Saat kembali di Bandung, Ryhana tidak langsung pulang ke rumah Bara. Entah kenapa Ryhana memilih untuk mengunjungi makam Caramel terlebih dahulu sebelum kembali ke rumah Bara. Dan saat di sana, orang yang di dapati oleh Ryhana adalah Bara yang sedang memandangi makam Caramel.
"Benar ternyata dugaan gue, lo ada di sini," ujar Ryhana, ikut membantu Bara untuk mencabuti rerumputan yang tumbuh di makan tersebut.
"Gimana? Udah beres masalahnya?"
"Udah." Seketika Ryhana kembali mengingat momen dirinya dan Gama kemaren. "Gue juga udah balikan dengan Kak Gama. Ternyata gue selama ini salah paham sama dia."
"Gitu? Selamat." Entah kenapa ada rasa kecewa di hati Bara. Jujur, di saat Ryhana pergi hati bara sangat gelisah. Mungkin karena Ryhana adalah gadis yang selalu berada di dekatnya setelah kepergian Caramel. "Gue mau jujur sama lo."
Ryhana menoleh kepada Bara, namun kembali mengalihkan pandangannya karena merasa ngeri melihat tatapan Bara saat ini. "Lo lihat gue nggak usah kayak gitu juga kali."
"Gue pernah suka sama lo."
"Ha?" jangan tanya bagaimana ekspresi kaget Ryhana saat ini, bahkan gadis itu melongo mendengar perkataan Bara barusan. "Jangan bercanda. Gue tau hari ini april mop."
"Gue serius."
Ryhana menatap mata Bara lekat, dan mencari kebenaran melalui mata itu. Kata orang mata nggak akan pernah bohong, dan terlihat jelas jika Bara saat ini serius dengan perkataannya. "Kok bisa."
"Mungkin pelampiasan atau apalah itu. Saat lo kembali ke Jakarta gue gelisah. Namun saat lo kembali dan berada di hadapan gue, akhirnya gue sadar, jika melupakan itu tidak mudah." Bara menatap makam Caramel. Jika boleh meminta, Bara pengen banget ketemu dengan gadis itu lagi walau itu tidak pernah mungkin.
Andai saja Caramel tidak melakukan hal seceroboh itu, mungkin saja Bara tidak akan merasa kehilangan seperti ini. "Mungkin kalau lo nggak balikan sama mantan lo itu, bisa saja gue masih suka dengan lo."
Bukannya senang mendengar perkataan Bara barusan, Ryhana malah bergidik ngeri mendengarnya. "Jangan bercanda, nggak lucu, emang gue apa? Pelampiasan?"
"Menurut lo?"
Ryhana mencubit bahkan memukul Bara saking kesalnya kepada cowok itu. "Lo itu emang menyebalkan, Bar. Dari awal gue udah enek lihat lo. Untung gue orangnya sabar, kalau nggak udah gue bunuh lo di malam hari."
Bara terkekeh mendengar perkataan Ryhana, kemudian mengambil koper gadis itu. "Udah mau malam, ayo pulang."
"Bara," panggil Ryhana sambil mengakori Bara dari belakang. "Gue berencana pindah sekolah. Bukan karena gue benci sama lo, gue pikir lo itu sebenarnya cowok baik. Woi, jangan geer dulu. Gue nggak bisa jauh dari orang tua, walau Mami orangnya rada cerewet tapi gue sayang sama dia. Dan gue, nggak mau lagi LDR dengan Kak Gama."
"Bagus, gue setuju lo pergi."
"Tuh kan, sikap menyebalkan lo kambuh lagi." Pengen banget rasanya Ryhana memukul kepala Bara, jika saja dia tidak mengingat kebaikan yang telah di lakukan oleh cowok itu. "Tapi percaya sama gue kalau lo bakalan nemuin cewek lain dan dapat pengganti gue."
"Pede banget lo."
"Lo juga yang bilang suka sama gue."
"Tapi nggak usah terlalu kepedean juga. Aneh lo."
Benar saja, Ryhana tidak mampu menahan gejolah hatinya untuk memukul kepala Bara. "Kalau ngomong itu pake otak, Bar. Kalau lo terusan kayak gini, maka nggak aka nada yang mau sama lo."
"Kata siapa?"
"Gue. Eh, tunggu dulu." Ryhana terdiam sejenak, mencerna perkataan Bara barusan. "Jangan bilang lo lagi dekat dengan cewek lain. Gila, kenapa lo nggak kasih tau gue? Siapa? Adek kelas juga??"
"Gila lo," Bara meletakan koper Ryhana ke dalam begasi mobil, kemudian masuk ke dalam mobil tidak menghiraukan ocehan Ryhana yang panjang lebar itu. "Lo itu berisik," ujar Bara akhirnya, tidak tahan mendengar ocehan Ryhana.
"Makanya kasih tau gue siapa gadis itu."
"Emak lo."
"Menyebalkan." Ryhana akhirnya diam, walau gadis itu percaya jika Bara sedang dekat dengan cewek. Tapi kapan Bara kenal dengan cewek itu? Setau Ryhana, Bara tidak pernah dekat dengan gadis manapun selain dirinya. Bukannya geer, tapi walaupun Bara dekat dengannya itupun karena mereka satu rumah. Sebenarnya tidak bisa di bilang dekat, malahan kayak orang musuhan sering berantem.
"Ryhana," panggil Bara.
Ryhana menoleh kepada Bara, sedikit terkejut dengan cowok itu. Pasalnya Bara kali ini Bara menyebut nama Ryhana, padahal dari dulu Bara tidak pernah memanggil nama Ryhana. Bahkan untuk alasannya tidak pernah di ketahui. "Gila, lo manggil nama gue."
"Bagaimana caranya untuk dekatin cewek?"
🎻
Akhirnya cerita ini selesai aku tulis. Terima kasih untuk pembaca aku yang sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini. Tanpa kalian mungkin cerita ini tidak ada apanya.
Mungkin aku akan kangen banget sama cerita ini, tapi sayangnya harus berpisah😭
Kayaknya aku akan kasih extrapart untuk cerita ini tentang kisah cinta Bara gitu, tapi nggak tau kapan akan aku publish. Pokoknya tungguin aja tanggal mainnya.
Well, menurut kamu cerita ini kayak gimana? Kalian bisa comment di sini.❤️❤️