana depresi dia hanya menginginkan tempat sandaran. Mungkin saat ini Bara juga membutuhkan hal itu. "Nangis aja, nggak papa kok."
Benar saja, Bara menangis di pundak Ryhana. Bukannya cengeng, hanya saja kehilangan orang yang di sayang itu sangat menyakitkan. "Gue salah," ujar Bara pelan.
"Bar, Kak Caramel udah bahagia di sana. Jadi lo nggak usah sedih lagi."
Bara menjauh dari Ryhana, menatap foto Caramel yang di tangannya. Ah, rasanya begitu menyakitkan saat kita hanya bisa melihat foto seseorang yang telah tiada. "Gue nggak bodoh. Lo pikir orang yang bunuh diri bisa masuk surga?"
Ryhana tersentak mendengar perkataan Bara, dan benar juga apa yang diucapkan oleh cowok itu. Sebenarnya Ryhana juga menyayangkan apa yang dilakukan oleh Caramel, tapi itulah jalan hidup yang dia tempuh. "Karena hal itu lo harus menderita kayak gini? Terus lo mau bunuh diri juga? Bar, hidup nggak sebodoh itu."
"Terus gue harus apa? Apa gue bisa membuat Ra hidup lagi? Bahkan gue belum bisa membuat Ra bahagia."
"Lo salah, kebahagian Kak Caramel ada pada lo." Ryhana mengeluarkan ponselnya, memberikannya kepada Bara. "Lo masih ingat, hari di mana lo temanin gue ke minimarket?"
Bara hanya mengangguk lemas sambil menatap ponsel yang diberikan oleh Ryhana.
"Setelah pulang dari sana, gue dapat pesan dari Kak Caramel. Dia bilang kalau dia udah tau jika gue tinggal satu rumah dengan lo. Kak Caramel juga nyuruh gue buat jagain lo, dan kasih tau lo jika dia bahagia pernah kenal sama lo."