50

79 17 0
                                    

Keesokan paginya, Ryhana kembali datang ke rumah sakit. Daniel cowok yang ditemui oleh Ryhana kemaren memberi taukan jika Alike telah sadar dan ingin bertemu dengan dirinya. Ryhana memasuki ruangan bercat putih itu. Bau anti septic tercium oleh hidung Ryhana. Saat hendak memasuki kamar inap Alike, gadis itu sempat mendengar percakapan orang yang ada di dalam.

"Gue bukannya tidak percaya, hanya saja gue takut untuk di bohongi lagi," ujar Daniel.

"Apa yang harus gue lakukan di saat orang yang pernah peduli sekarang menjadi sebuah ilusi?"

"Melupakan."

Setelah tidak mendengar apapun dari dalam kamar inap itu, akhirnya Ryhana masuk ke dalam. Terlihat jelas, ekspresi kaget orang yang ada di dalam kamar inap itu.

Daniel yang merasa jika Ryhana harus membicarakan semua masalah mereka memilih keluar dari ruangan itu. Melihat kepergian Daniel, terlihat jelas jika Alike tidak menyukainya.

"Hai, Kee. Gimana kabar lo? Mendingan?" tanya Ryhana merasa canggung, apalagi setelah kejadian Alike jujur kepadanya.

"Seharusnya lo benci sama gue, Hana. Buat apa lo cemasin gue? Padahal lo sendiri sudah tau apa yang sebenarnya terjadi. Seperti yang gue bilang kemaren, gue nggak pernah bohong."

"Beberapa detik setelah lo bilang yang sebenarnya mungkin gue udah membenci lo. Namun saat gue dengar lo berteriak minta tolong, gue baru sadar jika gue nggak akan bisa benci sama lo Kee. Lo itu sahabat gue."

"Gue benci sama lo. Gue iri sama lo, gue nggak suka tentang semua hal tentang lo. Dan lo masih peduli sama gue? Seharusnya lo membenci gue seperti yang dilakukan oleh semua orang, Hana!"

"Gue bukan mereka, Kee. Mungkin ada ribuan orang yang membenci lo, tapi gue nggak akan pernah menjadi salah satu dari mereka, karena lo sahabat gue."

"Walaupun gue adalah dalang lo dan Gama putus?"

Ryhana tersentak mendengar perkataan Alike barusan. Entah kenapa perkataan itu membuat hatinya sakit. "Sebegitu bencinya lo sama gue, Kee?"

"Gue yakin lo tau jawabannya."

Tidak tau harus berkata apa lagi, Ryhana hanya bisa diam mendengar ucapan Alike. Bahkan Ryhana tidak tau kenapa temannya itu begitu membencinya, padahal Ryhana sudah menganggapnya sebagai saudaranya sendiri. "Lo bisa membenci gue, tapi percayalah gue nggak akan pernah menjadi ilusi dalam hidup lo."

Setetes air mata mengalir di pipi Alike. "Tidak semua kebersamaan bisa menghadirkan cinta, tapi setiap cinta selalu menghadirkan kebersamaan. Jika gue boleh memilih, gue nggak pernah menginginkan hidup seperti ini. Lo tau sendiri bagaimana keluarga gue, bagaimana kehidupan gue. Dan di saat gue jatuh cinta kepada seseorang, ternyata orang itu memilih sahabat gue. Lo bisa bayangkan bagaimana terpuruknya gue."

Ryhana mendekati Alike, diberinya ketenangan berupa pelukan. "Lo tidak perlu banyak orang yang bisa memahami lo, Kee. Cukup beberapa atau hanya satu saja."

Mendengar itu, Alike memeluk Ryhana dengan erat. Mungkin hanya sahabatnya itu yang mampu mengerti perasaannya saat ini. "Lo bodoh, Hana. Seharusnya lo benci gue, caci gue dan jauhi gue. Gue yang membuat masalah untuk lo."

"Nggak Kee, lo tetap sahabat gue." Ryhana tau bagaimana sedihnya sahabatnya itu, dan mana mungkin Ryhana bisa membencinya? "Jadilah dirimu sendiri, karena yang bisa menjadi kamu adalah kamu," ujar Ryhana dan dibalas anggukan oleh Alike.

📱

Hari ini adalah hari terakhir Ryhana berada di Jakarta, karena besok dia harus kembali lagi ke Bandung. Dan hari terakhir ini, Ryhana memutuskan untuk bertemu dengan Gama. Gadis ini ingin mendengarkan semua penjelasan Gama. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk Ryhana tau segalanya.

Distance Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang