49

73 14 1
                                    

Kalau boleh jujur, Bara tidak pernah menginginkan jika acara syukuran persahabatan di lakukan di rumahnya. Alasannya karena teman Bara itu berisik, dan banyak tetangga yang datang agar menyuruh mereka tenang. Bara sudah menyuruh temannya untuk tenang tapi tidak ada yang peduli. Dan teman Bara itu jorok banget, kalau buang sampah suka sembarangan, bahkan sampai ke kolam berenang.

"Woi, sampahnya jangan buang sembarangan dong. Al, lo yang beli cemilan, sekarang lo yang buang sampah sembarangan. Mau lo apa, sih?"

"Buatin gue susu dong Bar, susu kotak yang gue beli udah habis sama edgar. Sialan tuh bocah."

"Nggak ada susu." Akhirnya Bara sendiri yang membuang sampah itu ke dalam tong sampah. Padahal tong sampah itu ada di dekat Alden, tapi masih saja dia buang sampah sembarangan.

Edgar yang tadi pergi ke kamar Bara untuk mengambil biola dan gitar baru saja datang. Edgar memberikan biola kepada Bara, menyuruh temannya untuk bermain, hanya saja Bara menolaknya. "Ayolah bar, lo jarang banget main biola dengan kami."

"Iya, gue kangen dengar lo main biola," tambah Raffa. "Dan gue harus belajar bermain biola bareng lo, agar jiwa ketampanan gue ini meninggat dan para ledies jatuh hati pada gue."

"Nggak tertarik."

"Apa susahnya buat maininnya. Nih, kayak gue yang bermain gitar." Edgar memetik senar gitar hingga menjadikan sebuah melodi. "Enak susunya Ma.. Ma..Ma.. enak susunya Ma.. Ma.. Ma kasih susunya Ma.. Ma.. Ma" belum selesei Edgar bermain gitar, Aldo sudah menjitak kepalanya. "Sorry, jiwa bar-bar gue keluar lagi."

Percuma saja Aldo menasehati, toh Edgar tidak akan pernah bisa berubah. "Satu kali aja Bar, udah lama gue nggak lihat lo bermain biola."

Kalau bukan permintaan Aldo, mungkin Bara tidak akan mau bermain biola di hadapan temannya itu. Bara mengambil biola miliknya dari tangan Geri yang sedari tadi mencoba memainkannya walau hasil melodinya sangat jelek. "Cuma sekali."

"Iya, cerewet kayak emak-emak aja lo."

Bara memainkan melodi lagu yang di sukai oleh Caramel. Lagu Taylor Swift yang berjudul Romeo dan Juliet. Bara tidak tau kenapa dia memainkan lagu ini, mungkin Bara rindu akan sosok Caramel, orang yang selama ini dia cintai namun gadis itu harus pergi meninggalkannya.

Bara hanyut dalam melodi yang di mainkannya, bahkan tanpa sadar air mata bara keluar. "Anjing, nangis gue." Segera mungkin Bara menghapus air mata yang mengalir itu, agar temannya tidak mengejek dirinya yang sedang menangis.

Setelah mengahapus air matanya itu, Bara menatap temannya satu persatu yang ternyata juga ikutan menangis. "Gue juga kangen sama Caramel, Bar. Gue kanget sama cake buatan dia."

"Udalah, jangan ungkit lagi gue bosan." Hal yang tidak di sukai oleh Bara saat ini adalah seseorang mengungkit tentang masalalunya, apalagi itu menyangkut pautkan dengan Caramel. Mengingat gadis itu selalu mampu membuat hati bara rapuh. "Gue ke toilet bentar."

Tidak ingin temannya terus memperhatikannya kecewa seperti ini Bara lebih memilih pergi. Baru saja beberapa langkah Bara masuk ke dalam rumah, cowok itu tidak sengaja menabrak Ryhana. Bara berbalik badan, mengusap matanya agar tidak ada air mata. Setelah itu Bara menatap Ryhana seperti orang yang kalang kabut. "Kenapa?"

"Gue harus pergi, Bar?"

Alis Bara terangkat, menatap Ryhana dengan bingung. "Mau kemana?"

"Ke Jakarta, teman gue Alike dalam bahaya. Gue takut dia kenapa-napa. Nanti kalau Tante Bella cariin gue kasih tau, ya." Ryhana ingin pergi, namun tiba-tiba Bara menggenggam tangannya. "Apa lagi? Sumpah gue buru-buru banget."

"Gue anterin lo ke bandara."

🎻

Setalah tiba di Jakarta, Ryhana mendapat kabar jika Alike berada di rumah sakit. Saat di perjalanan tadi Ryhana tidak tenang sama sekali, bahkan Bara yang mengantarkan Ryhana ke bandara tadi terus saja mengomel kepadanya yang tidak tenang itu. "Lo bisa tenang?"

Distance Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang