48

70 13 0
                                    

Ryhana terus saja mondar mandir seperi orang kurang kerjaan di ruang tamu. Ponsel yang ada ditangannya terus saja ditatapnya, antara ragu untuk menelepon Alike atau tidak. Tapi kenapa dia harus percaya dengan perkataan Sandra dan malah mencurigai sahabatnya sendiri. "Nggak mungkin Alike melakukan itu, dia adalah sahabat gue dari bocah."

Terus saja Ryhana meyakini dirinya jika Alike bukanlah dalang dari semua ini, tapi tetap saja perkataan Sandra tadi menghantui pikirannya. "Lo kenapa?" tanya Bara baru nongol, berniat untuk mengambil gelas di dapur.

"Hapal rumus fisika. Lo sendiri ngapain?"

Nampan yang ada ditangan Bara di angkatnya tinggi-tinggi. "Lo mau gabung dengan kami?" saat ini teman Bara datang kerumahnya untuk merayakan hari persahabatan mereka. Awalnya Bara menolak jika acara dilakukan di rumahnya hanya saja teman Bara susah banget di bilagin. Kalaupun diusir yang ada mereka tidak akan peduli.

"Lagi acara apa, sih?"

"Alay-alayan, bakar ikan dan ayam bakar."

"Waaah, seru tuh ikutan dong."

Gelas yang di ambil barang tadi diberikan kepada Ryhana. "Bawa, kalau nyuruh lo bakar ikan percuma," ujar Bara, kemudian pergi mendahulukan Ryhana. Sebenarnya Bara tidak suka jika Ryhana ikutan acara alay temannya itu, namun karena kasihan melihat gadis itu kayak orang bego, akhirnya Bara mengajak Ryhana untuk gabung.

"Hai, Kak. Hana boleh gabung juga nggak?" tanya Ryhana sambil meletakan nampan ke atas meja. "Bosan sendirian di kamar, makanya mau ikutan gabung bakar-bakar juga."

Raffa yang terkenal sebagai cowok yang paling playboy antara temannya mendekati Ryhana. "Akang dengar, Adek Ryhana udah putus dengan pacarnya? Apa ada rencana untuk cari yang baru? Di antara kami bertujuh, cuman akang yang paling berpengalaman di sini."

"Bohong lo," potong Edgar sambil mendekati Ryhana dan mendorong tubuh Raffa agar menjauh dari gadis itu. "Yang paling berpengalaman itu saya. Kalau kita berdua udah nikah, saya jamin setiap malamnya kamu akan mendapatkan surga dunia."

"Maksudnya apa?" tanya Ryhana tidak mengerti.

"Masa nggak tau, kamu dan Bara tinggal satu rumah, apa nggak pernah melakukan ehem-ehem? Bara itu walau tampangnya polos tapi otaknya jauh lebih ngeh dari pada saya."

Cukup lama Ryhana mencerna apa yang diucapkan oleh Edgar, hingga otaknya yang sedari tadi loading baru bisa terkoneksi. "Benar, dia ini emang tampangnya aja polos, tapi malahan dia pernah—" perkataan Ryhana terpotong saat Bara menutup mulutnya dengan telapak tangan, rasanya Ryhana kehabisan nafas.

"Dia pernah apa?" tanya Edgar dengan nada suara yang kalian pasti ngerti lah.

Dengan tidak berperasaan Ryhana menggigit tangan Bara, kemudian menginjak kaki Bara dengan sadis. "Tangan lo bau amis, habis bersihin ikan, ya?"

"Baru tau?"

"Baru bersihin ikan atau baru nyabun, Bar?" tanya Edgar memanaskan situasi yang ada di sana. Teman Bara sebenarnya sudah tau bagaimana hubungan antara Bara dan Ryhana yang tidak pernah akur. Bara juga sudah bilang kepada temannya agar tidak melibatkannya jika ada sangkut paut dengan Ryhana. Bara tidak mau jika semua orang yang di sekolah akan berpikir aneh.

"Edgar, bisa nggak lo ngomong yang sopan, di sini bukan hanya ada kita tapi ada cewek juga." Aldo yang sedari tadi diam sambil memanggang ikan akhirnya buka suara. Aldo berjalan mendekati Ryhana, melepaskan jaketnya kemudian memberikan jaket itu kepada Ryhana. "Pakai baju jangan kurang bahan."

Baju yang digunakan oleh Ryhana tidaklah seksi, hanya saja lengan bajunya hanya sampai siku, tapi tetap saja Aldo tidak suka melihatnya. Di antara yang lain, Aldo adalah yang paling alim dan pengertian dengan temannya. Jika saja temannya dalam keadaan susah dan dia mampu untuk menolong mereka maka Aldo tidak akan segan menolongnya walau bisa mengancam nyawanya, misalnya bolos di pelajaran guru killer.

Distance Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang